Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 2101 - Bab 2110

2578 Bab

192. Bagian 17

Di puncak bangunan terpancang sebuah bendera dari jerami kering berwarna kuning, melambai-lambai kaku ditiup angin. Kakek teleng hisap dalam-dalam pipanya. "Sial! Lama-lama aku bisa mengantuk!" katanya setengah memaki. Kakek ini lalu menatap kehalaman luas di depan rumah lonceng. Seperti menghitung-hitung dia berucap."Satu... dua... sembilan... empat belas... ah! Sudah empat belas orang sakti menemui kematian. Sudah tujuh purnama berlalu. Tapi tidak satupun dari mereka membekal benda yang kucari. Kalau sampai dua purnama lagi benda itu tidak kudapatkan, celaka diriku! Siapa diantara dua makhluk itu yang akan membunuhku lebih dulu?!" Caping di atas kepala kakek teleng bergerak-gerak tanda si kakek menggeleng-geleng gelisah berulang kali.Sementara itu di atas satu pohon besar di seberang halaman rumah lonceng, tiga sosok tubuh mendekam di balik kerimbunan dedaunan tanpa setahu kakek teleng bercaping. Mereka bukan lain adalah Bintang, Bayu dan Arya."Keterangan s
Baca selengkapnya

192. Bagian 18

"Hampir delapan puluh tahun!"Pateleng tersenyum. Dalam hati dia berkata. "Kejadian itu empat puluh tahun silam. Berarti ada kemungkinan dia memiliki benda itu!""Aneh! Mengapa kakek itu pakai menanya usia segala? Seperti sayembara saja!" kata Bayu yang mendekam di atas pohon bersama Bintang dan Arya."Hati Baja, apakah kau sudah siap?!" Dari atas atap terdengar suara Pateleng bertanya."Aku sudah siap dari tadi!" jawab Pakerashati alias Jin Hati Baja."Bagus!" Pateleng tertawa mengekeh. Dia sedot pipanya dalam-dalam lalu kepulkan asap merah. Tanpa menoleh ke belakang dia cabut bendera kuning yang menancap di atas atap. Capingnya kembali diletakkan di atas kepala. Bendera kuning itu diacungkannya ke atas. "Hati Baja! Bendera ini akan kutancapkan di ruas lonceng! Pada saat lonceng berputar dan bendera kuning berada di bagian paling atas, kau harus melompat ke atas lonceng. Kau harus bertahan sampai bendera kuning mencapai bagian atas lonceng sebanya
Baca selengkapnya

192. Bagian 19

"Pateleng! Sebentar lagi kau harus menyerahkan kitab sakti itu padaku! Ternyata Lonceng Kematianmu yang digembar-gemborkan ini tidak ada apa-apanya! Ha... ha... ha!" Jin Hati Baja tertawa bergelak.Kakek bercaping di atas atap rumah ikut-ikutan tertawa lalu sedot pipanya dalam-dalam."Aku siap menyerahkan kitab sakti ini padamu Hai Hati Baja!" kata si kakek seraya tepuk capingnya, di bawah mana dia menyimpan kitab Kesaktian Menguasai Tujuh Jin. "Tapi harap kau sedikit bersabar, menunggu sampai bendera kuning mencapai putaran sebelah atas!"Jin Hati Baja menyeringai. Hatinya girang sekali karena bendera kuning hanya tinggal satu langkah didepannya. Begitu dia melompat sedikit dan membiarkan bendera itu lewat di bawahnya maka rampunglah putaran ketiga.Diam-diam tangan kanannya dialiri tenaga dalam sambil membatin. "Kalau kakek ini menipuku, akan kuhantam dengan pukulan Baja Panas Meleleh Langit."Bendera kuning sampai di depan kaki Jin Hati Baja. Di
Baca selengkapnya

192. Bagian 20

Bintang, Bayu dan si Arya terkesiap kaget dan serasa terbang nyawa masing-masing ketika mendadak dari atas atap si kakek teleng berseru."Tiga makhluk yang sembunyi di atas pohon! Sllahkan turun ke tanah perlihatkan diri! Siang bolong begini sembunyikan diri sungguh tidak pantas!""Celaka! Kakek itu sudah tahu kita sembunyi disini!" kata Bayu."Bagaimana dia bisa tahu..." kata Arya masih tetap berpaling dan dengan suara serta tubuh gemetaran.Bintang memandang berkeliling. Daun-daun pohon besar dimana mereka bersembunyi sangat lebat. Sekalipun kakek itu tadi berada di halaman bawah sana sulit baginya untuk melihat Namun! Pandangan Bintang membentur pada sehelai daun yang bergoyang-goyang karena kejatuhan tetesan-tetesan air dari atas.Bintang mengurut pandangannya ke atas. Matanya sampai pada sosok Arya."Sial! kau yang membuat apes!" kata Bintang."Eh, mengapa aku yang kau salahkan?!" jawab Arya seraya pelototkan matanya yang jereng.
Baca selengkapnya

192. Bagian 21

"Mohon maatmu orang tua! Sahabatku ini punya penyakit suka leleran kalau kaget!" menjelaskan Bintang."Apa itu leleran?!" tanya Pateleng tidak mengerti."Suka ences tak karuan!" menjawab Bayu.Pateleng geleng-gelengkan kepala. Dia menuding ke arah Bintang. "Kau tadi bilang ingin melihat sendiri Lonceng Kematianku! Hemmm. Berarti kalian hendak mencoba menjajal loncengku. Rupanya masih ada makhluk yang lebih tolol dari pada manusia berjuluk Hati Baja yang sudah mampus dan kini tinggal jerangkong itu!""Maaf Kek! Maksud kami bukan itu. !""Kalian masih belum cukup umur untuk menjajal Lonceng Kematian."Sementara itu Lonceng Kematian mulai bergerak perlahan dan akhirnya berhenti."Orang tua di atas atap," Bintang cepat menjawab. "Kami bertiga mana berani bertindak congkak menjajal kehebatan loncengmu! Terus terang kami sangat kagum. Itu saja! Kami tidak ada maksud untuk menjajalnya!"Kakek teleng cuma menyeringai sinis mendengar uc
Baca selengkapnya

192. Bagian 22

Ketika lonceng mulai bergerak dan berputar ke kiri Bintang segera berlari-lari kecil ke arah berlawanan. Setiap kedua kakinya menjejak kayu roda, dia kerahkan tenaga dalam. Maksudnya hendak mencoba menjebol kayu lonceng untuk melihat apa yang tersembunyi di sebelah bawah. Luar biasanya ternyata kayu itu atos sekali!Selagi Bintang mencari akal apa yang harus dilakukannya tiba-tiba kakek teleng ketukkan pipanya kepinggiran lonceng seraya berseru."Satu!"“Dung...!”Lonceng bergetar lalu menggemuruh berputar lebih cepat. Di sebelah depannya Bintang melihat bendera kuning bergerak menuju ke arahnya lalu lewat di bawah kedua kakinya. Bintang melirik tajam pada si kakek, memandang ke bawah ke arah dua temannya lalu kembali memperhatikan lonceng yang berputar semakin cepat, membuat dia harus berlari lebih cepat pula. Tak lama kemudian bendera kuning muncul kembali untuk kedua kalinya. Lonceng berputar semakin kencang. Dengan Ilmu meringankan tubuh y
Baca selengkapnya

193. Lonceng Kematian

BERKAT  ilmu  kesaktian  yang dimiliki Ruhrinjani si kakek tidak melihat  ke empat orang itu. Padahal saat itu Bintang dan dua kawannya dan perempuan berpakaian putih hanya satu langkah saja di samping kirinya. Seandainya si kakek menggerakkan tangannya ke samping pasti dia akan menyentuh sosok Arya yang saat itu tegak tak bergerak di bawah pohon.Ilmu kesaktian yang dimiliki Ruhrinjani itu bernama Menutup Mata Memutus Pandang. Konon itu Adalah salah satu dari beberapa ilmu kesaktian yang diturunkan Para Dewi Dari Negeri Atas Langit kepada perempuan bernasib malang itu. Namun bagaimanapun hebatnya kesaktian tersebut celakanya kesaktian ini tidak membuat Ruhrinjani mampu melenyapkan Bintang, Bayu, Arya dan dirinya dari pandangan mata Pateleng. Sambil dekapkan capingnya di depan dada sepasang mata' kakek teleng itu perhatikan tanah yang basah tepat di antara kedua kaki Arya. Pateleng mendekat lalu berjongkok di depan tanah yang basah. Arya pejamkan mata. Unt
Baca selengkapnya

193. Bagian 2

"Ruhrinjani, kulihat perubahan pada wajahmu. Seolah ada satu ganjalan kesedihan di hatimu. Apakah.”Ruhrinjani menghela nafas panjang”Langkahku jauh sampai ke sini karena menyirap kabar bahwa suamiku Maithatarun ada bersama kalian. Namun Hai, aku tidak menemukannya. Mungkin kau dan kawan-kawan mengetahui gerangan dimana Maithatarun berada?"Yang menjawab Bayu”Terakhir kami bersamanya ketika bertemu dengan Jin Obat Seribu. Saat Itu dia mengatakan hendak pergi menemui seseorang. Tapi dia tidak menyebut siapa orangnya, hanya menyebut tempat di mana orang itu berada”Ruhrinjani mendongak ke langit lalu pejamkan matanya sesaat. Dia berpaling pada Bayu”Mungkin suamiku menyebut nama sebuah gunung. ?""Betul sekali!" sahut Bayu.Bintang menyambung”Aku ingat, kalau tidak salah Maithatarun menyebut nama gunung itu. Gunung Pabatuhitam”"Hai!" Wajah Ruhrinjani tampak berubah. Suaranya bergetar ketika berkata&rdq
Baca selengkapnya

193. Bagian 3

Pertanyaan Bayu itu membuat wajah Dewi Awan Putih bersemu  merah sedang Bintang ulurkan tangan mencubit punggung Bayu hingga melintir kesakitan. Sebenarnya sejak beberapa waktu lalu Dewi Awan Putih memang berusaha mencari Bintang. Dia ingin menemui sang pendekar untuk menjernihkan persoalan bunga mawar beracun yang hampir merenggut nyawa.Bintang dan yang menurut Ruhjelita berasal dari dirinya. Namun niatnya untuk membicarakan hal Mu menjadi sirna ketika tadi secara tidak sengaja dia sempat mendengar ucapan-ucapan Ruhrinjani yang menyebut tentang seorang gadis cantik berhati baik yang jatuh cinta pada Bintang. Untuk menutupi rasa malu dan sekaligus kekecewaannya untung Dewi Awan Putih dapat mencari akal mengeluarkan jawaban."Hai, sebagai sahabat tentu saja aku selalu ingin bertemu dengan kalian. Namun selain itu memang aku ingin menemui Bintang”"Nah! Apa kataku!" ujar Bayu pula sambil menepuk bahu Arya hingga tersentak kaget.Bintang menatap
Baca selengkapnya

193. Bagian 4

"Anak muda," kata Arya menyambung bicara”Apa kau tidak melihat bagaimana dua mata Dewi Awan putih jadi berkaca-kaca ketika kau membandingkannya dengan Ruhjelita, perawan genit yang gentayangan ke mana-mana memikat lelaki itu?"Bintang geleng-geleng kepalanya”Aku. Ah, sebenarnya aku juga menyukai Dewi Awan Putih," kata Bintang pula, Dia diam sejenak”Tapi..”"Nah, tapinya ini yang bikin brengsek! Suka tapi masih ada tapi!" kata Bayu lalu pasang muka merengut.Sementara itu tanpa setahu ketiga orang itu, disatu tempat yang terlindung, seorang perempuan berwajah putih jelita kerenyitkan kening. Sepasang alisnya naik ke atas ketika mendengar ucapan Bintang yang mengatakan sebenarnya dia juga menyukai Dewi Awan Putih, Dalam hati dia berkata lirih. ”Kalau hati pemuda asing Itu benar sudah tertambat pada Dewi Awan Putih, agaknya buruk nian nasib diriku. Padahal aku sudah mengambil keputusan untuk meninggalkan duniaku kalau saja aku mendapat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
209210211212213
...
258
DMCA.com Protection Status