Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1851 - Bab 1860

2578 Bab

180. Bagian 14

“Apa-apaan kau ini Hanny!” ucap Ayu Rhenata gusar.“Loh, kan emang benar, malam ini giliran kakak, nanti menyesal loh!” goda Ayu Hanny lagi.“Benar kak, pergi sana temui Tuan Bintang, kalau kakak tidak mau, Valensia mau menggantikan kakak untuk menemani Tuan Bintang malam ini” ucap Ayu Valensia tersenyum menggoda.“Hanny juga mau kak...!” ucap Ayu Hanny cepat.“Apa-apaan sih kalian ini!” gerutu Ayu Rhenata seraya memperhatikan keadaan sekelilingnya.“Sudah beres semua?!” sambungnya bertanya kepada Ayu Hanny dan Ayu Valensia.“Sudah dari tadi kak!” jawab keduanya bersamaan.“Mayrissa, Qilla.. dimana mereka?”“Malam ini mereka berdua yang berjaga dipintu gerbang kak Rhenata” jawab Ayu Valensia“Bagaimana urusan dapur untuk persiapan besok?!”“Urusan dapur serahkan saja sama kami kak, kak Rhen
Baca selengkapnya

180. Bagian 15

Bintang memang sudah mengetahui sedikit banyak tentang sosok Ayu Rhenata dari Ayu Hanny, Ayu Rhenata adalah wanita yang selalu bersikap dingin dan terkesan angkuh kepada laki-laki, walaupun adik-adik seperguruannya tidak pernah melihat Ayu Rhenata memiliki hubungan dengan laki-laki, tapi ayu hanny pernah memergoki Ayu Rhenata yang tengah meraih puncak birahinya dengan bermain dengan jari-jarinya sendiri. Ayu hanny memaklumi hal itu, karena sebagai seorang wanita, tentulah Ayu Rhenata juga harus memenuhi kebutuhan hasrat seksualnya, hanya saja Ayu Rhenata lebih memilih bermain birahi sendiri tanpa harus melibatkan lawan jenisnya dan entah kenapa Bintang justru tertantang untuk menundukkan Ayu Rhenata.Saat Bintang mencoba menggeser duduknya lebih dekat kearah Ayu Rhenata, Ayu Rhenata justru kembali ingin beringsut mundur dari tempat duduknya, tapi gerakannya tertahan saat Bintang telah menggenggam tangannya, hal ini membuat Ayu Rhenata semakin tertunduk dengan wajah yang semak
Baca selengkapnya

181. Gempar! Raibnya Pedang Pusaka

Duer!Guntur menggelegar dengan dahsyat malam itu, rembulan tak tampak dikaki langit, Bintang-Bintangpun juga tak tampak yang biasanya ada menemani sang bulan. Sebagian langit malam itu tampak telah ditutupi awan hitam, sesekali kilat terlihat saling sambar menyambar diantara awan-awan hitam yang berarak secara perlahan kearah utara.Duer!!Guntur kembali menggelegar, seiring dengan tetesan hujan yang secara perlahan mulai berjatuhan ke bumi. Semakin lama semakin deras.Hujan yang demikian deras membuat suasana malam itu terasa lebih dingin, orang-orang yang tengah terlelap tidur semakin terlelap dengan suasana seperti itu. Demikian pula yang terjadi di Padepokan Dharma Semesta yang sudah sepi melenggang. Para tamu sudah tidur dikamarnya masing-masing. Tapi tidak halnya dengan murid-murid Padepokan Dharma Semesta yang tampak masih sibuk dengan tugasnya masing-masing, dari yang membersihkan tempat, peralatan makan dan lain-lain, bahkan dibagian dapur juga
Baca selengkapnya

181. Bagian 2

“Maksud Tuan, dengan bercinta, Tuan mengobati mahaguru”“Benar, hasilnya bukankah kau sudah lihat sendiri, tenaga murni mahaguru kalian sudah kembali sepenuhnya” jelas Bintang hingga membuat Ayu Rhenata terdiam.“Oh ya, bisa ceritakan padaku, apa yang terjadi di arena pertarungan hari ini Rhenata?” sambung Bintang lagi bertanya.Ayu Rhenata lalu menceritakan apa yang terjadi hari ini di arena pertarungan, terutama tentang pertarungan Sabdo Siji menghadapi Dewa Panah.“Jadi Sabdo Siji telah dikalahkan oleh Dewa Panah” gumam Bintang pelan. Ayu Rhenata mengangguk membenarkan.Ayu Rhenata melanjutkan ceritanya tentang kekalahan telak Sabdo Siji terhadap Dewa Pedang, juga kemunculan Mahaguru Ummi Ayu yang menyelamatkan Sabdo Siji dan akhirnya bertarung dengan Dewa Pedang. Sementara Bintang terus mendengarkannya dengan seksama dengan sesekali merapikan rambut Ayu Rhenata yang ada dihadapannya.&ldquo
Baca selengkapnya

181. Bagian 3

Dan yang lebih memukau lagi adalah bentuk dari kedua pedang pusaka tersebut, bila Pedang Alam Semesta memiliki bentuk unik dipertengahan gagangnya, terlihat seperti wajah manusia yang menjadi pertemuan kedua bilah pedang bercahaya biru dan merah, terkesan angker dan dipenuhi aura dahsyat.Sedangkan Pedang Langit Bumi milik Dewa Pedang bentuk sedikit lebih kecil dari Pedang Alam Semesta, tapi terkesan sangat indah bentuknya, ditambahlah sinar putih cemerlang yang keluar dari bilang pedangnya, semakin menambah indah bentuk pedang tersebut dalam pandangan orang-orang yang melihatnya. Sosok Dewa Pedang semakin gagah dengan menggenggam Pedang Langit Bumi ditangannya.Kedua-duanya kini saling menyilangkan pedang berpamor dahsyat itu didepan dada mereka masing-masing dengan saling menatap tajam.“Jurus Pedang Air Mengalir!” ucap Dewa Pedang seraya mengangkat Pedang Langit Buminya menyilang didepan wajah.
Baca selengkapnya

181. Bagian 4

“Huupp!” Dengan cepat Jaya Sampoerna melompat keudara, tapi Dewa Pedang sepertinya sudah menduga hal itu akan dilakukan oleh lawannya, maka begitu serangan sabetan pedangnya hanya mengenai angin, Dewa Pedang langsung mengalihkan serangannya kearah atas, mengejar sosok Jaya Sampoerna yang lebih dulu melompat tinggi keudara. Jaya Sampoerna yang melihat serangan Dewa Pedang yang mengejar dirinya, juga tak tinggal diam begitu saja. Jaya Sampoerna tiba-tiba saja berbalik dan menukik kearah bawah.Jurus ‘Pedang Menembus Bumi’ dikerahkan.Trangg! Trangg! Trangg...!Kedua pedang bertemu ditengah-tengah hingga kembali menimbulkan pijaran bunga api yang berpijar, tubuh Dewa Pedang yang melesat keatas rupanya lebih diuntungkan dengan bertempu ditanah lalu kemudian melesat keatas, sehingga kini dari benturan pedang tersebut, sosok Jaya Sampoerna terbawa keatas oleh tenaga benturan pedang, dan keduanya masih terus bertarung dengan sengit, dim
Baca selengkapnya

181. Bagian 5

Di tempatnya berada, Bintang juga tampak mengagumi pertarungan yang terjadi. Sejenak Bintang mengedarkan pandangannya kearah sekitarnya, tampak semuanya juga ikut terpana melihat pertarungan yang terjadi, hingga pandangan Bintang pada satu sosok yang ternyata saat itu juga tengah menatap kearahnya. Cukup lama keduanya saling berpandangan satu sama lain. Hingga akhirnya melemparkan senyumnya kearah sosok tersebut yang masih terdiam menatap kearahnya.Slasshhh...!Kedua badai pusaran yang berbeda hawa itu bertemu ditengah-tengah.DAAAASSSSSTTTT….!Dua ujung pedang saling bertemu ditengah-tengah. Benturan maha dahsyat tercipta diiringi gemuruh yang menerbangkan benda apapun dalam radius depa. Sungguh maha dahsyat dampak yang terjadi disekitar tempat itu, kekuatan gempuran keduanya membuat tempat itu menjadi luluh lantah.Ke-6 Dewa Dari Barat yang melihat hal itu segera bertindak cepat dengan, ke-enamnya segera menyalurkan tenaga dalam mereka da
Baca selengkapnya

181. Bagian 6

“Bila tidak bisa bergabung, bagaimana kalau ber-aliansi saja!” sebuah suara terdengar membahana ditempat itu dan mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu. Semua orang yang ada di arena tampak menolehkan pandangan saat satu sosok tubuh tampak melayang dengan sangat ringannya kearah mereka.“Tuan Bintang...” ucap mereka melihat kemunculan Bintang diarena pertarungan.“Ber-aliansi bagaimana maksud Tuan Bintang?” tanya Dewa Pedang lagi.“Padepokan Raja akan membuka cabang diwilayah barat ini dengan para ketua sebagai pemimpinnya” jelas Bintang hingga membuat semua orang yang ada ditempat itu terdiam. Ke-7 Dewa Dari Barat sendiri terlihat saling pandang satu sama lain, satu demi satu tampak menganggukkan kepalanya.“Bagaimana Jaya Sampoerna?” tanya Bintang kepada Jaya Sampoerna.Jaya Sampoerna sendiri tampak menatap kearah Sabdo Siji, Sabdo Siji tampak mengangguk dengan mantap. Sabdo Siji
Baca selengkapnya

181. Bagian 7

“Heaa!”Bintangpun kemudian menjalankan kuda itu secara perlahan, melewati gerbang perbatasan Padepokan Dharma Semesta, untung saja yang menjaga pintu gerbang perbatasan hanyalah murid-murid kelas bawah Padepokan Dharma Semesta, sehingga mereka hanya menjura hormat saat Bintang melewati mereka, kalaU saja salah satu dari limo ayu yang menjaganya, tentu Bintang menjadi tak enak.Bintang terus membawa Veninur dengan kudanya menjauhi Padepokan Dharma Semesta, melewati pasar dadakan yang ada dikaki bukit ayu, kemudian mengarah kehutan yang berada disebelah tenggara bukit ayu. Di belakangnya, Veninur semakin bertanya-tanya, kemana Bintang akan membawanya, dan janji apa yang Bintang maksud tadi.“Sebenarnya mau kemana dia membawaku, bagaimana kalau dia berniat jahat padaku, ah, aku tak mungkin menang menghadapinya, astaga... apa yang harus aku lakukan...” pikiran Veninur terus dirasuki oleh pikiran-pikiran jahat yang mungkin Bintang lakukan kep
Baca selengkapnya

181. Bagian 8

“I...itu, kuda kakang?!” ujar Veninur seakan tak percaya. Bintang tersenyum dan mengangguk.“Jangan takut, sentuhlah...” ucap Bintang lembutDengan memberanikan dirinya, Veninur keluar dari persembunyiannya dibelakang sosok Bintang. Tapi Veninur tetap tak berani melangkah kedepan, kecuali masih berdiri ditempatnya saja memandang kearah Sembrani.Hieek...Terdengar Sembrani meringkik pelan. Bintang sendiri segera menoleh kearah Veninur begitu mendengar ringkikan pelan.“Ayo!” tiba-tiba saja Bintang kembali menggenggam tangan Veninur dan menariknya kedepan. Veninur yang sempat terkejut akhirnya bersikap pasrah saja membiarkan dirinya dibawah oleh Bintang kehadapan Sembrani.Bintang mengangkat tangan Veninur yang ada dicengkramannya, lalu kemudian menempelkannya di kening Sembrani. Kemudian Bintang melepaskannya.Kini tinggallah telapak tangan Veninur yang menempel dikening Sembrani.Hieek...
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
184185186187188
...
258
DMCA.com Protection Status