“Zalanbur!” Maithatarun tiba-tiba berteriak. “Lihat baik-baik keadaan dua kakiku! Dua batu bulat membungkus kakiku! Aku menyebutnya Bola-Bola Neraka! Kaulah yang punya pekerjaan sampai aku jadi begini! Kau menyantet diriku! Tapi hari ini kau akan menyesal sampai ke alam roh! Karena dua kakiku ini yang akan mengirimmu ke alam sesat neraka jahanam! Aku Maithatarun siap melakukan Duelcarok dengan manusia laknat Kepala Negeri palsu!” Masih menggema teriakan Maithatarun itu tahu-tahu tubuhnya tampak melayang di udara. Kaki kanannya menyambar menimbulkan suara laksana sambaran angin puting beliung. Orang banyak di tepi lapang berseru kaget dan cepat-cepat menjauh.
Zalanbur berteriak keras sambil melompat dari atas kursi batu. Tangan kanannya menghantam. Tapi luput. Masih untung dia selamatkan diri dari tendangan kaki batu.
“Braaakkk! Byaaarrr!”
Kursi batu yang tadi diduduki Zalanbur hancur berkeping-keping dan bertaburan di udara. M
“Kita harus menolong Maithatarun! Kalau tidak kita bisa ikut celaka!”“Menolong bagaimana? Keluar dari dalam kocek ini saja kita tidak mampu!” tukas Bayu.“Kalaupun bisa keluar apa yang bisa kau lakukan?!” Menimpali Arya.“Pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan! Pasti!” kata Bintang.Saat itu Jin Kempompong begitu keluar dari dalam sarangnya kembali melesat menyerang Maithatarun. Kali ini ekornya ikut menggebuk. Selagi dia berusaha menghindarkan gebukan ekor ulat raksasa tiba-tiba kepala Jin Kepompong menyambar ke lehernya!“Celaka!” keluh Maithatarun. Dia coba mencekal leher ulat raksasa namun gigi-gigi Jin Kepompong sudah menempel di lehernya. Dalam usahanya menyelamatkan diri Maithatarun jatuh punggung dan terbanting di tanah. Dua kakinya ditendangkan berusaha menghantam tubuh ulat raksasa sementara dua tangan mencekal leher dan kepala Ulat, menahan gerakan gigitan yang siap memutus l
Sosok bagian atas Jin Kepompong terbanting ke tanah. Bagian sebelah bawah menggeliat-geliat beberapa lama lalu diam tak berkutik lagi. Maithatarun tidak menunggu lebih lama. Dibarengi dengan teriakan garang kaki kanannya dihantamkan ke kepala Jin Kepompong.“Praaakkk!”Kepala ulat raksasa itu hancur begitu Bola Bola Neraka menghantam telak. Seolah keluar dari langit, satu teriakan dahsyat terdengar menukik bumi! Sosok ulat coklat perlahan-lahan berubah. Yang terlihat kini adalah tubuh Zalanbur, hancur putus di bagian perut dan remuk mengerikan di bagian kepala.Maithatarun tegak terhuyung-huyung sambil pegang lehernya yang luka. Dia memandang berkeliling ke arah orang-orang yang tegak di seputar tanah lapang.“Maithatarun! Kami ingin kau kembali menjadi Kepala Kota Jin!” seseorang berteriak.“Maithatarun Kepala Kota Jin!”“Maithatarun! Maithatarun!”“Yang jahat Zalanbur! B
"Hai! Nenek Jin Santet Laknat. Aku Patandai siap menerima ilmu apapun yang akan kau berikan padaku!"Si nenek tertawa melengking. "Ilmu ‘Bara Neraka’ akan segera kau dapatkan! Begitu ilmu itu menjadi milikmu, maka otakmu ada dalam otakku. Kau menjadi milikku. Artinya kau berada di bawah kekuasaanku. Kau harus melakukan semua apa yang aku kata dan perintahkan. Sekali kau berani membangkang maka ilmu ‘Bara Neraka’ akan menghancurkan dirimu sendiri! Kau mengerti dan paham Patandai?!""Aku mengerti. Aku paham Nenek Jin Santet Laknat!"Si nenek tertawa panjang. Di timur langit semakin terang. "Berdiri lurus-lurus Patandai! Kepalkan dua tanganmu dan letakkan di samping!"Lelaki bernama Patandai lakukan apa yang di- katakan si nenek. Tubuhnya tegak lurus-lurus di atas batu merah panas. Dua tangan ditempelkan rapat-rapat ke sisi kiri kanan."Kau sudah siap Patandai?!" "Aku sudah siap Nek!""Sungguh?!"
Si nenek potong ucapan Patandai dengan tawa bergelak lalu berkata. "Kau sudah kuberikan ilmu ‘Bara Neraka’ Sekarang mari kita mengatur perjanjian dan perintah! Harap kau dengar baik-baik Hai! Jin Bara Neraka! Setiap aku memberi perintah aku bisa langsung muncul di hadapanmu atau hanya mengirimkan dari kejauhan melalui angin dengan ilmu yang disebut Ilmu Menyadap Suara Angin. Sekarang aku mulai dengan perintah-perintahku Patandai! Setiap perintah harus kau lakukan tanpa pernyataan karena otakmu ada dalam otakku! Kau berada dalam kekuasaanku! Pertama kau harus mencari seorang manusia bernama Maithatarun Aku tak perlu me- nerangkan siapa adanya manusia itu. Kau kenal dia karena dia dulunya adalah Kepala Negeri Kota Jin.""Aku tahu dan aku kenal Maithatarun. Perintah akan kujalankan Nenek Jin Santet Laknat!" kata Patandai yang kini telah diberi nama Jin Bara Neraka!"Perintah kedua! Kau harus membunuh Ruhsantini Istrimu sendiri...”
Belalang raksasa tundukkan kepala ke bawah lalu menggeleng pertanda dia mengerti dan menjawab ucapan tuan penunggangnya."Kau sahabatku yang setia Paehijau. Mudah-mudahan Para Dewa dan Dewi menolong kita hingga kita bisa selamat sampai ke puncak Patimerapi...”Baru saja perempuan ini selesai berucap tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi. Astaga. Ternyata dalam bungkusan yang didukungnya di tangan kiri, ada sosok seorang orok yang masih merah karena baru berusia 40 hari. Perempuan ini cepat menimang-nimang bayi daam bedungan."Anakku Ramatahati, berhentilah menangis. Sebentar lagl kau akan bertemu dengan bapakmu. Sebentar lagi kau akan menjadi anak yang syah. Punya Ibu dan punya ayah!" Perempuan itu terus menimang-nimang si bayi hingga akhirnya berhenti menangis. Sesaat dia mendongak ke atas, berusaha menembus tebaran kabut yang menutupi pemandangan. Jauh di atas sana men- julang tinggi puncak Gunung Patimerapi yang dari kawahnya selalu mengepul asap pana
Di atas batu Patandai merasakan tubuhnya bergetar. Lehernya menjadi kaku dan telinganya mengiang. Bagaimanapun dia mencoba, getaran pada matanya tak dapat dikuasainya. Dia sadar bahwa samadinya tak mungkin diteruskan. Didahului teriakan menggeledek sosok Patandai melesat ke atas. Di lain kejap dia telah berdiri dua tombak di hadapan Paehijau si belalang raksasa di atas mana duduk perempuan yang membawa bayi.Belalang raksasa tersurut mundur. Misainya bergerak-gerak sementara perempuan yang mendukung bayi berubah pucat wajahnya dan ketakutan setengah mati. Tadi sewaktu Patandai masih berada di dalam kawah dia memang sudah melihat ada kelainan atas diri suaminya itu. Namun setelah dekat dia tidak mengira kelainan itu adalah satu kengerian yang dahsyat! Sepasang mata yang memiliki empat bola mata laksana kobaran api memandang padanya."Ruhsantini! Perempuan celaka! Beraninya kau datang kemari! Berani kau mengganggu samadiku!"Perempuan yang disebut dengan nama Ruhs
"Patandai!""Diam! Namaku bukan Patandai lagi. Aku sekarang adalah Jin Bara Neraka!""Tidak perduli siapapun kau punya nama! Tidak kusangka sejahat ini hati dan pekertimu! Dengar manusia keji! Pembalasan dan karma akan jatuh atas dirimu!" Ruhsantini angkat bayi dalam bedungan tinggi-tinggi. Lalu berserulah perempuan malang ini."Hai! para Dewa dan para Dewi! Hai! semua roh yang ada di antara langit dan bumi! Bayi ini bayi suci! Tiada dosa atas dirinya! Bayi ini keluar dari rahimku! Hasil hubunganku dengan seorang suami bernama Patandai! Namun hari ini Patandai tidak mengakui kalau Ramatahati adalah anak darah dagingnya! Para Dewa dan para Dewi serta semua roh! Jatuhkan hukuman atas diri Patandai! Sengsarakan dia sebelum bayi ini sendiri menderita karena perbuatannya! Biarkan tubuhnya seperti itu sepanjang usia! Biarkan dia menderita seumur-umur dalam keangkuhan dan kesesatannya! Hai! anakku Ramatahati. Malang nasibmu! Kau tak akan berayah seumur hidupmu! Aku tak
"Jin Bara Neraka. Kau telah membuat kesalahan besar! Sudah kukatakan seratus ilmu yang sudah kau punya tidak bakal bisa menandingi ilmu ‘Bara Neraka’! Mengapa kau tidak menghantam perempuan itu dengan ilmu yang kuberikan?! Malah kau mempergunakan ilmu keropos Bianglala Hitam! Kau manusia tidak berguna. Sekali ini aku memberi pengampunan! Lain kali jika kau masih berlaku teledor kau akan rasakan hukuman dariku."Patandai sadar, segera jatuhkan diri berlutut "Nenek Jin Santet Laknat. Aku mohon maafmu! Aku mengaku telah berlaku salah! Lain kali aku tidak akan berbuat tolol lagi!"Jauh di kaki Gunung Patimerapi, si nenek yang di juluki Jin Santet Laknat banting-banting kaki saking marahnya. "Jin Bara Neraka tolol keparat!Dia memberi kesempatan pada Jin Muka Seribu untuk mencari dan menemukan Ruhsantini kembali.“Ahh... Bagairnana caraku agar membuat Jin Muka Seribu berpaling padaku. Padahal dulu-dulu dia seolah bisa gila jika sehar
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig