All Chapters of LOVE is YOU, Ra!: Chapter 121 - Chapter 130
230 Chapters
Bab 76-2
Rumah Sakit Singapura“Apa yang terjadi padanya?” tanya Rangga saat duduk berhadapan dengan Allen di ruang kerjanya.“Seperti yang sudah pernah saya terangkan, tubuhnya tidak merespon kemo dan radiasi dengan baik. Ketahanan tubuhnya terus turun, begitu pula dengan kadar Hb (Haemoglobin) dalam darahnya.”“Kenapa baru sekarang Anda katakan ini?” pertanyaan yang sarat dengan tuntutan.“Saya sudah menghubungi Damian kemarin, tapi tidak ada respon. Saya juga berusaha menghubungi Anda lewat asisten Anda yang berjaga di sini. Kondisinya menurun dengan cepat.”“Bagaimana sekarang?”“Vivian sedang berada di ruang ICU. Anda bisa menemuinya, tapi tidak bisa lama.”“Apa putrinya juga bisa masuk?”Allen hanya bisa mengangguk karena mengingat kondisi pasiennya yang sedang meregang nyawa. “Bisa, putrinya terutama.”Rangga keluar ruangan sete
Read more
Bab 77-1 Merelakanmu Bersamanya
Allen sedang menyiapkan ruang kecil yang bebas dari alat medis seperti yang Reno minta. Pria itu datang menemuinya dan meminta izin mengadakan perayaan ulang tahun sederhana untuk Yuki. Ini melanggar aturan Rumah Sakit, tapi dia bisa memaklumi mengingat kondisi Vivian yang terus menurun.Dalam hati, Allen berharap dengan kedatangan Yuki dan lainnya bisa memberikan semangat hidup bagi Vivian. Wanita itu sempat menolak sesi kedua terapinya dan berkata ingin menyerah pada sakitnya.“Dok, aku sudah tidak sanggup lagi menahan ini semua. Tolong sampaikan pada Rangga bahwa aku ingin bertemu dengannya dan Yuki untuk terakhir kalinya.” Begitu yang Vivian katakan seminggu yang lalu, saat Allen melakukan kunjungan rutinnya.“Arrest! Ephi!” Allen berteriak memberikan instruksi. Wanita dengan kulit wajah dihiasi bintik kecokelatan itu, naik ke atas ranjang Vivian, menempatkan kedua lututnya mengungkung tubuh lemah Vivian.Jemari lentik
Read more
Bab 77-2
Maura duduk di salah satu bangku taman Rumah Sakit, mengamati beberapa pasien sedang duduk menikmati udara senja yang mulai dingin. Ada juga perawat dan dokter yang sibuk lalu lalang tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya.Maura menghela napas perlahan, mengisi paru-parunya dengan udara hingga penuh lalu mengembuskannya cepat, membuang sesak yang menghimpit dadanya. Namun, usahanya sia-sia. Dadanya masih saja sesak mengingat bagaimana Vivian tersenyum ke arahnya tadi.“Kenapa duduk di sini? Mana Yuki dan Rangga?”Maura menengok ke arah suara yang menyapanya. “Tidak ada, hanya mencari udara segar, di dalam terlalu menyesakkan.”Reno duduk di samping Maura. “Maaf,” ujarnya singkat.“Untuk?”“Rangga mengirim pesan padaku, menceritakan bagaimana Vivian berulah dengan memanfaatkan Yuki lagi.”Maura berdecih lirih. “Aku melakukan ini untuk Yuki. Tapi, apa kau tahu? Dadaku t
Read more
Bab 78-1 Berpisah Sementara
Rangga hanya bisa mengepalkan tangan sekuat tenaga agar tidak menyakiti Vivian. Beruntung Vivian adalah seorang wanita, andaikan dia pria, mungkin saat ini Rangga sudah memukulnya hingga babak belur. Melihat Vivian mengkerut seperti plastik terbakar, Rangga menegakkan punggungnya untuk mengurangi ketegangan antara mereka.“Apa yang ada dalam otakmu hingga merencanakan semua ini? Kalian sungguh manusia tidak berperasaan. Apa pernah kau pikirkan perasaan Yuki?!” Rangga menunjuk Vivian kesal, sebelum akhirnya mengibaskan tangannya kasar ke udara.“Ini adalah rencanaku dan Damian agar bisa mendapatkan uang darimu untuk menyelamatkan perusahaannya,” aku Vivian lemah. “Damian yang menyuruhku melakukannya agar dia tidak menceraikanku.” Vivian mulai terisak.“Sejak dia tahu aku sakit, dia melihatku tak lebih dari beban hidup yang segera ingin dia singkirkan. Bahkan dia sengaja mengaku bahwa dia telah lama berselingkuh dariku aga
Read more
Bab 78-2
Maura bangun di pagi hari dengan sekujur tubuh penuh tanda merah dan lemas, tulangnya seperti terlepas dari sendi. Setelah mendapatkan kamar, alih-alih menjawab pertanyaan Maura, Rangga malah membawanya berulang kali jatuh dan melambung dalam gulungan cinta. Pria itu seperti menemukan hidangan lengkap setelah lama berpuasa, rakus dan ganas.Maura menggeser perlahan tubuhnya menyamping menghadap Rangga. Pria itu masih lelap dalam buaian mimpi dengan mata dan bibir terkatup rapat.“Apa yang terjadi antara kalian setelah aku pergi?” bisik Maura seraya membelai rambut suaminya yang berantakan. “Aku merasakan amarah dalam setiap sentuhanmu.”Sentuhan Maura turun ke hidung dengan tulang tinggi dan sedikit bengkok di bagian tengah, membuat pemiliknya mengerjap karena gatal.Wajah Rangga mengkerut, matanya memicing menghalau sinar mentari yang menusuk pupilnya. “Sudah bangun?” sapa Rangga dengan suara berat dan serak. “Ke
Read more
Bab 79-1 Berbagi Tugas
[Rangga, kamu harus tolong Papa. Di sini ada dua orang polisi yang akan membawa Papa untuk diperiksa.]“Pa, Papa tenang dulu. Biar aku yang selesaikan. Papa ikuti saja proses pemeriksaannya, kami pulang ke Jakarta sekarang.”Rangga menatap Maura yang sedang meremas jari dan menggigit bibir bawahnya dengan raut wajah khawatir. “Ra, kita makan dulu.” Rangga menarik tangan Maura agar mengikutinya.“Bagaimana aku bisa makan dalam kondisi seperti ini? Pasti sekarang Papa sudah masuk ke dalam mobil polisi dengan tangan diborgol.” Maura mengibaskan tangannya. “Aku harus melihat beritanya.”Rangga lebih dulu meraih remote TV dan melemparkannya ke sembarang tempat.“Kak!”“Tidak ada gunanya melihat berita saat kita masih jauh dari Jakarta. Ayo, kita makan dulu.” Rangga mendorong bahu Maura, mengarahkannya ke meja makan. “Saat ini bukan hanya Papa Armand yang butuh
Read more
Bab 79-2
Kediaman Danutirta, JakartaKedatangan Maura dan Reno sudah dinantikan. Alina yang pertama kali muncul di ambang pintu menyambut suami barunya dengan mata basah. Wanita cantik itu segera berlari menghambur dalam pelukan Reno saat melihat pria yang sedang tersandung kasus itu keluar dari taksi.“Hei, apa kau terlalu merindukanku?” gurau Reno kala menyadari Alina menangis dalam dekapannya.“Kalian masuklah dulu.” Hanna melambaikan tangan menyuruh dua menantunya segera masuk. “Yun, bawa Yuki ke kamar.”“Apa yang terjadi, Ren?” tanya Galih saat mereka semua sudah berkumpul di ruang baca. “Dalam laporanmu, tidak ada yang janggal. Kenapa bisa ada celah?”“Dolfin masih menyelidiki, Pa. Sebentar lagi, Reno akan ke kantor Orion untuk memeriksa sendiri keadaannya.”“Sebelum kamu ke sana, ada satu hal lagi yang perlu kamu tahu.”Reno dan Maura saling pandang seje
Read more
Bab 80 Mengusut Kasus
Rumah Sakit Kanker, SingapuraVivian mulai jengah melihat Rangga yang sejak satu jam lalu hanya mondar-mandir di dalam kamar atau berdiri mematung menghadap jendela besar dengan kedua tangan berada di dalam saku. Awalnya Vivian tidak ambil pusing selama Rangga ada bersamanya. Namun, lama-kelamaan kepalanya mulai pening melihat tingkah pria itu yang tidak menghiraukan keberadaannya.“Ra-Rangga,” panggil Vivian lirih.Rangga hanya menoleh dari tempatnya berdiri tanpa repot mendekat. “Ada apa?” tanya Rangga dengan suara dingin.“Aku haus.”Dengusan kesal terdengar dari bibir Rangga sebelum pria itu berjalan malas mendekati nakas dan meraih sebotol air dengan sedotan di dalamnya. “Nih.” Rangga menyodorkan botol air seolah Vivian bisa melakukannya sendiri.“Tolong,” pinta Vivian lagi seraya membuka maskernya.Dengan muka masam dan gerakan kasar, Rangga duduk di samping Vivian dan
Read more
Bab 81-1 Kesalahan Hans
Maura sedang berada di dalam gudang penyimpanan bersama Rita, asisten koki yang bertanggung jawab atas keluar masuk barang di dalam gudang, mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk.“Rita, bukankah kita sudah lima tahun lebih beralih pada bahan makanan organik? Kenapa bisa ada makanan kaleng? Kadaluarsa lagi! Lalu ini apa? Jamur truffle enam ons raib tanpa ada rinciannya.” Maura benar-benar marah kali ini. Buku stok gudang dilemparnya ke atas meja.“Ma-maaf, Bu. Saya kurang tahu. Satu minggu ini saya cuti karena menikah. Hari ini baru pertama kali saya masuk kerja lagi,” jawab Rita ketakutan.“Siapa yang bertanggung jawab tentang stok gudang selama kamu cuti?!”“Chef Hans yang turun langsung memeriksa selama saya tidak ada.”“Paman Hans?” ulang Maura memastikan. Ia teringat sikap aneh Hans saat bertemu dengannya tadi. “Ya, sudah. Kamu bisa pergi.”Maura meraih ponsel
Read more
Bab 81-2
Hans dibawa masuk ke dalam ruangan yang berisi tiga pria kekar lainnya, makin takutlah dia. Picollo mendudukkan Hans di sebuah kursi yang ditempatkan di tengah ruangan. Pria paruh baya itu mulai gelisah dan terus memberontak.“Diam!” bentak Picollo.“Tenang, Pic. Biarkan Maura yang bertindak.” Reno menegur sikap Picollo yang dinilainya terlalu kasar.“Maura, to-tolong lepaskan Paman. Su-sungguh, Paman tidak tahu a-apa yang sedang terjadi,” gagap Hans ketakutan.“Paman, aku hanya ingin Paman menjawab beberapa pertanyaan dariku.” Maura menarik sebuah kursi lain dan menempatkannya di depan Hans. “Hans Suroso yang aku kenal adalah seorang koki yang jujur dan tekun. Sedang yang aku temui hari ini, tidak menggambarkan Paman Hans yang aku kenal. Ada apa ini, Paman?”Hans tahu, cepat atau lambat semua ini akan terbongkar. Selama dua tahun Maura bergabung dengan Orion, sudah terkenal bahwa gadis mu
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
23
DMCA.com Protection Status