Namun sambil lontarkan senyum genit dia berkata. "Kukira hanya aku saja yang mengingat-ingat peristiwa itu. Ternyata kau tidak pernah melupakan. Aku sudah lama tidak ke goa itu. Mungkin sudah saatnya aku harus ke sana. Mungkin bersamamu...?"
Maithatarun gembungkan rahangnya pertanda lelaki ini tidak senang dengan ucapan Ruhjelita barusan. ”Aku ingin kau berterus terang Hai Ruhjelita. Apa yang telah kau lakukan terhadap diriku di Goa Pualam Pamerah itu?"
Wajah Ruhjelita kelihatan berubah. Sepasang matanya terbuka lebar dan dua alisnya yang hitam naik ke atas. ”Hai, Maithatarun. Nada pernyataanmu seperti menuduh! Memangnya apa yang telah aku lakukan terhadapmu? Kau datang dan pergi tanpa cidera barang sedikit pun!"
"Bukan mustahil kau sengaja memancing menjebakku ke goa itu. Karena sebelumnya kau telah berserikat dengan Jin Muka Seribu. Buktinya Jin Muka Seribu tahu-tahu muncul di tempat itu. Berniat jahat hendak membunuhku. Sementara kau sendiri lenya
Bintang anggukkan kepala. Sepasang matanya tetap menatap Ruhjelita. Dia menatap dengan pandangan biasa-biasa saja, tidak menyorot apalagi menunjukkan hawa amarah atau kebencian. Hal itu membuat Ruhjelita agak lega sedikit. Maka gadis cantik dengan rambut tergulung di atas kepala itu menjawab polos."Tongkat ini memang bukan milikku. Aku menemukannya di satu tempat""Apakah kau tahu siapa pemiliknya?""Kalau aku tak salah menduga tongkat batu biru ini adalah milik seorang bergelar Tongkat Biru Pengukur Bumi”Bintang melirik pada Maithatarun membuat Ruhjelita menduga-duga apa arti lirikan itu."Kalau aku boleh bertanya lagi, di manakah pemilik tongkat itu sekarang berada?" ujar Bintang pula."Orang tua itu kutemukan sudah jadi mayat. Tubuhnya" Ruhjelita tidak meneruskan ucapannya, dia cepat beralih kata. ”Tongkat ini kutemukan tak jauh dari jenazahnya”"Terima kasih atas keteranganmu," kata Bintang lalu tersenyum.
Maithatarun mendengus keras. Ruhsantini perlihatkan muka geram sementara Bayu mencibir dan Arya bersungut-sungut Bintang diam sesaat. Lalu sambil menggeleng kepala dia membatin."Aku ingat sekarang. Suara kakek teleng itu seperti pernah kudengar sebelumnya”"Maithatarun, kakek teleng itu agaknya jerih melihat bola-Bola Neraka di kedua kakimu," bisik Bayu.Bintang menggeleng kepalanya kembali seraya berkata. ”Dia mengincar Ruhsantini. Tapi bukan mustahil dia menyembunyikan sesuatu... Kalau dugaanku betul..”Sementara itu Lonceng Kematian berputar terus dengan suara menggemuruh menggetarkan tanah lapangan."Kakek di atas rumah lonceng!" Bintang berteriak. ”Perempuan cantik baju merah ini menjadi milikmu jika kau mengizinkan kawanku yang berkaki batu ini menjajal kehebatan loncengmu!""Bintang, lancang sekali mulutmu!" teriak Ruhsantini marah. Bayu dan Arya melongo.Maithatarun pelototkan mata. Tangan kirinya lang
"Aku Maithatarun, berjuluk Jin Kaki Batu!" jawab Maithatarun."Hemmmm” Pateleng bergumam. Dalam hati dia merutuk. ”Jin keparat, aku sudah tahu siapa kau sebenarnya! Bersiaplah menerima Kematian!" Pateleng pindahkan pipanya ke tangan kiri. Bintang memperhatikan tangan kanan kakek itu mengeluarkan getaran, pertanda dia telah mengerahkan tenaga dalam. Dengan tangan kanan berada di hulu pedang, Bintang siapkan pukulan Matahari Terik di tangan kiri.Pateleng tancapkan bendera kuning di roda lonceng yang berputar. Lalu kakek ini ketukkan pipanya ke pinggiran roda lonceng seraya berseru."Satu!"Lonceng Kematian menggemuruh dan berputar kencang. Maithatarun mulai berlari-lari di atas roda lonceng. Semua orang yang ada di tempat itu menjadi tegang tapi diam-diam sama menyiapkan pukulan-pukulan sakti. Atap rumah lonceng itu agaknya dalam waktu tidak berapa lama lagi akan menjadi ajang perkelahian dahsyat!-o0o-GEMURUH suara Lonceng Kemat
Bintang dan tiga orang lainnya yang sejak tadi sudah mengambil sikap penuh waspada, begitu melihat Pateleng berkelebat gerakkan kaki kiri menginjak tonjolan kayu, ke empat orang ini segera menghantam ke arah Pateleng yang saat itu telah pula melancarkan pukulan sakti Jin Hijau Penjungkir Langit.Bintang lepaskan pukulan Matahari Terik lalu jatuhkan diri dan bergulingan di atas atap. Pedang Pilar Bumi yang sudah ada di tangan kanannya ditebaskan ke arah tonjolan kayu yang dipijak Pateleng. Bukan saja dia hendak menghancurkan alat rahasia di atas atap itu tapi sekaligus dia juga ingin membabat putus kaki kiri Pateleng. Namun si kakek bertindak cepat selamatkan kakinya.Ketika kakinya hendak dipergunakan untuk menendang kepala Bintang, Arya dan Bayu telah lebih dulu menyeruduk tubuhnya hingga tak ampun lagi kakek ini terdorong jatuh ke bawah. Bahunya menghantam pinggiran roda lonceng. Satu jeritan dahsyat menggelegar dari mulut Pateleng. Darah tampak mengucur dari bahu ki
Yang ditanya palingkan kepalanya ke arah Bintang, pandangi Bintang mulai dari kepala sampai ke kaki lalu berkata. ”Orang muda kau adalah manusia hebat dalam kesederhanaan. Hidupmu penuh suka karena begitu banyak gadis yang jatuh hati padamu. Penuh suka walau ujian dan bahaya mengancam di mana-mana. Aku senang bertemu denganmu”Bintang geleng-geleng kepalanya”Kek, apa mungkin kau seorang juru ramal?!" tanya Bintang pula.Kakek berpakaian ungu itu tersenyum. ”Aku datang dari jauh mencari Maithatarun untuk menyerahkan satu benda sangat berharga yang telah kubawa ke mana-mana selama beberapa tahun” Habis berkata begitu si kakek lalu duduk di hadapan Maithatarun. Dia singsingkan bagian bawah pakaiannya yang berbentuk jubah dan ulurkan kaki kanannya. Tidak terduga oleh semua orang yang ada di situ, si kakek hantamkan tangan kanannya ke pergelangan kaki kanan."Praaakk!"Kaki hancur dan tulangnya patah. Anehnya tak ada darah yang me
Pahambalang mengerang pendek lalu bangkit dan duduk. Mayat istrinya diletakkan di pangkuan. Dia memandang berkeliling. "Ruhmintari istriku! Di mana aku jatuh di situlah tempat perpisahan kita. Mungkin ini satu petunjuk. Agaknya di sini aku harus menyemayamkan dirimu! Hai Ruhmintari, tubuh kasar kita boleh berpisah. Tapi rasanya mungkin tak akan lama kau menunggu. Aku akan menyusulmu. Tunggu aku di alam roh Hai istriku!" Dengan hati-hati Pahambalang dudukkan mayat istrinya di tanah, bersandar ke batu besar di belakangnya. Air mata mengucur membasahi dua pipinya yang cekung dan penuh berewok meranggas. Berkali-kali dia mengusap rambut Ruhmintari. Berkali-kali pula dia menciumi wajah perempuan itu. Kalau tadi sekujur tubuhnya letih seolah tidak bertulang lagi, namun saat itu tiba-tiba seperti mendapat satu kekuatan, Pahambalang melompat ke atas batu. Dengan dua tangan terkepal dan diacungkan ke langit dia berteriak."Para Dewi di atas langit! Untuk semua apa yang telah kalian la
PULUHAN tahun berlalu setelah peristiwa Pahambalang dan terjadinya kegegeran di Negeri Atas Langit. Di tikungan sungai yang penuh dengan semak belukar, hampir tersamar mendekam seorang berpakaian serba hitam. Wajahnya dilumuri lumpur dan diberi jelaga hitam. Dari keseluruhan mukanya hanya bagian sekitar sepasang bola matanya saja yang masih kelihatan putih. Orang ini tidak putus-putusnya memandang ke arah rimba belantara di depannya."Seharian lebih aku berada di sini. Kakek itu masih belum kelihatan. Kalau aku menyelidik ke dalam hutan mungkin aku akan menemuinya. Tapi berarti gadis yang kuperkirakan akan lewat di tempat ini tidak dapat kutemui. Dua orang itu sama-sama pentingnya. Aku harus mengambil keputusan”Di dalam hutan suara kicau burung tiba-tiba berhenti dan lenyap. Orang di balik semak belukar memasang telinga dan kembali menatap tajam ke arah depan. Dia berusaha tenang namun tak dapat menahan debar dada- nya ketika di depan sana dia melihat satu bayan
"Hai kerabat muka hitam. Baiklah, aku menunggu apa gerangan yang hendak kau tanyakan padaku”"Aku tengah mencari seorang bernama Pajundai alias Pabahala yang konon kini dianggap sebagai Raja Diraja Segaia Jin di Kota Jin ini dan dijuluki Jin Muka Seribu. Sebelum melakukan pencarian Ingin kutanyakan padamu. Di luaran aku menyirap kabar bahwa Jin Muka Seribu adalah muridmu. Apakah hal itu benar Hai Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab?"Si kakek terdiam, usap mukanya lalu gelak mengekeh. "Dunia luar dunia penuh sejuta keanehan. Salah satu di antaranya adalah berita yang kau dengar itu. " Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab gelengkan kepala."Jin Muka Seribu bukan muridku, aku bukan guru Jin Muka Seribu. Tidak pernah aku mengajarkan secuil ilmupun padanya. Bagaimana hal itu tersebar diluaran setelah kuselidiki ternyata adalah ulah perbuatan Jin Muka Seribu sendiri. Dia sengaja menebar kabar dengan maksud tujuan tertentu”."Hai, terima kasih kau telah mau memb
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig