Setelah selesai mengobrak-abrik kamar Sang Adik, Ira menyandarkan tubuhnya di dinding, memejamkan mata dengan paksa, merenungkan setiap detik kesalahan yang telah terjadi. Terlihat jelas saat ini, Ira sangat pusing menghadapi satu persatu ujian yang datang, di saat semangat ini kembali hidup, di sisi lain terjadi hal yang sama sekali tidak dia inginkan, membuat dirinya kembali merasakan jatuh untuk kedua kalinya.Dia mengingat kembali perlakuan beberapa hari lalu terhadap Alva, pasti selama ini Alva sudah cukup bersabar menghadapi Ira yang keras kepala, hingga akhirnya Alva memilih untuk pergi."Alva, maaf."Jeritan yang tak mungkin bisa di dengar oleh siapa pun, Ira tertunduk menekuk kedua lututnya, memeluk erat tubuh yang hampa dalam duka mendalam. Selintas potret Alva melintas dalam pikirannya, tawa, kesal, bahagia dia kembali mengingat semuanya, hampa begitu terasa, sekarang dirinya benar-benar sendirian, tak ada siapa pun yang bisa menjadi pengganti yang hi
Read more