Share

193. Bagian 17

Pahambalang mengerang pendek lalu bangkit dan duduk. Mayat istrinya diletakkan di pangkuan. Dia memandang berkeliling. "Ruhmintari istriku! Di mana aku jatuh di situlah tempat perpisahan kita. Mungkin ini satu petunjuk. Agaknya di sini aku harus menyemayamkan dirimu! Hai Ruhmintari, tubuh kasar kita boleh berpisah. Tapi rasanya mungkin tak akan lama kau menunggu. Aku akan menyusulmu. Tunggu aku di alam roh Hai istriku!" Dengan hati-hati Pahambalang dudukkan mayat istrinya di tanah, bersandar ke batu besar di belakangnya. Air mata mengucur membasahi dua pipinya yang cekung dan penuh berewok meranggas. Berkali-kali dia mengusap rambut Ruhmintari. Berkali-kali pula dia menciumi wajah perempuan itu. Kalau tadi sekujur tubuhnya letih seolah tidak bertulang lagi, namun saat itu tiba-tiba seperti mendapat satu kekuatan, Pahambalang melompat ke atas batu. Dengan dua tangan terkepal dan diacungkan ke langit dia berteriak.

"Para Dewi di atas langit! Untuk semua apa yang telah kalian la

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status