"Aku sudah dengar Culcul! Jangan khawatir!" jawab Bayu yang menyebut Betina Bercula dengan panggilan Culcul. Lalu dengan sigap Bayu berbalik sambil tendangkan kaki kanannya. "Bukkkk!" Sosok Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang menggelinding di tanah terpental dua tombak begitu dadanya dimakan tendangan Bayu. Tubuhnya terhempas ke bawah pohon tempatnya semula. Kakek ini menggigit bibir menahan sakit. Dia tak berani lagi bergerak namun dari mulutnya menyembur caci maki tidak karuan. Bayu mencibir lalu kembali meneruskan pekerjaannya mengerjai Pawungu. Sesaat kemudian sambil susun dua tangan di atas kepala, ia berkata. "Siap Kek! Silahkan dimulai upacara pemberian minuman kehormatan!" Bayu lalu melompat mundur. Arya menyeringai lalu melangkah mendekati Pawungu yang tergeletak di tanah dengan mulut menganga ditunjang ranting kecil. Matanya mendelik ketika melihat Arya rorotkan celananya ke bawah. "Hak... huk... hak... huk. " Hanya suara itu yang bisa dikeluarkan oleh Pawungu dari dalam
"Aku tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan perabotan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab sehabis diantuk kalajengking, digigit tikus dan kodok serta anak kadal. Hik... hik.hik!" Bayu tertawa. "Pasti matang bengkak. Sembab dimana-mana!" kata Arya pula. "Aku tidak mengerti. Apa yang kalian maksud dengan perabotan?" bertanya Betina Bercula. "Jangan pura-pura tidak tahu!" kata Bayu pula. "Tadi waktu merobek pakaian kakek itu aku melihat tanganmu sengaja berlama-lama memegang kian kemari!" "Oh, jadi seperti yang aku lihat. Perabotan itu artinya buah terong peot karena lama terjemur! Aku menyesal sempat melihatnya! Hik... hik. hik!" Betina Bercula tertawa cekikikan. Bayu dan Arya mau tak mau ikut terpingkal-pingkal. Mendadak tawa gelak ketiga orang itu tersentak lenyap. Di udara satu benda putih menukik dan melayang deras. Lalu segulung sinar berwarna biru berkiblat, menghantam menyapu ke bawah. Kalau beberapa pohon saja patah bertumbangan maka dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan B
Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu sibakkan rambut putih menjulai yang menutupi mukanya lalu tatap wajah Ruhsantini beberapa lamanya. Sesaat kemudian dia palingkan kepala memandang pada Maithatarun. Dipandang seperti itu Maithatarun merasa jangan-jangan orang tua ini masih membekal amarah karena tindakannya yang lalai tempo hari sehingga sendok emas sakti yang bisa menjadi penyembuh bagi si kakek lenyap dirampas orang. Maka sebelum ditegur Maithatarun berkata duluan. "Kek, apakah kau masih marah padaku karena kesalahanku menghilangkan Sendok Pemasung Nasib itu...? Aku sekali lagi mohon maafmu. Janjiku tetap akan kupenuhi. Aku akan mencari benda itu sampai dapat walau harus menebus dengan nyawaku sendiri." Pasedayu menghela nafas dalam lalu menyeringai. "Hai, bagaimana kau bisa mencari sendok sakti. Sementara dirimu berada dalam jaring iblis api biru itu!" Maithatarun terdiam mendengar kata-kata si kakek. Dia memandang pada Ruhsantini seperti meminta pendapat Perempuan ini segera me
"Apa Kek?!" ujar Maithatarun. Wajahnya menyatakan rasa heran. "Tanda bunga dalam lingkaran ? Dekat ketiak kananku sebelah belakang?" Maithatarun angkat tangan kanannya, mencari-cari. Dia berhasil melihat tanda kecil seperti yang dikatakan si kakek. Bunga dalam lingkaran. "Aku tak pernah tahu kalau ada tanda seperti ini di lenganku. Juga tak ada orang yang mengatakan kalau aku punya tanda seperti ini." Maithatarun menatap wajah si kakek lalu bertanya. "Kek, apa pentingnya tanda di balik lenganku ini bagimu? Apa mengandung satu arti?" "Tanda itu sangat penting bagiku Hai Maithatarun. Lebih penting dari nyawaku sendiri " "Aku tidak mengerti. Tunggu... Aku coba mengingat-ingat. Rasanya aku pernah melihat tanda seperti yang kau katakan itu di lengan belakang seseorang " "Ucapanmu membuat aku berdebar Maithatarun!" kata Jin Terjungkir Langit. "Pusatkan pikiranmu, pusatkan ingatanmu! Siapa orang yang punya tanda seperti tanda di dekat ketiak kananmu itu?!" Maithatarun memijit-mijit kenin
Maithatarun meraung keras lalu bersujud di tanah, menangis panjang. Ruhsantini yang ada di tempat itu, setelah terpental beberapa kali kini terduduk dengan muka pucat lalu tutupkan dua tangan di depan wajahnya karena tidak sanggup melihat kengerian yang terjadi atas Paekakienam. Jin Terjungkir Langit sendiri saat itu tegak dengan tubuh bergoncang keras dan wajah kaku membesi. Sewaktu jala yang disebut Api lblis Penjaring Roh itu menebar turun laksana kilat menyambar, si kakek masih mampu berusaha menangkis dengan dua tendangan yang mengeluarkan gelombang angin sakti. Bersamaan dengan itu dengan kecepatan luar biasa dia segera menyingkir karena maklum serangan yang datang dari atas langit itu bukan olah-olah dahsyat berbahayanya! Dia berhasil menyelamatkan diri. Tapi kuda hitam besar Paekakienam yang tadi disandarinya tertimpa jaring, langsung dibuntal dicabik-cabik hangus sekujur tubuhnya! Untuk beberapa lamanya tempat itu dilanda kesunyian mencekam. Lalu dirobek oleh suara raungan
Dari dalam jala dimana dirinya terkurung Ruhsantini berusaha menyerang Jin Bara Neraka dengan serangan tangan kosong jarak jauh. Tapi gerakannya tertahan. Lebih dari itu anehnya dia juga tidak mampu menghimpun tenaga dalamnya. Dia mengalami hal yang sama seperti yang terjadi dengan Maithatarun. Kekuatannya tak mampu dikerahkan seolah telah disedot sirna oleh jaring api biru! "Celaka! Kalau tidak ada yang menolong, Maithatarun pasti akan menemui ajal di tangan makhluk durjana itu!" Ruhsantini meratap tegang dalam hatinya. Saat itu Jin Terjungkir Langit yang telah melihat bahaya yang mengancam Maithatarun dengan satu gerakan kilat melesat ke arah Jin Bara Neraka sambil tendangkan kaki kanannya. Selarik gelombang angin yang memancarkan hawa dingin serta sinar kebiruan menyambar. Semula Jin Bara Neraka menganggap enteng dan tetap teruskan pukulannya sambil menggeser kedudukannya sedikit. Tapi ketika dirasakannya tubuhnya disengat hawa dingin luar biasa dan lututnya menjadi goyah kagetlah
SEANDAINYA ada petir menyambar di depan hidungnya saat itu mungkin tidak demikian hebat kejut Patandai alias Jin Bara Neraka. Gerakan tangan kirinya hendak menghabisi Maithatarun serta merta tertahan. Dua matanya mendelik besar memandangi Jin Bara Neraka lalu berpaling pada Jin Terjungkir Langit.Yang terkejut bukan cuma Jin Bara Neraka. Maithatarun yang sebelumnya sudah pasrah menghadapi kemalian tersentak kaget, memandang pada Jin Bara Neraka lalu menoleh pada Jin Terjungkir Langit.Di dalam jaring Ruhsantini tekapkan salah satu tangannya ke mulut, menahan seruan kaget yang hampir meluncur dari mulutnya."Jin Bara Neraka saudara kandung Maithatarun? Bagaimana mungkin?!"Ruhsantini melihat Jin Terjungkir Langit dongakkan kepala ke langit Dua matanya terpejam. Mulutnya berkomat kamit. Orang tua itu seperti tengah berdoa. "Jangan-jangan orang tua itu benar-benar miring otaknya!" pikir Ruhsantini.Sang Junjungan termasuk orang yang ikut terkejut. Wal
"Kerabat berpakaian biru, apa hubunganmu dengan perempuan laknat bernama Ruhsantini itu hingga mau- mauan menolongnya? Lekas terangkan siapa dirimu adanya!"Ruhcinta kembali tersenyum. "Semua insan di dunia ini dilahirkan dari dan di dalam kasih sayang. Mengapa kau berpikiran dangkal membunuh seorang perempuan yang sesungguhnya adalah bagian dari kasih sayang itu sendiri?"Sesaat Jin Bara Neraka jadi terkesima mendengar kata-kata gadis cantik berpakaian biru itu. Namun kemudian amarahnya timbul kembali."Aku tidak mengerti maksud ucapanmu! Tapi ingin kukatakan, kau tidak tahu siapa adanya perempuan yang barusan kau tolong itu! Dia adalah seorang istri sesat, pengkhianat suami! Kabur dan menjadi gendak lelaki bernama Maithatarun yang barusan ditolong oleh Dewi celaka itu!" Jin Bara Neraka menunjuk ke arah kejauhan di mana Dewi Awan Putih menurunkan sosok Maithatarun."Kemarahan bisa membuat seseorang sesat bicara. Dendam kesumat bisa membuat insan melupaka