"Patandai!"
"Diam! Namaku bukan Patandai lagi. Aku sekarang adalah Jin Bara Neraka!"
"Tidak perduli siapapun kau punya nama! Tidak kusangka sejahat ini hati dan pekertimu! Dengar manusia keji! Pembalasan dan karma akan jatuh atas dirimu!" Ruhsantini angkat bayi dalam bedungan tinggi-tinggi. Lalu berserulah perempuan malang ini.
"Hai! para Dewa dan para Dewi! Hai! semua roh yang ada di antara langit dan bumi! Bayi ini bayi suci! Tiada dosa atas dirinya! Bayi ini keluar dari rahimku! Hasil hubunganku dengan seorang suami bernama Patandai! Namun hari ini Patandai tidak mengakui kalau Ramatahati adalah anak darah dagingnya! Para Dewa dan para Dewi serta semua roh! Jatuhkan hukuman atas diri Patandai! Sengsarakan dia sebelum bayi ini sendiri menderita karena perbuatannya! Biarkan tubuhnya seperti itu sepanjang usia! Biarkan dia menderita seumur-umur dalam keangkuhan dan kesesatannya! Hai! anakku Ramatahati. Malang nasibmu! Kau tak akan berayah seumur hidupmu! Aku tak
"Jin Bara Neraka. Kau telah membuat kesalahan besar! Sudah kukatakan seratus ilmu yang sudah kau punya tidak bakal bisa menandingi ilmu ‘Bara Neraka’! Mengapa kau tidak menghantam perempuan itu dengan ilmu yang kuberikan?! Malah kau mempergunakan ilmu keropos Bianglala Hitam! Kau manusia tidak berguna. Sekali ini aku memberi pengampunan! Lain kali jika kau masih berlaku teledor kau akan rasakan hukuman dariku."Patandai sadar, segera jatuhkan diri berlutut "Nenek Jin Santet Laknat. Aku mohon maafmu! Aku mengaku telah berlaku salah! Lain kali aku tidak akan berbuat tolol lagi!"Jauh di kaki Gunung Patimerapi, si nenek yang di juluki Jin Santet Laknat banting-banting kaki saking marahnya. "Jin Bara Neraka tolol keparat!Dia memberi kesempatan pada Jin Muka Seribu untuk mencari dan menemukan Ruhsantini kembali.“Ahh... Bagairnana caraku agar membuat Jin Muka Seribu berpaling padaku. Padahal dulu-dulu dia seolah bisa gila jika sehar
"Darahku menjadi panas melihat kecantikanmu!" kata Patandai tanpa malu-malu. "Maukah kau ikut bersamaku. ?""Ajakan seorang gagah siapa berani menampik. Tapi kemanakah kau hendak membawaku. ?"Patandai jadi bingung sendiri. Lalu dia tertawa gelak-geiak. "Aku jadi bodoh! Tidak tahu mau mengajakmu kemana...”"Kemana saja asal kau yang mengajak tentu aku suka. " kata si gadis pula dan tak lupa dengan kerlingan mata genit yang membuat Patandai tambah terambung-ambung seperti di awan! Tangan kanannya meluncur memegang lengan si gadis lalu setengah berbisik dia berkata."Di samping kawah sebelah sana ada sebuah goa Di dalamnya ada satu telaga kecil. Hawa di sana sangat sejuk dan bersih. Aku akan membawamu kesana...”"Ah, senang hatiku. Tapi aku ingin sedikit berlama- lama di bawah sinar sang surya yang baru terbit ini. Kuharap kau tidak marah. Sinar mentari sangat bagus buat kulit perempuan sepertiku...”"Apapun yang kau katakan
Gemuruhnya arus sungai terasa menyeramkan di telinga Bintang. Bayu dan Arya yang berada di atas telapak tangan kanan Maithatarun. Maithatarun sendiri saat itu duduk di atas sebuah batu besar sambil merendam sepasang kakinya yang terbungkus dua batu besar berbentuk bola yang di seantero Negeri Kota Jin kini telah dikenal dengan sebutan Bola Bola Neraka. Bahkan banyak pula yang menjuluki Maithatarun sebagai Jin Kaki Batu.Sejak dia membunuh Zalanbur, pemuda jahat yang hendak mencelakai dirinya, penyebab kematian istrinya Ruhrinjani serta perampas kedudukannya sebagai Kepala Negeri Kota Jin. Hampir seluruh penduduk menginginkannya kembali menjadi Kepala Negeri. Namun Maithatarun telah kepalang kecewa. Walau kini dia telah meninggalkan Kota Jin. Dia belum tahu kemana dia hendak pergi. Sementara itu rasa suka dan persahabatannya terhadap Bintang dan dua kawannya semakin terasa erat.Maithatarun memetik selembar daun di tepi sungai. Ketiga orang itu diletakkannya di atas dau
Maithatarun menyeringai.”Persahabatan bukan berarti harus melakukan sesuatu yang mustahil Hai! sobatku Bintang. Kita pergi ke Bukit Patinggihijau dulu. Soal batu itu kita urus kemudian...”Maithatarun mengusap kepala kuda hitam berkaki enam yang kini tegakdi sampingnya. Ketika dia hendak, naik ke punggung binatang ini Bintang berkata.”Maithatarun, tunggu! Kalau kau tidak mau mengantarkan kami ke kawasan rerumputan itu, apa kau juga tidak mau menolong kami mencari Jin Tangan Seribu?""Makhluk satu ini. Dia sulit sekali dicarinya!""Seluas-luasnya Negeri Kota Jin ini Jin Tangan Seribu pasti punya tempat kediaman. Kalau kita pergi ke sana, masakan tidak bertemu?!" berkata Bayu."Kalian bertiga tidak tahu siapa adanya Jin Tangan Seribu. Dia jarang berada di tempat kediamannya. Selain itu dia berada di bawah pengaruh Jin Muka Seribu yang selalu memberinya perintah ini itu. Kalau dia pergi bisa satu dua tahun. Apa yang bisa kalian harapkan?"&n
"Aku pernah mendengar sedikit riwayatmu di masa lalu. Ruhsantini bukankah dia istrimu dan Ramatahati bukankah dia anakmu? Aku menaruh curiga kau punya niat jahat terhadap kedua orang itu. Juga terhadap Pasingar! Aku tak mungkin memberi tahu! Apalagi kau punya maksud hendak membunuhku!"Jin Bara Neraka perlihatkan wajah sedih.”Yang lalu biarlah berlalu. Walau bagaimanapun Ruhsantini adalah istriku. Ramatahati adalah anakku dan Pasingar adalah kerabatku! Aku rindu ingin bertemu dengan mereka."Maithatarun terdiam beberapa ketika. Akhirnya dia menjawab.”Istrimu kudengar kabar menyepi diri di satu tempat di sebuah pertapaan di sebelah selatan Gunung Pabatuhitam. Pasingar kalau tak salah menetap di Bukit Patinggibiru. Mengenai anakmu Ramatahati tidak pernah kuketahui."Jin Bara Neraka tatap muka Maithatarun beberapa saat seolah hendak meneliti apakah keterangannya bisa dipercaya. Kemudian manusia ini sunggingkan seringai.”Hai! Maithatarun! Ternyata
"Maithatarun. Huekkk!" Bintang muntah lagi.”Sulit bagimu mengalahkan makhluk bara itu. Kau harus menyelinap ke belakangnya. Totok urat besar dipangkal leher sebelah kanan. Tubuhnya pasti kaku tak bisa bergerak!""Kau memang pernah bilang mengenai ilmu totok itu! Tapi mana aku paham melakukannya!" jawab Maithatarun seraya mendekatkan tangan kanannya ke dekat, kepala."Luruskan dua jari tangan kirimu! Kerahkan tenaga dalam lalu tusukkan ke pangkal leher! Ingat, aku pernah menunjukkan caranya beberapa hari lalu! Kau harus melakukan sekarang sebelum dia menyerang!"Apa yang dikatakan Bintang tidak mudah bagi Maithatarun melakukannya. Bukan saja karena dia tidak pernah mengenal ilmu totokan itu tetapi saat itu Jin Bara Neraka telah melemparkan bara api yang tadi ditimangnya di tangan kanan."Wuussss!"Batu bara menyala seolah berubah menjadi sinar merah panjang, melesat di atas permukaan air sungai menyambar ke arah dada Maithatarun.
"Aku heran apa yang terjadi atas dirinya. Sampai kantong menyannya bengkak besar begitu rupa. Dan bukan cuma kantong menyannya saja! Tongkat Ganda- ruwonya juga..." Arya tidak teruskan ucapannya. Dia melirik pada Bayu lalu mengerling ke arah Bintang."Hemmmm..." Arya bergumam.”Ini pasti pekerjaan salah satu dari kalian! Memberi bisikan gila pada Maithatarun! Kalau tidak ada yang menotok urat sembung di selangkangannya tidak mungkin dia jadi begitu. Lihat, berdiri saja dia seperti tidak mampu. Yang di bawah bengkak membesar. Yang di atas menunjuk kurang ajar!"Bintang geleng-geleng kepala.”Aku memang mengajari Maithatarun untuk menotok. Tapi menotok urat besar di leher atas! Bukan di leher bawah!""Ha ha ha...!" Bayu tekap mulutnya menahan ketawa."Pasti kau yang mengajari!" kata Arya pula pada Bayu.Saat itu Maithatarun tundukkan kepalanya ke tanah. Perlahan sekali dia berkata.”Hai! Bayu, kalau kita tidak membebaskan tutukan...&rd
Lapangan kecil di bukit patinggisubur pagi itu dipenuhi oleh para penyabung ayam, mereka yang bertaruh atau hanya sekedar menonton. Ketika ayam milik Pakabil dan Patondang sedang hebat-hebatnya berlaga tiba-tiba sebuah benda melayang di udara dan jatuh di tengah lapangan. Dua ayam yang bertarung berkotek keras lalu kabur. Orang yang ada di tempat itu serta merta dilanda kegemparan. Betapa tidak. Benda yang bergelimpang ditanah lapang itu adalah sesosok tubuh bergelimpang darah mulai dari kepala sampai ke badan. Dalam keadaan seperti itu dari balik semak belukar sekonyong-konyong keluar sesosok tubuh tinggi besar. Saat itu juga tempat itu diselimuti hawa panas serta bau aneh seperti daging terpanggang.Kalau tadi semua orang dilanda kegegeran maka kini mereka dicekam ketakutan setengah mati. Mereka tidak tahu pasti makhluk apa yang sebenarnya tegak di depan mereka saat itu. Sosok tinggi besar ini tegak kaki terkembang tubuh agak terbungkuk seolah menahan sesuatu yang berat di
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig