“Bila tidak bisa bergabung, bagaimana kalau ber-aliansi saja!” sebuah suara terdengar membahana ditempat itu dan mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu. Semua orang yang ada di arena tampak menolehkan pandangan saat satu sosok tubuh tampak melayang dengan sangat ringannya kearah mereka.
“Tuan Bintang...” ucap mereka melihat kemunculan Bintang diarena pertarungan.
“Ber-aliansi bagaimana maksud Tuan Bintang?” tanya Dewa Pedang lagi.
“Padepokan Raja akan membuka cabang diwilayah barat ini dengan para ketua sebagai pemimpinnya” jelas Bintang hingga membuat semua orang yang ada ditempat itu terdiam. Ke-7 Dewa Dari Barat sendiri terlihat saling pandang satu sama lain, satu demi satu tampak menganggukkan kepalanya.
“Bagaimana Jaya Sampoerna?” tanya Bintang kepada Jaya Sampoerna.
Jaya Sampoerna sendiri tampak menatap kearah Sabdo Siji, Sabdo Siji tampak mengangguk dengan mantap. Sabdo Siji
“Heaa!”Bintangpun kemudian menjalankan kuda itu secara perlahan, melewati gerbang perbatasan Padepokan Dharma Semesta, untung saja yang menjaga pintu gerbang perbatasan hanyalah murid-murid kelas bawah Padepokan Dharma Semesta, sehingga mereka hanya menjura hormat saat Bintang melewati mereka, kalaU saja salah satu dari limo ayu yang menjaganya, tentu Bintang menjadi tak enak.Bintang terus membawa Veninur dengan kudanya menjauhi Padepokan Dharma Semesta, melewati pasar dadakan yang ada dikaki bukit ayu, kemudian mengarah kehutan yang berada disebelah tenggara bukit ayu. Di belakangnya, Veninur semakin bertanya-tanya, kemana Bintang akan membawanya, dan janji apa yang Bintang maksud tadi.“Sebenarnya mau kemana dia membawaku, bagaimana kalau dia berniat jahat padaku, ah, aku tak mungkin menang menghadapinya, astaga... apa yang harus aku lakukan...” pikiran Veninur terus dirasuki oleh pikiran-pikiran jahat yang mungkin Bintang lakukan kep
“I...itu, kuda kakang?!” ujar Veninur seakan tak percaya. Bintang tersenyum dan mengangguk.“Jangan takut, sentuhlah...” ucap Bintang lembutDengan memberanikan dirinya, Veninur keluar dari persembunyiannya dibelakang sosok Bintang. Tapi Veninur tetap tak berani melangkah kedepan, kecuali masih berdiri ditempatnya saja memandang kearah Sembrani.Hieek...Terdengar Sembrani meringkik pelan. Bintang sendiri segera menoleh kearah Veninur begitu mendengar ringkikan pelan.“Ayo!” tiba-tiba saja Bintang kembali menggenggam tangan Veninur dan menariknya kedepan. Veninur yang sempat terkejut akhirnya bersikap pasrah saja membiarkan dirinya dibawah oleh Bintang kehadapan Sembrani.Bintang mengangkat tangan Veninur yang ada dicengkramannya, lalu kemudian menempelkannya di kening Sembrani. Kemudian Bintang melepaskannya.Kini tinggallah telapak tangan Veninur yang menempel dikening Sembrani.Hieek...
Setelah merasa mendapat ketinggian yang cukup, Bintang kemudian melepaskan kedua tangannya yang sejak tadi menggenggam kedua tangan Veninur ditali kekang. Kini Bintang menyerahkan sepenuhnya kendali Sembrani kepada Veninur.“Silahkan...” bisik Bintang lagi pelan. Lagi-lagi Veninur tersenyum mendengarnya.Berikutnya, Veninur yang memegang kendali. Dengan penuh ketakjuban melihat keadaan dari atas sana, Veninur benar-benar merasa seperti mimpi bisa menaiki seekor kuda terbang.“Hei...!” Bintang tiba-tiba terperanjat kaget saat Veninur melakukan satu manuver dengan berputar-putar diudara, kontan saja kedua tangan Bintang yang tadinya bebas langsung bergerak memeluk erat pinggang Veninur.Seerrr... Lagi-lagi Veninur merasakan desiran dan getaran aneh ditubuhnya saat Bintang memeluk dirinya dari belakang, ada perasaan hangat meringkupi sekujur tubuhnya yang kemudian berubah menjadi suatu perasaan yang sangat nyaman yang belum pernah dir
Malam terus berjalan mengiringi lebatnya hujan yang membasahi bumi. Sesekali terdengar guntur menggelegar diiringi kilat yang menerangi langit.Disebuah gudang kecil yang tak terpakai, terlihat sepasang muda mudi yang tengah berlari memasukinya. Bila kita lihat lebih dekat, mereka adalah Bintang dan Veninur. Di tangan Veninur terlihat sebuah busur panah yang rupanya sudah berhasil mereka temukan. Sesaat keduanya terlihat menatap kearah luar dimana malam yang semakin gelap, hujan yang semakin lebat semakin menambah lengkapnya suasana malam itu.“Ayo kita masuk Veninur” ucap Bintang. Veninur hanya diam, tapi tetap mengikuti langkah Bintang yang terlebih dulu memasuki gudang tersebut.“Aowww..!” hampir saja Veninur melompat sangking kagetnya, ternyata gudang kecil yang sudah tak terpakai itu begitu banyak tikusnya. Bahkan didekat kakinya berseliweran tikus-tikus yang bagi Veninur sangat menjijikkan. Veninur langsung bersembunyi dibelakang Bi
Bintang dapat merasakan nafas Veninur agak cepat.“Astaga! jangan-jangan dia ... “ pikir Bintang.“Peluk aku, Kang ... ” Veninur berbisik, hampir tak terdengar.Bintang renggangkan pelukan Veninur pada tubuhnya, terlihat Veninur masih menundukkan wajahnya. Dengan tangannya Bintang angkat lembut dagu halus Veninur. Kini kedua-duanya saling menatap satu sama lain, tatapan yang begitu penuh makna.Dalam jarak sedekat ini, Bintang dapat melihat dengan jelas kecantikan wajah Veninur yang begitu memikat dan mempesona. Terasa nafas harum Veninur menampar-nampar wajahnya, semakin membuat nafsu Bintang tergugah.Akhirnya, Bintang kuat juga menahan dirinya, ditundukkan wajahnya, Veninur justru memejamkan kedua matanya dengan bibir merekah, seakan menanti lumatan bibir Bintang pada bibir indahnya, dan ;“Uuffhhh....”.Perlahan Bintang menyentuh bibir Veninur dengan bibirnya. Nafas Veninur itu menyerbu wajahnya
PAGI ITU, saat fajar baru saja menyingsing di ufuk timur, terlihat empat dari limo ayu tengah bergegas berjalan saling beriringan. Mereka adalah Ayu Valensia, Ayu Hanny, Ayu Qilla dan Ayu Mayrissa. Dari wajah ke-4nya yang tidak mengenakan cadar, tampak jelas ke-4nya sat ini sedang panik, gelisah.Ke-4nya berhenti tempat didepan pintu sebuah kamar. Ke-4nya terlihat saling pandang satu sama lain dan saling memberikan kode agar salah satu dari mereka mengetuk pintu itu. Ayu Hanny akhirnya maju kedepan.Kreaakk...Belum lagi Ayu Hanny mengetuk, pintu kamar itu sudah terbuka, seraut wajah cantik dan segar menyeruak dari balik pintu tersebut. Sosok yang tak lain adalah kakak tertua mereka, Ayu Rhenata.“Ada apa?” tanya Ayu Rhenata tampak heran melihat wajah adik-adik seperguruannya yang tampak panik.“Ada kejadian kak...” sahut Ayu Valensia cepat.“Kejadian? kejadian apa?”Ke-4 adik seperguruannya kembali
Aula Pesangrahan Suci adalah sebuah aula yang biasa digunakan oleh Padepokan Dharma Semesta untuk melakukan pertemuan-pertemuan penting ataupun darurat. Di ruangan itu, hanya ada sebuah meja berbentuk bundar yang sangat besar, dimana disekeliling meja bundar itu hanya ada 10 kursi yang disusun mengikuti tekstur bundar meja tersebut.Dan kini kursi-kursi itu sudah tampak diisi oleh para ketua-ketua perguruan. Hanya satu kursi yang dibiarkan kosong karena memang khusus disediakan untuk Mahaguru Ummi Ayu.Diantara semua perguruan, hanya Perguruan Panah Dewa yang terlihat sibuk kasak kusuk sendiri.“Bagaimana?” tanya Dewa Panah.“Veninur tidak ada dikamarnya ketua”“Dimana anak itu?”“Sejak pesta malam tadi, Veninur memang sudah tidak terlihat lagi ketua, saya kira kembali ke kamarnya, ternyata tidak” ucap salah seorang murid Perguruan Panah Dewa. Dewa Panah tampak terdiam mendengar hal itu.
Pembicaraan mulai berlangsung panas. Sementara itu dari pintu terlihat serombongan orang murid-murid Dewa Panah melangkah masuk, bersama mereka tampak pula sosok jelita Veninur. Dihadapan Dewa Panah, mereka semua menjura hormat.Dewa Panah dengan cepat memberikan kode kepada Veninur, putrinya untuk segera duduk disebelahnya.“Darimana saja kau Veninur, dari malam menghilang sampai pagi baru muncul”“Maaf bopo, Veninur kehujanan hingga akhirnya menginap disalah satu penginapan dikaki bukit ayu, baru pagi ini bisa kembali kemari” kata Veninur terpaksa berbohong.“Ya sudahlah, yang penting kau sudah pulang dengan selamat”Veninur tampak menatap keadaan disekitarnya, juga perdebatan panas antara Mahaguru Ummi Ayu dan Dewa Tombak.“Apa yang sebenarnya terjadi bopo?” tanya Veninur bingung.“Sttt! Jangan banyak bicara, saat ini keadaan sedang genting”“Genting?! ada apa