Lawang Sanga, tempat yang menjadi perbatasan alam lelembut dan alam nyata, khususnya alam lelembut siluman buaya. Tempat yang menjadi pusat kerajaan alam lelembut siluman buaya yang dipimpin oleh Raja Siluman Buaya.
Hari itu, tidak seperti biasanya disepanjang rawa yang ada di Lawang Sanga, tampak dipenuhi dengan Ratusan ekor buaya, sementara itu dipinggiran rawa, tampak Ratusan prajurit siluman buaya yang berdiri berjejer disepanjang rawa tersebut. Walaupun sesungguhnya, para prajurit siluman buaya tersebut berdiri disebelah perbatasan alam lelembut mereka, sehingga dari luar atau dari alam manusia, tidak terlihat jejeran para prajurit siluman buaya tersebut.
Sementara itu di istana kediaman Raja Siluman Buaya, juga tampak barisan para prajurit siluman disepanjang jalan hingga sampai di istana Raja Siluman Buaya, melihat kondisi dilapangan saat ini, sepertinya Raja Siluman Buaya tengah kedatangan seorang tamu agung.
Tak salah, Raja Siluman Bua
“Bukan hanya kekuatan psikisku, bahkan cermin rupakupun tak mampu untuk menghadapinya”“Maharaja, pusaka apa yang dimiliki oleh Ksatria Pengembara sehingga bisa menghancurkan Tongkat Pilar Ghaib?” tanya Penghulu Buaya Buntung kepada Raja Siluman Buaya.“Entahlah, baru sekali aku melihat pedang pusaka seperti itu, bahannya tidak terbuat dari baja atau besi”“Lalu terbuat dari apa maharaja?” tanya Penghulu Buaya Buntung penasaran.“Kristal”“Kristal?!” ulang Penghulu Buaya Buntung dan Ratu Buaya Putih hampir bersamaan.“Namanya Pedang Kristal Langit Yudha Manggala”“Pedang Kristal Langit Yudha Manggala...” kembali Penghulu Buaya Buntung dan Ratu Buaya Putih mengulanginya bersamaan.“Bagaimana dia bisa membuntungi ekor Ayahanda? bukankah seharusnya tidak ada pusaka yang bisa melakukan itu?” tanya Ratu Buaya
“Benar Ratu, kami juga akan mencari tahu tentang keperkasaannya pendekar itu, agar tidak mengecewakan Ratu bila menikah dengannya” sambung Mavani. Ratu Buaya Putih semakin terdiam mendengar hal itu, hingga ;“Baiklah, aku percayakan hal ini kepada kalian”Sari dan Mavani terlihat saling tersenyum mendengar hal itu. “Baik Ratu!” ucap Sari dan Mavani seraya menjura hormat.“Ingat! Jangan sampai kalian didahului oleh Eyang Penghulu, apalagi kalau sampai ketahuan”“Baik Ratu!”-o0o-Istana Setyo Kencana tengah mengadakan pesta untuk menyambut kembalinya raja mereka, gusti prabu Bintang. Bintang tampak duduk dengan gagah dan penuh kharisma disinggasananya, sementara dikiri dan kanan Bintang tampak deretan wanita-wanita cantik yang tak lain adalah istri-istri Bintang. Diantaranya yang berada disebelah kanan Bintang adalah sosok wanita dengan wajah cantik, alis matan
“Cantik-cantik sekali permaisuri gusti prabu Mavani”“Iya, Apa kuat ya punya istri sebanyak itu?” cetus Mavani menahan tawa.“Hust...” Sari dengan cepat memberikan tanda kepada Mavani untuk tidak tertawa.Sementara itu disekeliling keduanya, banyak masyarakat kotaraja yang memuji-muji kecantikan permaisuri gusti prabu Bintang yang baru, Ayu Qilla. Hal ini memancing perhatian Sari dan Mavani.“Kau dengar Sari, ternyata perempuan yang duduk disebelah gusti prabu itu adalah permaisuri barunya, Ini berarti, malam ini adalah malam pengantin” bisik Mavani kepada Sari.“Terus apa yang akan kita lakukan?” tanya Sari“Kita gunakan ajian ‘Malih Rupa’ untuk bisa menyusup kedalam istana, Kita harus bisa mendengarkan gusti prabu itu, apakah dia perkasa atau lemah diatas ranjang” kata Mavani diiringi anggukan kepala Sari.Akhirnya saat-saat yang ditunggu Sa
Malam masih berlanjut saat dua sosok bayangan berkelebat cepat melintasi kegelapan dipinggiran sebuah hutan. Sosok bayangan berwarna kuning gading dan merah darah itu baru berhenti saat tiba disebuah danau kecil yang ada didalam hutan tersebut.Terlihat dikeremangan malam, wajah jelita keduanya yang tak lain adalah Sari dan Mavani. Nafas keduanya masih terlihat memburu, sementara wajah dibalik caping yang mereka kenakan tampak masih memerah seperti udang rebus. Hampir bersamaan keduanya langsung berjongkok ditepi danau kecil tersebut, membuka caping yang mereka kenakan, dan ;Byurr...!Keduanya menyiramkan air sejuk danau itu ke wajah mereka.“Huaahhh...!” Sesaat setelah menyiramkan air wajah mereka, keduanya kembali saling pandang dan hampir bersamaan keduanya saling mengerutkan kening melihat wajah yang ada dihadapan mereka tampak memerah.“Apa yang terjadi padamu Sari? kenapa wajahmu sampai memerah seperti itu?”&l
“Aku Penghulu Buaya Buntung, kemari bukan karena utusan Raja Siluman Buaya, tapi ada dasar keinginanku sendiri”“Penghulu Buaya Buntung...” batin Bintang dengan kening berkerut. Bintang merasa pernah mendengar nama itu, tapi dimana dan kapan, Bintang sendiri lupa.“Ksatria Pengembara! Kukira sudah saatnya kita bertarung. Aku tak ingin kita buang-buang waktu lagi!” kata Penghulu Buaya Buntung mengejutkan.“Eh...! Apa tadi kau bilang, Orang Tua? Kita bertarung? Katakan dulu apa maksudmu mengajakku bertarung malam-malam begini?” Tukas Bintang tak dapat menahan rasa perasaan herannya.“Terserah kau mau omong apa, Ksatria Pengembara! Pokoknya, aku harus menantangmu bertarung!” Tandas Penghulu Buaya Buntung.“Kenapa harus?”“Karena aku...” hampir saja Penghulu Buaya Buntung kelepasan bicara. Untung ia segera teringat akal bulusnya. “Karena... karena memang ak
Bintang mengerang hebat. Dan begitu meloncat bangun, darah segar tersembur dari mulutya. “Sialan! Dia benar-benar menginginkan nyawaku” batin Bintang menyadari keseriusan lawannya.“Apa bisamu hanya menghindar saja Ksatria Pengembara. Ayo! Serang aku!” tukas Penghulu Buaya Buntung dengan senyum sinisnya menatap kearah Bintang.Pantang bagi Bintang diremehkan seperti itu, Maka ;“Hiaaah...!”Sosok Bintang berkelebat kedepan dengan sangat cepatnya, dan ;Wutttt... wuttt... wuttt... wuttt...!Serangan dengan menggunakan tendangan dilakukan oleh Bintang. Begitu cepatnya tendangan yang dilancarkan oleh Bintang sampai-sampai tak terlihat oleh pandangan. Kali ini Penghulu Buaya Buntung yang memperlihatkan kemampuannya, serangan cepat Bintang yang berasal dari jurus ‘Tendangan Tanpa Bayangan’ mampu dihindari oleh Penghulu Buaya Buntung dengan sangat mudahnya. Bahkan Penghulu Buaya Buntung hany
"Hap! Yeaaah...!" Bintang langsung mengebutkan pedangnya begitu tongkat pendek Penghulu Buaya Buntung berkelebatan di depan wajahnya.Dhuar...!Dua benturan senjata terdengar menimbulkan ledakan dahsyat. Namun keduanya masih terus mempergunakan jurus-jurus mautnya yang sangat ampuh itu. Jurus demi jurus berlalu cepat Dan semakin lama pertarungan berjalan semakin seru dan seimbang.Tanpa terasa, pertarungan sudah berjalan lebih dari limapuluh jurus. Namun masing-masing masih kelihatan tangguh. Belum ada tanda-tanda kalau pertarungan akan berakhir.Pertarungan antara Ksatria Pengembara dan Penghulu Buaya Buntung, masih terus berlangsung. Memang tak ada yang menghentikan pertarungan itu.Entah sudah berapa Ratus jurus dikeluarkan. Malam yang dingin, tidak membuat pertarungan itu mengendur, justru makin berlangsung sengit. Penghulu Buaya Buntung yang merasa mendapatkan lawan, justru merasa sangat bahagia, karena selama ini belum pernah ada lawan yang b
“Kemana me...” Belum lagi selesai Mavani berucap.Blammm ...! Blamm ...! Blammm ...!Terdengar suara ledakan beruntun yang terjadi dihadapan Sari dan Mavani, tapi anehnya hanya suaranya saja yang terdengar, sedangkan bentuk ledakannya tidak terlihat.“Astaga, Jangan-jangan mereka” kata Sari pelan setengah bergumam. Sari dan Mavani kemudian saling pandang satu sama lain, sepertinya dugaan keduanya sama. Bintang dan Penghulu Buaya Buntung telah bertarung di alam ghaib.Blammm ...! Blamm ...! Blammm ...!Bleeggarrrr...!!!Ledakan beruntun kembali terjadi disusul dengan satu ledakan keras yang kembali membuat tempat itu bergetar hebat.Plasshh!Satu sosok tubuh tiba-tiba saja mencelat keluar dari udara kosong, sosok itu ternyata adalah ;“Eyang penghulu!” teriak Sari dan Mavani hampir bersamaan. Keduanya dengan cepat mendekati sosok Penghulu Buaya Buntung yang sudah jatuh terduduk ditempat