All Chapters of LOVE is YOU, Ra!: Chapter 111 - Chapter 120
230 Chapters
Bab 71-2
Tempat Resepsi, Hall Hotel Rangga dan Maura berjalan beriringan menuju tempat resepsi. Ruangan luas itu hampir kosong. Tersisa beberapa orang tamu undangan yang masih bertahan di tempatnya sekedar untuk selfie bersama pengantin. Alina segera menekuk wajahnya saat matanya menangkap sosok dua orang yang sejak datang tadi tidak sekalipun menyapanya. Pengantin cantik itu berbisik sejenak pada tamunya dan berbalik cepat kembali ke samping suaminya. “Rangga.” Galih melambaikan tangannya, meminta Rangga mendekat. “Ya, Pa.” “Kamu tahu betul ini hari bahagia Alina, kenapa bisa mengecewakan begini, sih?!” “Maaf, Pa. Ada sedikit masalah di atas.” Rangga berusaha menutupi apa yang barusan terjadi. “Penculikan Maura? Siapa yang melakukannya kali ini?” tanya Galih pada putranya. Melihat Rangga tidak berniat memberinya jawaban, Galih pun berkata, “Kita bahas nanti di rumah. Sekarang kamu temui Eyang dulu, bawa Maura bersamamu. Dia ad
Read more
Bab 72-1 Menyelesaikan Masalah
[Anak Haram Pebisnis Muda Ranggapati] Judul berita dari salah satu surat kabar elektronik itu membuat Rangga ingin melempar ponsel di tangannya. Namun, Rangga berusaha meredam amarahnya dan membaca keseluruhan berita karena terkadang, judul dan isi berita tidak sejalan. “Siapa yang berani menulis berita beginian?!” “Eyang yang seharusnya bertanya padamu. Bagaimana bisa muncul berita begituan?” Maura memegang pergelangan tangan Rangga yang memegang ponsel dan mengambil alih benda itu dari tangan Rangga sebelum pecah dan rusak. Fotonya sedang duduk di kursi roda sambil menggandengan tangan kecil Yuki menjadi pendukung judul berita. “Ini foto kita tadi pagi di teras hotel, Kak.” “Jadi ini yang Anggi maksud saat memintaku menunggu pembalasan darinya?” “Anggita? Apa hubungannya semua ini dengan Anggi?” tanya Jelita penasaran. “Wanita itu—.” Tap. Maura memegang tangan Rangga, menghentikannya bicara. “Boleh aku
Read more
Bab 72-2
“Apa sudah kamu persiapkan dengan matang? Aku tidak mau rencana kita gagal. Kerugian tidak hanya di pihakmu, tapi keluargaku juga jadi jaminannya.” [Tenang saja. Riak-riak kecil sudah berhasil mengalihkan perhatian Ranggapati dari gelombang besar yang akan menghantam perusahaannya.] “Kapan kita bisa mulai bergerak?” [Jangan gegabah. Vivian dan Anggita sudah membuktikan bahwa sikap tak sabar hanya membawa kegagalan.] “Baiklah, aku serahkan semuanya padamu. Sebaiknya kita tidak sering berhubungan. Aku khawatir anak buah Rangga bisa menemukan jejak kita.” [Oke. Selanjutnya kita komunikasi lewat surel.] Sambungan telepon diakhiri. **** Maura sedang sibuk menenangkan Yuki ketika Rangga kembali. “Sayang, ada apa dengannya?” Maura berpaling menatap Rangga. “Kak, Yuki mendengar percakapan kami tentang perceraian Vivian dan Damian,” lirih Maura penuh sesal. “Panda, apa benar yang dikatakan Bunda? Apa mere
Read more
Bab 73-1 Keputusan Eyang
Maura terus meronta dan berteriak histeris dalam pelukan Rangga. Dalam penglihatannya sekarang, dokter dan perawat sedang mengelilingi ranjang mamanya, bersiap melepaskan semua alat medis yang membantu mamanya tetap bernapas. “Maura, tenangkan dirimu. Itu hanya ilusi, tidak nyata. Ayo, sebaiknya kita pulang. Kamu butuh suasana yang tenang.” Rangga memapah Maura yang hampir tak sanggup melangkah. Rangga tahu, keputusannya mengantar Maura pulang akan membuat pengantin wanita marah besar. Namun, ini adalah keputusan yang terbaik untuk Maura dan calon bayinya saat ini. Sepanjang perjalanan, Rangga memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi kemarahan Alina nanti malam. **** Kediaman Danutirta Malam ini, hanya tersisa keluarga inti Galih Danutirta dan Jelita yang di meja makan. Semua sudah selesai menghabiskan makanan dalam piringnya masing-masing, tapi belum ada yang beranjak dari meja makan. Alina yang pertama kali berdiri dan mendorong kursinya d
Read more
Bab 73-2
Setelah sarapan, semua berkumpul di ruang tengah, menunggu Eyang memulai percakapan. Selama beberapa saat, suasana hening. “Hhh,” desah Jelita sebelum mulai bicara. “Eyang sudah pelajari semuanya semalam. Pasti kalian juga sudah paham situasinya. Riak-riak kecil ini, hanya untuk mengalihkan perhatian kita dari gelombang besar yang akan menghantam keluarga kita. Betul begitu?” Galih dan Rangga kompak mengangguk. “Baik, kita tunggu saja gelombang datang sambil kita siapkan diri. Maura, Reno, apapun yang terjadi nanti, jangan lupakan bahwa kalian sekarang adalah anggota keluarga Danutirta. Keluarga ini lebih penting dari urusan pribadi kalian. Mengerti?” Reno segera mengangguk, beda dengan Maura yang masih mencerna kalimat Jelita. “Maksud Eyang, kalaupun nanti gelombang besar yang datang itu berasal dari keluargamu, Eyang harap kamu bertindak layaknya Danutirta yang lain. Tidak memihak yang salah.” Maura masih bergeming. ‘Apa mungkin papa
Read more
Bab 74-1 Kedatangan Tamu
“Hai, Om!” sapa Damian girang. Pria itu balas melambai dan tersenyum melihat sekutunya telah datang. “Maaf, jalanan agak macet. Mau langsung ke hotel atau jalan-jalan dulu kita?” “Langsung ke hotel saja. Antisipasi kalau anak buah Rangga melihat kita bersama, bisa gagal rencana kita menghancurkannya,” jawab Damian seraya melemparkan tatapan tidak suka dengan usulan sekutunya. “Ya, ya, kamu benar. Kita ke hotel dulu mematangkan rencana, baru setelah itu kamu bisa langsung beraksi.” Pria itu menepuk bahu Damian dan mengajaknya berjalan bersama. Damian melepaskan bahunya dengan kasar. “Sikap ceroboh seperti ini yang akan menghancurkan rencanaku. Om jalan duluan, aku ikuti dari belakang!” sinis Damian tanpa berusaha menyembunyikannya. **** Kediaman Danutirta “Apa semua sudah siap?” tanya Rangga saat melihat Maura menuruni tangga seraya menggandeng tangan Yuki. “Ya, kami siap.” Yuki menjawab dengan antusias. “Al! Ren
Read more
Bab 74-2
“Hai, Rangga. Long time no see,” sapa Damian seraya mengulurkan tangannya.Rangga menyentuh tangan pria itu sekilas, sama sekali tidak berniat untuk berjabatan. “Untuk apa kamu datang?”“Well, i miss Yuki so much. Bisa saya ketemu dia?” tanya Damian dengan gaya menyebalkan.Reno maju melewati Rangga bermaksud memukul mulut tengil Damian, namun lengan Rangga dengan cepat mencekalnya.“Tahan! Ada Eyang dan Papa di dalam,” bisik Rangga lirih. “Maaf, kedatanganmu hari ini terpaksa harus menanggung kecewa. Yuki dan adikku sudah terbang ke Singapura pagi tadi. Kau bisa menyusulnya ke sana.”“Wah, sayang sekali. Kapan Yuki akan kembali? Kalian tidak akan mungkin membiarkannya tinggal lama bersama Vivian, bukan?”Damian tidak sedikit pun mengesankan bahwa dia kehilangan Yuki. Ekspresi dan nada bicaranya begitu tenang, tidak menunjukkan kesedihan karena telah di
Read more
Bab 75-1 Pelajaran Berharga
Ruang Presdir GD GrupMereka berempat duduk saling berhadapan di ruangan presdir, tempat biasanya Rangga bekerja bila sedang berada di kantor. Damian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mencermati setiap detail yang ada. Tindakan itu tak lepas dari pengamatan Galih.Galih sengaja berdehem keras untuk membuat Damian melihat padanya. “Siapa Anda?” tanya Galih tanpa basa-basi.Damian terpaksa berpaling dari objek yang sedang diamatinya. “Saya Damian, ayah Yuki. Maaf, maksud saya, saya suami Vivian.”“Kenapa Anda ralat?” pancing Galih.“Karena nyatanya saya bukan ayah Yuki seperti yang saya kira selama ini,” sahut Damian seraya melirik Rangga sinis.“Jangan mengatakan hal yang akan Anda sesali. Saya bisa membuat gadis kecil itu menjadi bagian keluarga Danutirta dan tidak akan bisa dibatalkan oleh hukum manapun. Itu yang Anda mau?” tantang Galih tenang.Mimik Damian berub
Read more
Bab 75-2
Kediaman Danutirta Hanna membawa Maura ke ruang baca, tempat pertama kali Hanna bicara berdua dengan Maura tentang hubungannya dengan Rangga kala itu. “Mama minta, kamu rahasiakan dulu ini dari Yuki. Tadi yang datang adalah pria bernama Damian yang mengaku ayah yuki. Tapi Mama sendiri tidak tahu pasti kebenarannya karena terlanjur kecewa pada sikap Reno.” “Jadi benar, Reno memukul pria itu?” Hanna mengangguk menjawab pertanyaan Maura. “Mama tidak pernah ikut campur bagaimana Papa dan Rangga menyelkesaikan masalah pekerjaan, di luar rumah. Selama mereka masih di dalam kawasan rumah, mereka harus mengikutti aturan yang Mama buat. Tidak ada kekerasan.” Maura manggut-manggut mengerti. “Mama hanya membiasakan semua penghuni rumah ini untuk memberikan contoh baik bagi generasi penerus yang suatu hari nanti akan lahir dan hidup bersama kita di sini. Anakmu, anak Alina bahkan cucu-cucu kalian,” papar Hanna panjang lebar. “Terbukti hari
Read more
Bab 76-1 Kasih Sayang Orang Tua
“Kenapa termenung?” Jelita tertarik dengan respon Maura pada ceritanya. Sejak tadi dilihatnya, gadis muda itu hanya mengangguk dan sesekali mengulum senyum, tapi matanya berkaca-kaca. “Merasa terbebani dengan cerita Eyang?”Maura buru-buru menggeleng. “Tidak, Eyang. Campur aduk rasanya. Kagum mendengar perjalanan hidup Eyang, merasa apa yang saya alami belum ada apa-apanya dan teringat mendiang Mama.”Hanna mengelus punggung menantunya itu perlahan, mengalirkan kehangatan yang merasuk ke dalam hati. “Sayang, semua sudah berlalu. Jangan terlalu larut dalam kenangan. Kamu bisa ciptakan sendiri kehangatan dan kenyamanan dalam keluargamu.”“Ya, Mama benar.” Maura berpaling menatap Hanna dan tersenyum. Ibu mertuanya ini juga memberikan banyak kejutan yang membuatnya kagum. Hanna wanita lembut dan pengertian di luar, bijak dalam menyelesaikan masalahnya dengan Rangga kala itu dan hari ini, Maura melihat keteg
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
23
DMCA.com Protection Status