All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 1881 - Chapter 1890

2578 Chapters

182. Bagian 14

Bintang mengerang hebat. Dan begitu meloncat bangun, darah segar tersembur dari mulutya. “Sialan! Dia benar-benar menginginkan nyawaku” batin Bintang menyadari keseriusan lawannya.“Apa bisamu hanya menghindar saja Ksatria Pengembara. Ayo! Serang aku!” tukas Penghulu Buaya Buntung dengan senyum sinisnya menatap kearah Bintang.Pantang bagi Bintang diremehkan seperti itu, Maka ;“Hiaaah...!”Sosok Bintang berkelebat kedepan dengan sangat cepatnya, dan ;Wutttt... wuttt... wuttt... wuttt...!Serangan dengan menggunakan tendangan dilakukan oleh Bintang. Begitu cepatnya tendangan yang dilancarkan oleh Bintang sampai-sampai tak terlihat oleh pandangan. Kali ini Penghulu Buaya Buntung yang memperlihatkan kemampuannya, serangan cepat Bintang yang berasal dari jurus ‘Tendangan Tanpa Bayangan’ mampu dihindari oleh Penghulu Buaya Buntung dengan sangat mudahnya. Bahkan Penghulu Buaya Buntung hany
Read more

182. Bagian 15

"Hap! Yeaaah...!" Bintang langsung mengebutkan pedangnya begitu tongkat pendek Penghulu Buaya Buntung berkelebatan di depan wajahnya.Dhuar...!Dua benturan senjata terdengar menimbulkan ledakan dahsyat. Namun keduanya masih terus mempergunakan jurus-jurus mautnya yang sangat ampuh itu. Jurus demi jurus berlalu cepat Dan semakin lama pertarungan berjalan semakin seru dan seimbang.Tanpa terasa, pertarungan sudah berjalan lebih dari limapuluh jurus. Namun masing-masing masih kelihatan tangguh. Belum ada tanda-tanda kalau pertarungan akan berakhir.Pertarungan antara Ksatria Pengembara dan Penghulu Buaya Buntung, masih terus berlangsung. Memang tak ada yang menghentikan pertarungan itu.Entah sudah berapa Ratus jurus dikeluarkan. Malam yang dingin, tidak membuat pertarungan itu mengendur, justru makin berlangsung sengit. Penghulu Buaya Buntung yang merasa mendapatkan lawan, justru merasa sangat bahagia, karena selama ini belum pernah ada lawan yang b
Read more

182. Bagian 16

“Kemana me...” Belum lagi selesai Mavani berucap.Blammm ...! Blamm ...! Blammm ...!Terdengar suara ledakan beruntun yang terjadi dihadapan Sari dan Mavani, tapi anehnya hanya suaranya saja yang terdengar, sedangkan bentuk ledakannya tidak terlihat.“Astaga, Jangan-jangan mereka” kata Sari pelan setengah bergumam. Sari dan Mavani kemudian saling pandang satu sama lain, sepertinya dugaan keduanya sama. Bintang dan Penghulu Buaya Buntung telah bertarung di alam ghaib.Blammm ...! Blamm ...! Blammm ...!Bleeggarrrr...!!!Ledakan beruntun kembali terjadi disusul dengan satu ledakan keras yang kembali membuat tempat itu bergetar hebat.Plasshh!Satu sosok tubuh tiba-tiba saja mencelat keluar dari udara kosong, sosok itu ternyata adalah ;“Eyang penghulu!” teriak Sari dan Mavani hampir bersamaan. Keduanya dengan cepat mendekati sosok Penghulu Buaya Buntung yang sudah jatuh terduduk ditempat
Read more

182. Bagian 17

“Negeri jin?” ulang Bintang“Benar Tuanku, negeri hamba, negeri jin”“Apakah selama ini kau tak pernah pulang ke negerimu, Mustofa?” tanya Bintang, Mustofa tampak menggeleng.“Sejak saya terkurung dan dibebaskan oleh Tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim, saya selalu mengabdikan diri saya kepada Tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim”.Bintang mengerutkan kening mendengar perkataan Jin Mustofa. Karena Bintang memang tak tahu menahu tentang Jin Mustofa yang ada dihadapannya.“Kau pernah terkurung, Mustofa?”“Hamba pernah terkurung selama Ribuan tahun Tuanku, untunglah Tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim menemukan dan membebaskan saya”“Siapa yang mengurungmu Mustofa?” “Thathamghi Yam Yal - Si Raja Jin”“Thathamghi Yam Yal - Si Raja Jin...” ulang Bintang dengan kening berkerut, nama yang sangat aneh dan asing bag
Read more

183. Bintang & Putri Zhena (Awal Mula)

Malam itu, bulan tampak muncul dengan malu-malu diantara gumpalan awan hitam yang menutupinya, tapi sinarnya yang teduh dan indah masih setiap menemani Bintang-Bintang yang bertaburan disekelilingnya. Suara binatang malam tampak sayup-sayup terdengar sehingga semakin terasa keheningan yang terasa. Tapi tidak semua keadaan dimuka bumi ini terlihat begitu tenang dan damai.Di suatu kaki lembah yang tandus, diantara tebing-tebingnya yang curam.Cleb!Satu sosok tubuh tiba-tiba saja muncul. Sosok seorang kakek tua yang berusia 70 tahunan, mengenakan pakaian yang serba putih, dari jubah hingga sorban dikepalanya, bahkan rambut, jambang dan janggut diwajahnya juga sudah memutih semua.Sungguh luar biasa kesaktian yang dimiliki oleh kakek tua ini, dia mampu berdiri dipinggir tebing curam hanya dengan menempelkan kedua kakinya saja, sedangkan posisi tubuhnya miring kedasar jurang. Entah karena kesaktiannya yang terlalu tinggi, atau karena sikakek memang memiliki
Read more

183. Bagian 2

Trang!!! Trang!!! Trang!!!Cratt...! Cratt...! Cratt...!Percikan bunga api terus terjadi, bahkan kini yang terlihat bunga hanya kilatan bayangan yang menyambar, tubuh ketiganya terkadang menghilang dari pandangan dan muncul ditempat yang lain. Begitu seterusnya, sepertinya ketiganya memiliki ilmu halimun yang mampu membuat tubuh mereka menghilang dari pandangan.Trang!!!Puncaknya, Jin Mustofa menangkis serangan kedua tongkat perak itu dengan pedangnya hingga kini terlihat ketiga senjata beradu ditengah-tengah. Ketiganya tampak tengah mengadu kekuatan. Pedang Raja Jin Pilar Bumi milik Jin Mustofa terlihat mengeluarkan aura keemasan dari bilah peangnya, sementara tombak perak ditangan kedua lawannya juga mengeluarkan aura keperakan.Kini terlihat aura keemasan dan aura keperakan yang saling berlawanan, terkadang aura keemasan yang lebih terang dari aura keperakan, tapi terkadang aura keperakan pula yang lebih terang.Crakhh!
Read more

183. Bagian 3

Berbeda keadaan antara Bintang dan Jenting, Bintang dan Putri Sheeva. Di kamar lain. Bintang justru bercumbu dibawah guyuran air shower yang terbuat dari kayu. Dua sosok bugil tanpa busana tampak saling berpelukan dan bercumbu dibawah guyuran air. Sosok tak lain adalah Bintang dan Putri Shorouq yang saling berpelukan dan berpagutan mesra dibawah guyuran air.Malam semakin larut, kini kita coba melihat ke kamar Gye, si Bidadari Ulat Sutra. Bintang dan Gye sudah saling berpagutan mesra, Gye yang berada dipangkuan Bintang tampak menarik leher Bintang untuk melumatnya lebih lama, dan Bintangpun merespon dengan memberikan lumatan yang hangat dan mesra.Dikamar yang terakhir. Bintang tengah bersama sosok cantik dan manis yang tak lain adalah Intan Purnama.“Auwwhhh...” Intan Purnama menjerit manja saat tiba-tiba saja Bintang sudah mengangkat tubuhnya dipondongan, tapi kemudian bibirnya tersenyum seraya menyandarkan kepalanya didada Bintang, sementara Binta
Read more

183. Bagian 4

“Mustofa adalah sahabatku, siapapun yang ingin mencelakainya, sudah pasti aku harus ikut campur!” kata Bintang dengan mantap.“Jadi kau majikan Jin Mustofa rupanya”“Tidak ada kata majikan, aku sudah menganggap Mustofa sudah seperti sahabatku sendiri”“Kalau begitu, kaupun harus kami tangkap untuk dibawa kehadapan Yang Mulia Raja Thathamghi Yam Yal”“Kalau kalian mampu. Silahkan!” tantang Bintang dengan melintangkan pedang ditangannya.Kedua mahluk jin itu terlihat saling berpandangan satu sama lain. Wajah menyeramkan keduanya terlihat saling mengangguk. Lalu dengan tatapan tajam kembali mengarahkan pandangan mereka kearah Bintang.Blepp! Blepp!Tiba-tiba saja sosok kedua mahluk jin itu menghilang dari pandangan. Kalau saja yang ada dihadapan kedua mahluk jin itu adalah orang biasa, tentunya akan kaget melihat hal itu. Tapi sayang, yang dihadapi oleh kedua mahluk jin itu adal
Read more

183. Bagian 5

“Sehari kemudian, Izrail muncul di depan Sulaiman. Malaikat Maut itu tampak senang dan berkata, ‘Terima kasih, Hai! Raja... Engkau telah mengirimkan dua juru tulismu ke tempat yang telah ditentukan. Keduanya telah ditakdirkan untuk mati di depan gerbang kota itu, tapi saat itu aku tak tahu bagaimana cara membawa mereka sampai ke sana karena jaraknya sangat jauh dari sini.’Sulaiman pun menangis tersedu-sedu. Hatinya terbelah antara kesedihan dan kemarahan, karena kematian dua sahabatnya dan juga sedih mengingat bahwa ajal adalah sesuatu yang tak terelakkan. Melihat ini, Izrail terheran-heran.“‘Kenapa engkau menangis, Hai! Raja Dunia?’“‘Sebab sahabat lamaku kini tak lagi bersamaku,’ kata Sulaiman. ‘Apakah engkau tidak kasihan pada orang- orang yang kau cabut nyawanya?’“‘Kasihan?’ seru Izrail. ‘Engkau menangis karena kehilangan persahabatan dengan mereka. Sesungguhn
Read more

183. Bagian 6

“Sumber lain mengatakan, cincin itu tercipta dari emas murni, yang dilengkapi dengan sebuah batu shamir, mungkin semacam berlian, atau mungkin batu shamir suci yang dikatakan menjadi bagian dari Kuil Sulaiman. Batu itu dibentuk menjadi Bintang dengan delapan sinar. Pada permukaan batu itu diukir sebuah cap heksagon, dan di dalamnya ada empat huruf nama Tuhan: YHWH.”“Tak ada batu cincin yang seterkenal batu Cincin Sulaiman,” katanya sambil menatap Bintang.“Dengan cincin itulah seluruh dunia berada dalam genggamannya. Hanya kematian yang tak bisa dikuasainya.”“Kematian tidak dikuasai oleh siapa pun, kecuali Allah. Tiada obat bagi kematian, dan kita harus berteman dengannya terus-menerus. Kita yang dilahirkan pasti akan mati. Kita mesti menerimanya. Bahkan, orang yang menguasai dunia dengan cincinnya pun sudah menjadi tanah...”“Berbekal cincin itu, Sulaiman memerintah makhluk halus jahat itu agar munc
Read more
PREV
1
...
187188189190191
...
258
DMCA.com Protection Status