“Cantik-cantik sekali permaisuri gusti prabu Mavani”
“Iya, Apa kuat ya punya istri sebanyak itu?” cetus Mavani menahan tawa.
“Hust...” Sari dengan cepat memberikan tanda kepada Mavani untuk tidak tertawa.
Sementara itu disekeliling keduanya, banyak masyarakat kotaraja yang memuji-muji kecantikan permaisuri gusti prabu Bintang yang baru, Ayu Qilla. Hal ini memancing perhatian Sari dan Mavani.
“Kau dengar Sari, ternyata perempuan yang duduk disebelah gusti prabu itu adalah permaisuri barunya, Ini berarti, malam ini adalah malam pengantin” bisik Mavani kepada Sari.
“Terus apa yang akan kita lakukan?” tanya Sari
“Kita gunakan ajian ‘Malih Rupa’ untuk bisa menyusup kedalam istana, Kita harus bisa mendengarkan gusti prabu itu, apakah dia perkasa atau lemah diatas ranjang” kata Mavani diiringi anggukan kepala Sari.
Akhirnya saat-saat yang ditunggu Sa
Malam masih berlanjut saat dua sosok bayangan berkelebat cepat melintasi kegelapan dipinggiran sebuah hutan. Sosok bayangan berwarna kuning gading dan merah darah itu baru berhenti saat tiba disebuah danau kecil yang ada didalam hutan tersebut.Terlihat dikeremangan malam, wajah jelita keduanya yang tak lain adalah Sari dan Mavani. Nafas keduanya masih terlihat memburu, sementara wajah dibalik caping yang mereka kenakan tampak masih memerah seperti udang rebus. Hampir bersamaan keduanya langsung berjongkok ditepi danau kecil tersebut, membuka caping yang mereka kenakan, dan ;Byurr...!Keduanya menyiramkan air sejuk danau itu ke wajah mereka.“Huaahhh...!” Sesaat setelah menyiramkan air wajah mereka, keduanya kembali saling pandang dan hampir bersamaan keduanya saling mengerutkan kening melihat wajah yang ada dihadapan mereka tampak memerah.“Apa yang terjadi padamu Sari? kenapa wajahmu sampai memerah seperti itu?”&l
“Aku Penghulu Buaya Buntung, kemari bukan karena utusan Raja Siluman Buaya, tapi ada dasar keinginanku sendiri”“Penghulu Buaya Buntung...” batin Bintang dengan kening berkerut. Bintang merasa pernah mendengar nama itu, tapi dimana dan kapan, Bintang sendiri lupa.“Ksatria Pengembara! Kukira sudah saatnya kita bertarung. Aku tak ingin kita buang-buang waktu lagi!” kata Penghulu Buaya Buntung mengejutkan.“Eh...! Apa tadi kau bilang, Orang Tua? Kita bertarung? Katakan dulu apa maksudmu mengajakku bertarung malam-malam begini?” Tukas Bintang tak dapat menahan rasa perasaan herannya.“Terserah kau mau omong apa, Ksatria Pengembara! Pokoknya, aku harus menantangmu bertarung!” Tandas Penghulu Buaya Buntung.“Kenapa harus?”“Karena aku...” hampir saja Penghulu Buaya Buntung kelepasan bicara. Untung ia segera teringat akal bulusnya. “Karena... karena memang ak
Bintang mengerang hebat. Dan begitu meloncat bangun, darah segar tersembur dari mulutya. “Sialan! Dia benar-benar menginginkan nyawaku” batin Bintang menyadari keseriusan lawannya.“Apa bisamu hanya menghindar saja Ksatria Pengembara. Ayo! Serang aku!” tukas Penghulu Buaya Buntung dengan senyum sinisnya menatap kearah Bintang.Pantang bagi Bintang diremehkan seperti itu, Maka ;“Hiaaah...!”Sosok Bintang berkelebat kedepan dengan sangat cepatnya, dan ;Wutttt... wuttt... wuttt... wuttt...!Serangan dengan menggunakan tendangan dilakukan oleh Bintang. Begitu cepatnya tendangan yang dilancarkan oleh Bintang sampai-sampai tak terlihat oleh pandangan. Kali ini Penghulu Buaya Buntung yang memperlihatkan kemampuannya, serangan cepat Bintang yang berasal dari jurus ‘Tendangan Tanpa Bayangan’ mampu dihindari oleh Penghulu Buaya Buntung dengan sangat mudahnya. Bahkan Penghulu Buaya Buntung hany
"Hap! Yeaaah...!" Bintang langsung mengebutkan pedangnya begitu tongkat pendek Penghulu Buaya Buntung berkelebatan di depan wajahnya.Dhuar...!Dua benturan senjata terdengar menimbulkan ledakan dahsyat. Namun keduanya masih terus mempergunakan jurus-jurus mautnya yang sangat ampuh itu. Jurus demi jurus berlalu cepat Dan semakin lama pertarungan berjalan semakin seru dan seimbang.Tanpa terasa, pertarungan sudah berjalan lebih dari limapuluh jurus. Namun masing-masing masih kelihatan tangguh. Belum ada tanda-tanda kalau pertarungan akan berakhir.Pertarungan antara Ksatria Pengembara dan Penghulu Buaya Buntung, masih terus berlangsung. Memang tak ada yang menghentikan pertarungan itu.Entah sudah berapa Ratus jurus dikeluarkan. Malam yang dingin, tidak membuat pertarungan itu mengendur, justru makin berlangsung sengit. Penghulu Buaya Buntung yang merasa mendapatkan lawan, justru merasa sangat bahagia, karena selama ini belum pernah ada lawan yang b
“Kemana me...” Belum lagi selesai Mavani berucap.Blammm ...! Blamm ...! Blammm ...!Terdengar suara ledakan beruntun yang terjadi dihadapan Sari dan Mavani, tapi anehnya hanya suaranya saja yang terdengar, sedangkan bentuk ledakannya tidak terlihat.“Astaga, Jangan-jangan mereka” kata Sari pelan setengah bergumam. Sari dan Mavani kemudian saling pandang satu sama lain, sepertinya dugaan keduanya sama. Bintang dan Penghulu Buaya Buntung telah bertarung di alam ghaib.Blammm ...! Blamm ...! Blammm ...!Bleeggarrrr...!!!Ledakan beruntun kembali terjadi disusul dengan satu ledakan keras yang kembali membuat tempat itu bergetar hebat.Plasshh!Satu sosok tubuh tiba-tiba saja mencelat keluar dari udara kosong, sosok itu ternyata adalah ;“Eyang penghulu!” teriak Sari dan Mavani hampir bersamaan. Keduanya dengan cepat mendekati sosok Penghulu Buaya Buntung yang sudah jatuh terduduk ditempat
“Negeri jin?” ulang Bintang“Benar Tuanku, negeri hamba, negeri jin”“Apakah selama ini kau tak pernah pulang ke negerimu, Mustofa?” tanya Bintang, Mustofa tampak menggeleng.“Sejak saya terkurung dan dibebaskan oleh Tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim, saya selalu mengabdikan diri saya kepada Tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim”.Bintang mengerutkan kening mendengar perkataan Jin Mustofa. Karena Bintang memang tak tahu menahu tentang Jin Mustofa yang ada dihadapannya.“Kau pernah terkurung, Mustofa?”“Hamba pernah terkurung selama Ribuan tahun Tuanku, untunglah Tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim menemukan dan membebaskan saya”“Siapa yang mengurungmu Mustofa?”“Thathamghi Yam Yal - Si Raja Jin”“Thathamghi Yam Yal - Si Raja Jin...” ulang Bintang dengan kening berkerut, nama yang sangat aneh dan asing bag
Malam itu, bulan tampak muncul dengan malu-malu diantara gumpalan awan hitam yang menutupinya, tapi sinarnya yang teduh dan indah masih setiap menemani Bintang-Bintang yang bertaburan disekelilingnya. Suara binatang malam tampak sayup-sayup terdengar sehingga semakin terasa keheningan yang terasa. Tapi tidak semua keadaan dimuka bumi ini terlihat begitu tenang dan damai.Di suatu kaki lembah yang tandus, diantara tebing-tebingnya yang curam.Cleb!Satu sosok tubuh tiba-tiba saja muncul. Sosok seorang kakek tua yang berusia 70 tahunan, mengenakan pakaian yang serba putih, dari jubah hingga sorban dikepalanya, bahkan rambut, jambang dan janggut diwajahnya juga sudah memutih semua.Sungguh luar biasa kesaktian yang dimiliki oleh kakek tua ini, dia mampu berdiri dipinggir tebing curam hanya dengan menempelkan kedua kakinya saja, sedangkan posisi tubuhnya miring kedasar jurang. Entah karena kesaktiannya yang terlalu tinggi, atau karena sikakek memang memiliki
Trang!!! Trang!!! Trang!!!Cratt...! Cratt...! Cratt...!Percikan bunga api terus terjadi, bahkan kini yang terlihat bunga hanya kilatan bayangan yang menyambar, tubuh ketiganya terkadang menghilang dari pandangan dan muncul ditempat yang lain. Begitu seterusnya, sepertinya ketiganya memiliki ilmu halimun yang mampu membuat tubuh mereka menghilang dari pandangan.Trang!!!Puncaknya, Jin Mustofa menangkis serangan kedua tongkat perak itu dengan pedangnya hingga kini terlihat ketiga senjata beradu ditengah-tengah. Ketiganya tampak tengah mengadu kekuatan. Pedang Raja Jin Pilar Bumi milik Jin Mustofa terlihat mengeluarkan aura keemasan dari bilah peangnya, sementara tombak perak ditangan kedua lawannya juga mengeluarkan aura keperakan.Kini terlihat aura keemasan dan aura keperakan yang saling berlawanan, terkadang aura keemasan yang lebih terang dari aura keperakan, tapi terkadang aura keperakan pula yang lebih terang.Crakhh!