"Anak muda," kata Arya menyambung bicara”Apa kau tidak melihat bagaimana dua mata Dewi Awan putih jadi berkaca-kaca ketika kau membandingkannya dengan Ruhjelita, perawan genit yang gentayangan ke mana-mana memikat lelaki itu?"
Bintang geleng-geleng kepalanya”Aku. Ah, sebenarnya aku juga menyukai Dewi Awan Putih," kata Bintang pula, Dia diam sejenak”Tapi..”
"Nah, tapinya ini yang bikin brengsek! Suka tapi masih ada tapi!" kata Bayu lalu pasang muka merengut.
Sementara itu tanpa setahu ketiga orang itu, disatu tempat yang terlindung, seorang perempuan berwajah putih jelita kerenyitkan kening. Sepasang alisnya naik ke atas ketika mendengar ucapan Bintang yang mengatakan sebenarnya dia juga menyukai Dewi Awan Putih, Dalam hati dia berkata lirih. ”Kalau hati pemuda asing Itu benar sudah tertambat pada Dewi Awan Putih, agaknya buruk nian nasib diriku. Padahal aku sudah mengambil keputusan untuk meninggalkan duniaku kalau saja aku mendapat
"Senjata rahasia! Bintang awas!" teriak Bayu memperingatkan.Bintang memang sudah mendengar kemudian mellhat gerakan dua benda bersinar biru itu. Sambil jatuhkan diri Bintang hantamkan tangan kanannya melepas pukulan Badai Pusaran Angin. Dua benda biru terpental. Namun!"Blaaarr!" "Blnaarr!"Dua ledakan dahsyat menggema di udara malam. Dua buah benda biru hancur bertaburan membentuk keping-keping aneh. Keping-keping ini kemudian berubah menjadi larikan-larikan panjang. Lalu laksana tangan- tangan gurita, larikan-larikan sinar biru itu menyambar mencengkeram ke arah Bintang.Bintang gulingkan dirinya di tanah. Menyingkir kesisi lapangan sebelah kanan dari arah mana tadi dia datang lalu kembali lepaskan satu pukulan sakti bernama Tapak Guntur.Sepuluh larik sinar biru yang seperti tangan-tangan gurita yang tadi hendak mencengkeramnya mencelat buyar ke udara. Namun luar biasanya, buyaran yang berjumlah dua puluh empat ini berubah menjadi seperti dua b
Dugaan Para Dewi tidak meleset malah secara tidak terduga muncul Jin Santet Laknat, Nenek sakti berhati jahat yang merupakan guru Patandai ini membantu muridnya hingga Patandai berhasil mendapatkan kesaktian baru. Puluhan bara api yang mendekam dalam perutnya mampu dilontarkannya keluar lewat mulutnya, dijadikan senjata dahsyat! Berarti apa yang selama ini disebut ilmu "Bara Neraka Penghancur Jagat" akan muncul kembali di rimba persilatan Negeri Jin. Bedanya kalau dulu bara itu berada dikepala dan bagian luar tubuh Jin Bara Neraka maka sekarang berada dalam perutnya!Pada pertemuan dengan muridnya Itu si nenek Jin Santet Laknat tidak lupa menegaskan kembali perintah yang pernah diberikannya pada Jin Bara Neraka."Dari beberapa tugas yang aku berikan padamu, baru satu yang kau laksanakan. Kau hanya bisa membunuh Pasingar! Hai! Bagaimana dengan tugas-tugas lainnya, Patandai?!" tanya si nenek dengan pandangan mata tajam seperti memantek batok kepala Patandai."Moho
"Celaka perabotanku!" seru Arya dengan muka pucat. Dia telah berusaha melompat sambil kangkangkan kedua kakinya mengharap bara api itu akan lewat di bawah selangkangannya, tapi percuma saja!Bayu dalam kagetnya tak sempat berbuat apa-apa. Bintang sendiri berusaha mencabut Pedang Pilar Bumi dari pinggang belakangnya, namun terlambat. Dia akhirnya memutuskan untuk menghantam lawan dengan Pukulan Matahari Terik.Masih tetap terlambat tak ada gunanya!Dalam keadaan luar biasa gentingnya itu tiba-tiba dari balik pohon besar berkelebat mengapung satu bayangan besar disertai bentakan garang."Siapa berani mencelakai tiga saudaraku!" Satu ringkikan keras menggelegar. Lalu "tranggg!"Bara api yang menyambar selangkangan Arya terpental. Sebuah benda berbentuk bola hitam somplak. Sosok yang mengapung di udara terdorong sampai setengah tombak tapi masih bisa jatuhkan diri di tanah dan pasang kuda-kuda pertahanan yang secepat kilat bisa berubah menjadi kuda-kud
Dua belas larik sinar hitam menyambar udara kosong. Sementara itu tendangan Maithatarun berhasil dielakkan oleh Jin Bara Neraka. Begitu selamat dari hantaman bola batu, Jin Bara Neraka segera semburkan dua bara api. Dia membuat gerakan seperti hendak menyerang Maithatarun. Tapi tiba-tiba dia membalik dan arahkan semburan bara apinya pada Ruhsantini.”Ruhsantini awas!" teriak Maithatarun. Dia cepat melompat lalu hantamkan kaki batunya. Namun dua bara api itu luput. Untung Bintang yang telah bersiap siaga cepat bertindak. Bintang melompat sambil lepaskan pukulan Badai Pusaran Angin. Pukulan sakti yang mengerahkan dua pertiga tenaga dalam ini berhasil membuat mental salah satu dari dua bara api. Celakanya, bara api yang satu lagi masih terus melesat ke jurusan Ruhsantini walau kini arahnya agak meleset.Didahului teriakan keras Ruhsantini melompat selamatkan diri. Namun seperti hidup dan punya mata bara api yang satu ini mengejarnya. Arya yang berada di dekat situ s
Malah belakangan ini entah mengapa dia selalu terkenang pada dara cantik bernama Ruhcinta. Selain itu ada rasa khawatir kalau-kalau mendiang roh istrinya yakni Ruhrinjani muncul secara mendadak. Di balik semua itu ada pula perasaan rendah diri menyamak di hati Maithatarun mengingat keadaan kakinya yang terbungkus bola batu. Walau bola-bola batu itu membuat dia menjadi seorang sakti mandraguna namun dia merasa seolah-olah itu juga merupakan satu cacat pada dirinya. Dia telah berusaha dengan berbagai cara untuk menghancurkan bola-bola batu itu. Tapi tidak ada satu benda atau senjata pun yang sanggup membelah batu tersebut. Satu-satunya jalan adalah mencari Jin Santet Laknat dan meminta nenek jahat itu untuk mengobati memusnahkan santetnya.Bintang walau gembira melihat kedatangan Maithatarun namun karena lelaki itu datang bersama Ruhsantini maka dia merasa khawatir kalau Ruhrinjani yang belum lama pergi akan muncul kembali di tempat itu secara tidak terduga. Ingin memberi tahu
Bintang geleng-geleng kepalanya. ”Pada saat korban terakhir, lelaki berjuluk Jin Hati Baja menemui ajal, sebelumnya kami menyaksikan ada sinar melesat dari roda lonceng yang membuat dia kesilauan. Hal yang sama juga terjadi dengan diriku. Jika sinar menyilaukan itu merupakan satu hal yang diandalkan maka aku bisa menduga Pateleng hanya melayani orang-orang yang datang pada siang hari. Karena pada malam hari tidak ada sang surya!" Bintang pandangi sepasang kakinya. Sambil gelengkan kepala dia berkata. ”Kalau saja Ruhrinjani tidak muncul secara tiba- tiba menolongku, mungkin saat ini aku sudah menjadi jerangkong seperti yang lain-lainnya itu”Maithatarun melirik ke arah Ruhsantini dan diam-diam menahan rasa kejut mendengar ucapan Bintang tadi. Dia ingin menanyakan sesuatu tapi merasa segan karena Ruhsantini berada di dekat situ. Sebaliknya Ruhsantini jadi merasa kurang enak. Kalau sampai roh mendiang istri lelaki yang dikasihinya itu muncul lagi di tempa
Namun sambil lontarkan senyum genit dia berkata. "Kukira hanya aku saja yang mengingat-ingat peristiwa itu. Ternyata kau tidak pernah melupakan. Aku sudah lama tidak ke goa itu. Mungkin sudah saatnya aku harus ke sana. Mungkin bersamamu...?"Maithatarun gembungkan rahangnya pertanda lelaki ini tidak senang dengan ucapan Ruhjelita barusan. ”Aku ingin kau berterus terang Hai Ruhjelita. Apa yang telah kau lakukan terhadap diriku di Goa Pualam Pamerah itu?"Wajah Ruhjelita kelihatan berubah. Sepasang matanya terbuka lebar dan dua alisnya yang hitam naik ke atas. ”Hai, Maithatarun. Nada pernyataanmu seperti menuduh! Memangnya apa yang telah aku lakukan terhadapmu? Kau datang dan pergi tanpa cidera barang sedikit pun!""Bukan mustahil kau sengaja memancing menjebakku ke goa itu. Karena sebelumnya kau telah berserikat dengan Jin Muka Seribu. Buktinya Jin Muka Seribu tahu-tahu muncul di tempat itu. Berniat jahat hendak membunuhku. Sementara kau sendiri lenya
Bintang anggukkan kepala. Sepasang matanya tetap menatap Ruhjelita. Dia menatap dengan pandangan biasa-biasa saja, tidak menyorot apalagi menunjukkan hawa amarah atau kebencian. Hal itu membuat Ruhjelita agak lega sedikit. Maka gadis cantik dengan rambut tergulung di atas kepala itu menjawab polos."Tongkat ini memang bukan milikku. Aku menemukannya di satu tempat""Apakah kau tahu siapa pemiliknya?""Kalau aku tak salah menduga tongkat batu biru ini adalah milik seorang bergelar Tongkat Biru Pengukur Bumi”Bintang melirik pada Maithatarun membuat Ruhjelita menduga-duga apa arti lirikan itu."Kalau aku boleh bertanya lagi, di manakah pemilik tongkat itu sekarang berada?" ujar Bintang pula."Orang tua itu kutemukan sudah jadi mayat. Tubuhnya" Ruhjelita tidak meneruskan ucapannya, dia cepat beralih kata. ”Tongkat ini kutemukan tak jauh dari jenazahnya”"Terima kasih atas keteranganmu," kata Bintang lalu tersenyum.