All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 1911 - Chapter 1920

2578 Chapters

184. Bagian 9

“Lalu bagaimana dengan kita?” tanya Bayu.“Jangan terlalu mengharap. Kita sendiri akan berada dalam bahaya berkepanjangan. Mungkin kita harus menunggu sampai Maithatarun menghabisi Zalanbur. Kalau dia menang! Kita tetap harus mencari jalan kembali ke dunia kita! Tanah Jawa! Sekarang hari sudah gelap. Malam akan segera tiba. Aku tidak dapat membayangkan ngerinya malam di negeri aneh ini! Tapi kalau siang datang, aku minta Maithatarun mengantarkan kita ke kawasan berumput itu. Kita harus dapatkan Cincin bermata hijau itu kembali!” sandarkan badannya ke dinding kocek. “Sialnya nasib kita ini...”Tiba-tiba saja mereka merasakan seperti melayang di udara. Lalu ada suara menggemuruh.“Apa yang terjadi?!” seru Arya sambil berusaha menahan kencingnya.Bayu coba mengintai. Sesaat kemudian dia memberi tahu. “Maithatarun berada di atas kuda kaki enamnya!”“Berarti kita tengah menuju Kota Jin!&r
Read more

184. Bagian 10

“Patole.... Patole,” kata Maithatarun sambil geleng-geleng kepala. “Apa kau dan lima kerabat sudah pada buta? Dengan siapa saat ini kalian berhadapan?!”Patole menjawab. “Yang kami lihat memang sosok kasar Maithatarun, bekas Kepala Kota Jin. Tapi kami tidak tahu apakah ini benar jazad hidupnya atau rohnya yang gentayangan dari alam kematian!”Kembali telinga Maithatarun menjadi panas. Malah dadanya kini mulai terasa seolah dibakar. “Hai! enam kerabat, tidak tahu aku siapa yang buta dan pandir di antara kita. Aku tidak ingin bicara berlama-lama dengan kalian. Beri aku jalan! Aku akan segera menuju Kota Jin!”“Maithatarun!, harap kau mau bersadar diri. Keadaan sekarang berubah sudah. Dulu kau Kepala Kota Jin yang kami hormati. Tapi sekarang tidak. Saat ini kami adalah para wakil kepercayaan Zalanbur, Kepala Kota Jin yang baru! Kami diperintahkan untuk mencegatmu. Kau tidak boleh memasuki Jin!”&ldq
Read more

184. Bagian 11

Di sebelah kiri kuda kaki enam meringkik keras sewaktu salah seekor kadal raksasa menancapkan gigi-giginya di tengkuk. Kuda ini berlaku cerdik. Dia jatuhkan diri, berguling di tanah sambil menyorongkan kepalanya. Tanduknya yang tajam berkeluk menancap di perut kadal coklat yang tadi menyerangnya!Niat baik Maithatarun ternyata tidak mendapat sambutan Patole. Malah dia melompati Maithatarun dan memiting lehernya dari belakang. Dari depan dua kawannya menyerbu dengan parang terhunus!“Bacok! Lekas kalian bacok dia!” teriak Patole.Maithatarun kertakkah rahang. Kesabaran dan rasa kasihannya hilang. Dengan bola batu kaki kirinya dia menginjak kaki kiri Patole hingga berderak hancur. Selagi Patole menjerit kesakitan dan lepaskan pitingan-nya, Maithatarun tarik sosok orang ini lalu dilemparkan ke depan. Tepat pada saat dua parang besi datang membacok.Patole menjerit keras lalu roboh ke tanah mandi darah. Dua orang kawannya yang barusan secara tak s
Read more

184. Bagian 12

Mendengar kata-kata Si Bayu, mau tak mau Arya memandang ke arah yang ditunjuk. Anak perempuan yang ditunjuk Bayu ternyata adalah seorang anak kecil yang tubuhnya penuh koreng dan ingusnya mengambang turun naik di atas bibirnya!Arya mengomel panjang pendek sedang Bayu dan Bintang tertawa gelak-gelak.Penutup kocek tiba-tiba jatuh ke bawah. Tiga orang jatuh terhempas jatuh. Bintang cepat berdiri dan berusaha mendorong penutup kocek ke atas. Dia tahu sesuatu yang hebat bakal terjadi.“Duelcarok! Duelcarok!” Kembali orang banyak di seputar tanah lapang berteriak-teriak sambil mengacung-acungkan tangan atau benda apa saja yang mereka pegang.Di ujung tanah lapang besar di hadapan Maithatarun, di atas sebuah kursi batu duduklah seorang pemuda berwajah kebiru-biruan. Di kepalanya ada sebuah destar terbuat dari kulit kayu berwarna merah dan berukir-ukir gambar kepala harimau bersilang tombak. Destar itu adalah destar kebesaran milik Kepala Kota Jin.
Read more

184. Bagian 13

“Zalanbur!” Maithatarun tiba-tiba berteriak. “Lihat baik-baik keadaan dua kakiku! Dua batu bulat membungkus kakiku! Aku menyebutnya Bola-Bola Neraka! Kaulah yang punya pekerjaan sampai aku jadi begini! Kau menyantet diriku! Tapi hari ini kau akan menyesal sampai ke alam roh! Karena dua kakiku ini yang akan mengirimmu ke alam sesat neraka jahanam! Aku Maithatarun siap melakukan Duelcarok dengan manusia laknat Kepala Negeri palsu!” Masih menggema teriakan Maithatarun itu tahu-tahu tubuhnya tampak melayang di udara. Kaki kanannya menyambar menimbulkan suara laksana sambaran angin puting beliung. Orang banyak di tepi lapang berseru kaget dan cepat-cepat menjauh.Zalanbur berteriak keras sambil melompat dari atas kursi batu. Tangan kanannya menghantam. Tapi luput. Masih untung dia selamatkan diri dari tendangan kaki batu.“Braaakkk! Byaaarrr!”Kursi batu yang tadi diduduki Zalanbur hancur berkeping-keping dan bertaburan di udara. M
Read more

184. Bagian 14

“Kita harus menolong Maithatarun! Kalau tidak kita bisa ikut celaka!”“Menolong bagaimana? Keluar dari dalam kocek ini saja kita tidak mampu!” tukas Bayu.“Kalaupun bisa keluar apa yang bisa kau lakukan?!” Menimpali Arya.“Pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan! Pasti!” kata Bintang.Saat itu Jin Kempompong begitu keluar dari dalam sarangnya kembali melesat menyerang Maithatarun. Kali ini ekornya ikut menggebuk. Selagi dia berusaha menghindarkan gebukan ekor ulat raksasa tiba-tiba kepala Jin Kepompong menyambar ke lehernya!“Celaka!” keluh Maithatarun. Dia coba mencekal leher ulat raksasa namun gigi-gigi Jin Kepompong sudah menempel di lehernya. Dalam usahanya menyelamatkan diri Maithatarun jatuh punggung dan terbanting di tanah. Dua kakinya ditendangkan berusaha menghantam tubuh ulat raksasa sementara dua tangan mencekal leher dan kepala Ulat, menahan gerakan gigitan yang siap memutus l
Read more

184. Bagian 15

Sosok bagian atas Jin Kepompong terbanting ke tanah. Bagian sebelah bawah menggeliat-geliat beberapa lama lalu diam tak berkutik lagi. Maithatarun tidak menunggu lebih lama. Dibarengi dengan teriakan garang kaki kanannya dihantamkan ke kepala Jin Kepompong.“Praaakkk!”Kepala ulat raksasa itu hancur begitu Bola Bola Neraka menghantam telak. Seolah keluar dari langit, satu teriakan dahsyat terdengar menukik bumi! Sosok ulat coklat perlahan-lahan berubah. Yang terlihat kini adalah tubuh Zalanbur, hancur putus di bagian perut dan remuk mengerikan di bagian kepala.Maithatarun tegak terhuyung-huyung sambil pegang lehernya yang luka. Dia memandang berkeliling ke arah orang-orang yang tegak di seputar tanah lapang.“Maithatarun! Kami ingin kau kembali menjadi Kepala Kota Jin!” seseorang berteriak.“Maithatarun Kepala Kota Jin!”“Maithatarun! Maithatarun!”“Yang jahat Zalanbur! B
Read more

184. Bagian 16

"Hai! Nenek Jin Santet Laknat. Aku Patandai siap menerima ilmu apapun yang akan kau berikan padaku!"Si nenek tertawa melengking. "Ilmu ‘Bara Neraka’ akan segera kau dapatkan! Begitu ilmu itu menjadi milikmu, maka otakmu ada dalam otakku. Kau menjadi milikku. Artinya kau berada di bawah kekuasaanku. Kau harus melakukan semua apa yang aku kata dan perintahkan. Sekali kau berani membangkang maka ilmu ‘Bara Neraka’ akan menghancurkan dirimu sendiri! Kau mengerti dan paham Patandai?!""Aku mengerti. Aku paham Nenek Jin Santet Laknat!"Si nenek tertawa panjang. Di timur langit semakin terang. "Berdiri lurus-lurus Patandai! Kepalkan dua tanganmu dan letakkan di samping!"Lelaki bernama Patandai lakukan apa yang di- katakan si nenek. Tubuhnya tegak lurus-lurus di atas batu merah panas. Dua tangan ditempelkan rapat-rapat ke sisi kiri kanan."Kau sudah siap Patandai?!" "Aku sudah siap Nek!""Sungguh?!"
Read more

184. Bagian 17

Si nenek potong ucapan Patandai dengan tawa bergelak lalu berkata. "Kau sudah kuberikan ilmu ‘Bara Neraka’ Sekarang mari kita mengatur perjanjian dan perintah! Harap kau dengar baik-baik Hai! Jin Bara Neraka! Setiap aku memberi perintah aku bisa langsung muncul di hadapanmu atau hanya mengirimkan dari kejauhan melalui angin dengan ilmu yang disebut Ilmu Menyadap Suara Angin. Sekarang aku mulai dengan perintah-perintahku Patandai! Setiap perintah harus kau lakukan tanpa pernyataan karena otakmu ada dalam otakku! Kau berada dalam kekuasaanku! Pertama kau harus mencari seorang manusia bernama Maithatarun Aku tak perlu me- nerangkan siapa adanya manusia itu. Kau kenal dia karena dia dulunya adalah Kepala Negeri Kota Jin.""Aku tahu dan aku kenal Maithatarun. Perintah akan kujalankan Nenek Jin Santet Laknat!" kata Patandai yang kini telah diberi nama Jin Bara Neraka!"Perintah kedua! Kau harus membunuh Ruhsantini Istrimu sendiri...”
Read more

184. Bagian 18

Belalang raksasa tundukkan kepala ke bawah lalu menggeleng pertanda dia mengerti dan menjawab ucapan tuan penunggangnya."Kau sahabatku yang setia Paehijau. Mudah-mudahan Para Dewa dan Dewi menolong kita hingga kita bisa selamat sampai ke puncak Patimerapi...”Baru saja perempuan ini selesai berucap tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi. Astaga. Ternyata dalam bungkusan yang didukungnya di tangan kiri, ada sosok seorang orok yang masih merah karena baru berusia 40 hari. Perempuan ini cepat menimang-nimang bayi daam bedungan."Anakku Ramatahati, berhentilah menangis. Sebentar lagl kau akan bertemu dengan bapakmu. Sebentar lagi kau akan menjadi anak yang syah. Punya Ibu dan punya ayah!" Perempuan itu terus menimang-nimang si bayi hingga akhirnya berhenti menangis. Sesaat dia mendongak ke atas, berusaha menembus tebaran kabut yang menutupi pemandangan. Jauh di atas sana men- julang tinggi puncak Gunung Patimerapi yang dari kawahnya selalu mengepul asap pana
Read more
PREV
1
...
190191192193194
...
258
DMCA.com Protection Status