Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1871 - Bab 1880

2578 Bab

182. Bagian 4

“Luar biasa Ratu, Dasendria Ungu milik Ratu sudah sedemikian sempurnanya” ucap Sari“Benar Ratu, benar-benar luar biasa” sambung Mavani.Ratu Buaya Putih hanya tersenyum dingin seraya menatap kearah eyang penghulu, dan bertanya ; “Bagaimana Penghulu?”“Sudah sempurna Ratu” jawab eyang penghulu singkat.-o0o-Malam itu di istana Ratu Buaya Putih.“Dasar laki-laki lemah, mati sajalah kau!” terdengar suara keras dari dalam sebuah kamar.“Aarrrkkhhh!” Disusul satu jeritan keras yang juga terdengar dari dalam kamar.Sementara itu diluar pintu kamar, tampak berdiri dua sosok jelita yang bila melihat wajah keduanya, mereka tak lain adalah Sari dan Mavani. Keduanya terlihat saling panang satu sama lain setelah mendengar jeritan keras dari dalam kamar tersebut.“Padahal lelaki itu sudah sangat perkasa Sari” ucap Mavani kepada Sari.
Baca selengkapnya

182. Bagian 5

Penghulu Buaya Buntung sendiri langsung bangkit berdiri menyambut kedatangan Ratu Buaya Putih, tapi tidak ikut menjura hormat seperti siluman buaya yang lain. Ratu Buaya Putih tampak duduk disinggasana kebesarannya, sementara Sari dan Mavani tampak berdiri dikiri dan kanannya.Ratu Buaya Putih mengangkat tangan kirinya dan menghadapkan telapak tangan kirinya kedepan sebagai tanda menerima sembah hormat pada siluman buaya padanya. Para siluman buaya yang ada ditempat itu kembali duduk ditempatnya.Ratu Buaya Putih kemudian memandang kearah prajurit siluman buaya utusan ayahnya, Raja Siluman Buaya yang berada ditengah-tengah.“Bagaimana kabar Ayahanda?” tanya Ratu Buaya Putih. Untuk sesaat terlihat perubahan wajah dari utusan prajurit siluman buaya tersebut, dan hal ini sempat terlihat oleh beberapa orang ditempat itu, termasuk Ratu Buaya Putih sendiri.“Ma... Ma... Maharaja baik-baik saja Ratu”Kegugupan utusan prajurit silum
Baca selengkapnya

182. Bagian 6

“Prajurit! Apa kau tau, siapa pendekar itu?” tanya Penghulu Buaya Buntung lagi.“Namanya Bintang, gelarnya didunia persilatan adalah Ksatria Pengembara”“Bintang... Ksatria Pengembara...” ulang Penghulu Buaya Buntung dan beberapa orang ditempat itu termasuk Ratu Buaya Putih. Tapi tentu saja nama Bintang dan gelar Ksatria Pengembara yang begitu termasyur tidak dikenal bagi bangsa siluman buaya yang sudah begitu lama tidak muncul ke permukaan. Sehingga gelar Ksatria Pengembara terasa asing bagi mereka, dan sepertinya hal ini cukup dipahami oleh utusan prajurit siluman buaya, karena itu segera dia menyambung ucapannya.“Dia adalah Yudha Manggala”“Yudha Manggala!” hampir semua yang ada ditempat itu mengulangi nama yang baru saja disebutkan oleh utusan prajurit siluman buaya tersebut. Jelas sekali wajah-wajah para siluman buaya sangat kaget dan terkejut, bahkan ada yang sampai pucat pasi mendengar na
Baca selengkapnya

182. Bagian 7

Ayu Qilla memang gadis muda yang cantik dan menggoda, dan Bintang memang harus mengakui hal itu. Kecantikan dan kemolekan tubuhnya benar-benar bisa menggoda hasrat birahi setiap laki-laki yang memandangnya, apalagi saat Ayu Qilla mengenakan gaun hitam yang begitu seksi dan sangat serasi ditubuhnya, sungguh sangat menarik sekali. Pokoknya perfect! Bintang masih terpana dan menahan liurnya, ketika Ayu Qilla berkata ; “Lho kok bingung sich kang, kemari kang”.Dengan sedikit gugup Bintang menghampiri tempat tidurnya.“Kamu cantik sekali Qilla” kata Bintang lirih.“Kakang juga gagah dan tampan,” kata Qilla.Bintang teliti bagian tubuhnya satu persatu. Kedua bulatan gunung kembarnya yang cukup besar dan berwarna putih terlihat menggantung dengan indahnya, diantara keremangan Bintang masih dapat melihat dengan sangat jelas betapa indah kedua bongkah gunung kembarnya yang kelihatan begitu sangat montok dan kencang.&ldqu
Baca selengkapnya

182. Bagian 8

Lawang Sanga, tempat yang menjadi perbatasan alam lelembut dan alam nyata, khususnya alam lelembut siluman buaya. Tempat yang menjadi pusat kerajaan alam lelembut siluman buaya yang dipimpin oleh Raja Siluman Buaya.Hari itu, tidak seperti biasanya disepanjang rawa yang ada di Lawang Sanga, tampak dipenuhi dengan Ratusan ekor buaya, sementara itu dipinggiran rawa, tampak Ratusan prajurit siluman buaya yang berdiri berjejer disepanjang rawa tersebut. Walaupun sesungguhnya, para prajurit siluman buaya tersebut berdiri disebelah perbatasan alam lelembut mereka, sehingga dari luar atau dari alam manusia, tidak terlihat jejeran para prajurit siluman buaya tersebut.Sementara itu di istana kediaman Raja Siluman Buaya, juga tampak barisan para prajurit siluman disepanjang jalan hingga sampai di istana Raja Siluman Buaya, melihat kondisi dilapangan saat ini, sepertinya Raja Siluman Buaya tengah kedatangan seorang tamu agung.Tak salah, Raja Siluman Bua
Baca selengkapnya

182. Bagian 9

“Bukan hanya kekuatan psikisku, bahkan cermin rupakupun tak mampu untuk menghadapinya”“Maharaja, pusaka apa yang dimiliki oleh Ksatria Pengembara sehingga bisa menghancurkan Tongkat Pilar Ghaib?” tanya Penghulu Buaya Buntung kepada Raja Siluman Buaya.“Entahlah, baru sekali aku melihat pedang pusaka seperti itu, bahannya tidak terbuat dari baja atau besi”“Lalu terbuat dari apa maharaja?” tanya Penghulu Buaya Buntung penasaran.“Kristal”“Kristal?!” ulang Penghulu Buaya Buntung dan Ratu Buaya Putih hampir bersamaan.“Namanya Pedang Kristal Langit Yudha Manggala”“Pedang Kristal Langit Yudha Manggala...” kembali Penghulu Buaya Buntung dan Ratu Buaya Putih mengulanginya bersamaan.“Bagaimana dia bisa membuntungi ekor Ayahanda? bukankah seharusnya tidak ada pusaka yang bisa melakukan itu?” tanya Ratu Buaya
Baca selengkapnya

182. Bagian 10

“Benar Ratu, kami juga akan mencari tahu tentang keperkasaannya pendekar itu, agar tidak mengecewakan Ratu bila menikah dengannya” sambung Mavani. Ratu Buaya Putih semakin terdiam mendengar hal itu, hingga ;“Baiklah, aku percayakan hal ini kepada kalian”Sari dan Mavani terlihat saling tersenyum mendengar hal itu. “Baik Ratu!” ucap Sari dan Mavani seraya menjura hormat.“Ingat! Jangan sampai kalian didahului oleh Eyang Penghulu, apalagi kalau sampai ketahuan”“Baik Ratu!”-o0o- Istana Setyo Kencana tengah mengadakan pesta untuk menyambut kembalinya raja mereka, gusti prabu Bintang. Bintang tampak duduk dengan gagah dan penuh kharisma disinggasananya, sementara dikiri dan kanan Bintang tampak deretan wanita-wanita cantik yang tak lain adalah istri-istri Bintang. Diantaranya yang berada disebelah kanan Bintang adalah sosok wanita dengan wajah cantik, alis matan
Baca selengkapnya

182. Bagian 11

“Cantik-cantik sekali permaisuri gusti prabu Mavani”“Iya, Apa kuat ya punya istri sebanyak itu?” cetus Mavani menahan tawa.“Hust...” Sari dengan cepat memberikan tanda kepada Mavani untuk tidak tertawa.Sementara itu disekeliling keduanya, banyak masyarakat kotaraja yang memuji-muji kecantikan permaisuri gusti prabu Bintang yang baru, Ayu Qilla. Hal ini memancing perhatian Sari dan Mavani.“Kau dengar Sari, ternyata perempuan yang duduk disebelah gusti prabu itu adalah permaisuri barunya, Ini berarti, malam ini adalah malam pengantin” bisik Mavani kepada Sari.“Terus apa yang akan kita lakukan?” tanya Sari“Kita gunakan ajian ‘Malih Rupa’ untuk bisa menyusup kedalam istana, Kita harus bisa mendengarkan gusti prabu itu, apakah dia perkasa atau lemah diatas ranjang” kata Mavani diiringi anggukan kepala Sari.Akhirnya saat-saat yang ditunggu Sa
Baca selengkapnya

182. Bagian 12

Malam masih berlanjut saat dua sosok bayangan berkelebat cepat melintasi kegelapan dipinggiran sebuah hutan. Sosok bayangan berwarna kuning gading dan merah darah itu baru berhenti saat tiba disebuah danau kecil yang ada didalam hutan tersebut.Terlihat dikeremangan malam, wajah jelita keduanya yang tak lain adalah Sari dan Mavani. Nafas keduanya masih terlihat memburu, sementara wajah dibalik caping yang mereka kenakan tampak masih memerah seperti udang rebus. Hampir bersamaan keduanya langsung berjongkok ditepi danau kecil tersebut, membuka caping yang mereka kenakan, dan ;Byurr...!Keduanya menyiramkan air sejuk danau itu ke wajah mereka.“Huaahhh...!” Sesaat setelah menyiramkan air wajah mereka, keduanya kembali saling pandang dan hampir bersamaan keduanya saling mengerutkan kening melihat wajah yang ada dihadapan mereka tampak memerah.“Apa yang terjadi padamu Sari? kenapa wajahmu sampai memerah seperti itu?”&l
Baca selengkapnya

182. Bagian 13

“Aku Penghulu Buaya Buntung, kemari bukan karena utusan Raja Siluman Buaya, tapi ada dasar keinginanku sendiri”“Penghulu Buaya Buntung...” batin Bintang dengan kening berkerut. Bintang merasa pernah mendengar nama itu, tapi dimana dan kapan, Bintang sendiri lupa.“Ksatria Pengembara! Kukira sudah saatnya kita bertarung. Aku tak ingin kita buang-buang waktu lagi!” kata Penghulu Buaya Buntung mengejutkan.“Eh...! Apa tadi kau bilang, Orang Tua? Kita bertarung? Katakan dulu apa maksudmu mengajakku bertarung malam-malam begini?” Tukas Bintang tak dapat menahan rasa perasaan herannya.“Terserah kau mau omong apa, Ksatria Pengembara! Pokoknya, aku harus menantangmu bertarung!” Tandas Penghulu Buaya Buntung.“Kenapa harus?”“Karena aku...” hampir saja Penghulu Buaya Buntung kelepasan bicara. Untung ia segera teringat akal bulusnya. “Karena... karena memang ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
186187188189190
...
258
DMCA.com Protection Status