Tiba-tiba Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mendengar suara mendesis aneh disertai bergeletarnya tanah yang dipijaknya. Memandang ke depan terkejutlah kakek ini. Tali yang tadi dibuatnya dari akar gantung dan hendak dipakai untuk menggantung Bintang, sedikit demi sedikit berubah menjadi sosok seekor ular hitam. "Desss!" Tali akar gantung putus di bagian yang mengikat pergelangan Kedua kaki Ksatria Pengembara. Ujung tali berubah menjadi ekor. Kini keseluruhan tali berubah menjadi seekor ular hitam berkepala besar hampir sepanjang tiga tombak. "Ilmu hitam jahanam!" "Siapa takut!" teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Segera dia angkat tangan kanannya, siap menghantam kepala ular dengan pukulan tangan kosong mengandung hawa sakti tinggi. Hampir tangannya menghantam tiba-tiba satu bayangan berkelebat disertai seruan. "Sahabatku Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab! Kalau cuma ular siluman jejadian ilmu hitam biar aku yang mengurusi!" Lalu seorang kakek berambut putih, memiliki muka rata sambil
"Jin Santet Laknat! Kau akan rasakan pembalasanku!" teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Jin Santet Laknat tiba-tiba melompat ke hadapan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Pedang Pilar Bumi diletakkannya di atas otak si kakek. "Jika mengingat penganiayaan yang kau lakukan terhadap pemuda itu, ingin aku membelah kepalamu saat ini juga!" Wajah Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menjadi putih seperti kain kafan. Dia tahu kehebatan senjata yang ada di tangan si nenek. Jika perempuan itu benar-benar melaksanakan niatnya tamatlah riwayatnya. Namun kemudian Jin Santet Laknat terdengar meneruskan ucapannya. "Tapi kupikir biar pemuda itu nanti yang akan membalas sendiri perbuatanmu! Hik... hik! Selamat tinggal kerabatku yang malang! Malam ini kau akan tidur berteman embun dingin dan nyamuk hutan! Mudah-mudahan tidak ada binatang buas berkeliaran dan tersesat ke sini!" Si nenek selipkan Pedang sakti di balik pinggang jubah hitamnya. Tanpa perdulikan teriakan dan caci maki Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab
Tiga orang itu cepat-cepat rundukkan diri di balik rerumpunan semak belukar. Apa yang dikatakan Arya ternyata memang benar. Tak selang berapa lama muncullah seorang kakek berpakaian ungu. "Lihat siapa yang datang!" bisik Betina Bercula sambil mengorek pantat Arya. Hendak marah keadaan tidak mengizinkan. Sebaliknya Betina Bercula senyum-senyum saja melihat tingkah Arya. "Sahabatku Pawungu! Syukur kau datang! Lekas tolong diriku!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab berseru girang begitu dia melihat siapa yang datang. Sebelumnya Pawungu dan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab memang berjalan seiring. Tapi disatu tempat mereka berpisah. Pawungu entah kemana sementara Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab membawa Bintang ke lembah kecil itu. Di tengah jalan Pawungu membatalkan niatnya melakukan perjalanan seorang diri. Dia berusaha mencari Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab untuk bergabung kembali. Ketika menemui sang sahabat dalam keadaan seperti ini tentu saja Pawungu jadi terkejut. "Sahabatku! Apa yang terj
"Aku sudah dengar Culcul! Jangan khawatir!" jawab Bayu yang menyebut Betina Bercula dengan panggilan Culcul. Lalu dengan sigap Bayu berbalik sambil tendangkan kaki kanannya. "Bukkkk!" Sosok Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang menggelinding di tanah terpental dua tombak begitu dadanya dimakan tendangan Bayu. Tubuhnya terhempas ke bawah pohon tempatnya semula. Kakek ini menggigit bibir menahan sakit. Dia tak berani lagi bergerak namun dari mulutnya menyembur caci maki tidak karuan. Bayu mencibir lalu kembali meneruskan pekerjaannya mengerjai Pawungu. Sesaat kemudian sambil susun dua tangan di atas kepala, ia berkata. "Siap Kek! Silahkan dimulai upacara pemberian minuman kehormatan!" Bayu lalu melompat mundur. Arya menyeringai lalu melangkah mendekati Pawungu yang tergeletak di tanah dengan mulut menganga ditunjang ranting kecil. Matanya mendelik ketika melihat Arya rorotkan celananya ke bawah. "Hak... huk... hak... huk. " Hanya suara itu yang bisa dikeluarkan oleh Pawungu dari dalam
"Aku tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan perabotan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab sehabis diantuk kalajengking, digigit tikus dan kodok serta anak kadal. Hik... hik.hik!" Bayu tertawa. "Pasti matang bengkak. Sembab dimana-mana!" kata Arya pula. "Aku tidak mengerti. Apa yang kalian maksud dengan perabotan?" bertanya Betina Bercula. "Jangan pura-pura tidak tahu!" kata Bayu pula. "Tadi waktu merobek pakaian kakek itu aku melihat tanganmu sengaja berlama-lama memegang kian kemari!" "Oh, jadi seperti yang aku lihat. Perabotan itu artinya buah terong peot karena lama terjemur! Aku menyesal sempat melihatnya! Hik... hik. hik!" Betina Bercula tertawa cekikikan. Bayu dan Arya mau tak mau ikut terpingkal-pingkal. Mendadak tawa gelak ketiga orang itu tersentak lenyap. Di udara satu benda putih menukik dan melayang deras. Lalu segulung sinar berwarna biru berkiblat, menghantam menyapu ke bawah. Kalau beberapa pohon saja patah bertumbangan maka dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan B
Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu sibakkan rambut putih menjulai yang menutupi mukanya lalu tatap wajah Ruhsantini beberapa lamanya. Sesaat kemudian dia palingkan kepala memandang pada Maithatarun. Dipandang seperti itu Maithatarun merasa jangan-jangan orang tua ini masih membekal amarah karena tindakannya yang lalai tempo hari sehingga sendok emas sakti yang bisa menjadi penyembuh bagi si kakek lenyap dirampas orang. Maka sebelum ditegur Maithatarun berkata duluan. "Kek, apakah kau masih marah padaku karena kesalahanku menghilangkan Sendok Pemasung Nasib itu...? Aku sekali lagi mohon maafmu. Janjiku tetap akan kupenuhi. Aku akan mencari benda itu sampai dapat walau harus menebus dengan nyawaku sendiri." Pasedayu menghela nafas dalam lalu menyeringai. "Hai, bagaimana kau bisa mencari sendok sakti. Sementara dirimu berada dalam jaring iblis api biru itu!" Maithatarun terdiam mendengar kata-kata si kakek. Dia memandang pada Ruhsantini seperti meminta pendapat Perempuan ini segera me
"Apa Kek?!" ujar Maithatarun. Wajahnya menyatakan rasa heran. "Tanda bunga dalam lingkaran ? Dekat ketiak kananku sebelah belakang?" Maithatarun angkat tangan kanannya, mencari-cari. Dia berhasil melihat tanda kecil seperti yang dikatakan si kakek. Bunga dalam lingkaran. "Aku tak pernah tahu kalau ada tanda seperti ini di lenganku. Juga tak ada orang yang mengatakan kalau aku punya tanda seperti ini." Maithatarun menatap wajah si kakek lalu bertanya. "Kek, apa pentingnya tanda di balik lenganku ini bagimu? Apa mengandung satu arti?" "Tanda itu sangat penting bagiku Hai Maithatarun. Lebih penting dari nyawaku sendiri " "Aku tidak mengerti. Tunggu... Aku coba mengingat-ingat. Rasanya aku pernah melihat tanda seperti yang kau katakan itu di lengan belakang seseorang " "Ucapanmu membuat aku berdebar Maithatarun!" kata Jin Terjungkir Langit. "Pusatkan pikiranmu, pusatkan ingatanmu! Siapa orang yang punya tanda seperti tanda di dekat ketiak kananmu itu?!" Maithatarun memijit-mijit kenin
Maithatarun meraung keras lalu bersujud di tanah, menangis panjang. Ruhsantini yang ada di tempat itu, setelah terpental beberapa kali kini terduduk dengan muka pucat lalu tutupkan dua tangan di depan wajahnya karena tidak sanggup melihat kengerian yang terjadi atas Paekakienam. Jin Terjungkir Langit sendiri saat itu tegak dengan tubuh bergoncang keras dan wajah kaku membesi. Sewaktu jala yang disebut Api lblis Penjaring Roh itu menebar turun laksana kilat menyambar, si kakek masih mampu berusaha menangkis dengan dua tendangan yang mengeluarkan gelombang angin sakti. Bersamaan dengan itu dengan kecepatan luar biasa dia segera menyingkir karena maklum serangan yang datang dari atas langit itu bukan olah-olah dahsyat berbahayanya! Dia berhasil menyelamatkan diri. Tapi kuda hitam besar Paekakienam yang tadi disandarinya tertimpa jaring, langsung dibuntal dicabik-cabik hangus sekujur tubuhnya! Untuk beberapa lamanya tempat itu dilanda kesunyian mencekam. Lalu dirobek oleh suara raungan