Home / Romansa / Tuan Arogan itu Mencintaiku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tuan Arogan itu Mencintaiku: Chapter 71 - Chapter 80

93 Chapters

Mereka berdua seperti bocah!

  'Apakah dia akan mencari pasangan? Itu sebabnya statusnya akan berubah nanti malam!’ gumam seorang gadis yang tadi sempat bertanya pada Daren.   'Apakah aku sudah sangat cantik? Ah, kenapa aku harus bertanya lagi, tentu saja aku sangat cantik. Aku gadis tercantik di perkemahan ini, dan aku harus mendapatkan Tuan Danendra!’ kata Mayra sang gadis cantik nan mempesona, yang level percaya dirinya jauh di atas rata-rata. Mayra bertekad, ia akan mendapatkan seorang Danendra, bagaimanapun caranya.   'Ya Tuhan, apakah ini sebuah kode? Tuan Danendra akan mencari pasangan di tempat ini?’ salah satu gadis lainnya ikut bergumam dalam hati, dengan wajah yang tidak bisa disembunyikan, jika ia sedang senang saat membayangkan nanti malam, dirinyalah yang akan menjadi pasangan dari seorang Danendra.   ‘Cih, apa-apaan mereka semua? Lihat wajah mereka. Apa mereka sedang membayangkan jika dirinya nanti malam akan menjadi pasa
Read more

Membunuh?

Zoya menatap dua gadis muda yang berada tepat di depannya. Tatapan serta ekspresi wajah Zoya berubah-ubah, kadang senang, kadang kesal, kadang aneh, kadang serius, dan kadang juga seperti seorang yang sedang bingung.  "Lia, kemari?" panggil Delina pada saudara kembarnya dengan wajah yang nampak sangat antusias.   ‘Eh, ada apa?’ karena penasaran, bukan hanya Delia yang datang menghampiri Delia, Zoya pun ikut serta menghampiri Delina dengan mengernyitkan keningnya.  “Cepat Lia, lama sekali!” Delina sudah melambai-lambaikan tangannya dengan tidak sabar pada Delia yang berjalan gontai mendekati.  ‘Dasar tidak sabaran! Memangnya ada apa sih?’ gumam Zoya begitu menyelidik. Jiwa ingin tahunya meronta-ronta.  “Ya Tuhan, Lina! Apa ini? Aaa...,” jerit Delia yang sudah berada di
Read more

Hukuman!

“Harusnya aku tidak menertawakan pria aneh itu! Peduli amat dengan dia yang takut pada hewan kaki seribu itu atau tidak!” gerutu Zoya.  “Karena kau sudah berani-beraninya menertawakanku, maka kau harus aku hukum!" kata Daren dengan seringainya. "Hukum?" kaget Zoya yang masih menganga.  "Ya, kau harus aku hukum!" jawab Daren, matanya mendelik kesal, "El, kira-kira..., Hukuman apa yang pantas untuk gadis bodoh yang sudah berani menertawakanku ini?" lanjut Daren seraya bertanya pada El.  "Saya tidak tahu Tuan!" jawab El enteng.  "Bodoh! Dasar payah! Kau sama bodohnya seperti bocah itu!"  'Kenapa hanya aku yang di hukum? Bukan hanya aku yang menertawakannya 'kan? El juga menertawakanku!' batin Zoya yang merasa tidak adil.  "Ah, aku menemukan
Read more

Jatuh bersama

Bermenit-menit berlalu, Daren dan El masih terus menyusuri setiap jalanan licin dan berbatu untuk menyusul Zoya yang sudah setengah jam pergi. Namun, tak kunjung kembali juga.  “Anda bisa Tuan?” tanya El. Raut wajahnya sedikit khawatir saat melihat sang Tuan yang nampak kesulitan menapakkan kakinya dengan baik dan benar.  Plakk!“Apa aku selemah itu?” ketus Daren. Sebenarnya ini bukanlah sebuah jawaban, melainkan sebuah pertanyaan balik yang menyudutkan.  “Maafkan saya Tuan!” kata El seperti biasa. Meminta maaf, walaupun entah apa kesalahannya.  “Pantas saja bocah itu lama. Jalanannya kenapa licin sekali!” keluh Daren dan, “aw,” pekik Daren, ia tergelincir, pakaiannya kotor semua, apalagi dengan tubuhnya. Dan yang paling menyita perhatian El adalah, wajah Daren yang tertutup lu
Read more

Demit dan sebangsanya

“Aku akan menghukummu saat kita sudah berada di rumah nanti El.” uhar Daren dengan kata ancaman yang di dengan senyum tipis.  Kedua pria tampan itu benar-benar melakukan apa yang ada dalam pikiran mereka untuk terbebas dari jeratan tanah licin yang membuat mereka berdua tidak bisa berdiri. Yaitu dengan cara merangkak seperti bayi.  ‘Saya akan menerimanya dengan senang hati Tuan!’ balas El dalam hati. Tidak mengambil pusing apa yang Daren ucapkan padanya barusan. Karena menurut El, ucapan Daren barusan adalah sebuah gertakan yang tak akan pernah menjadi sebuah kenyataan. Karena Daren berujar seraya tersenyum tipis. Hanya untuk menutupi perasaan senangnya saja saat ini.  “Di mana bocah itu?” gumam Daren pada dirinya sendiri. Khawatir dan kesal bercampur menjadi satu.  “Di sebelah sana Tuan!” El menunjuk
Read more

Menceburkan diri

Byurrr!   Suara air akibat sesuatu yang jatuh begitu jelas dan keras terdengar. Bahkan, cipratan airnya sampai mengenai Daren dan El yang masih berada di pinggiran sungai.       “Aaa...,” Teriak Zoya saat kakinya terpeleset dan jatuh ke sungai.       “Zoya!” Teriak Daren dan El nyaris bersamaan. Daren berlari menghampiri Zoya yang sudah berada di dalam sungai dan- -       Byurrr! Daren menceburkan dirinya sendiri ke sungai untuk menyelamatkan Zoya yang sudah jatuh tenggelam.       “Tuan! Zoya!” Teriak El yang hendak menceburkan diri juga. Namun, belum sempat El menceburkan diri, Daren sudah berhasil membawa Zoya ke atas batu berukuran besar yang berada di pinggiran sungai.       “Dasar bocah menyebalkan! Selalu saja cerobo
Read more

Menggendong

"Dasar merepotkan! Apa kau tidak bisa melakukan satu hal saja yang benar?" gerutu Daren sepanjang jalan. Zoya yang berada tepat di belakangnya, hanya bisa memanyunkan bibirnya dengan mata melotot ke arah Daren yang kini tengah menggendongnya.   'Dasar menyebalkan! Dirimu sendiri yang menyuruhku, dan sekarang kau menyalahkanku,' balas Zoya dalam hati.   "Selain kau merepotkan, kau juga selalu membuatku kesal. Apa tidak bisa bersikap biasa saja? Bersikaplah sewajarnya, jangan melulu membuatku kesal begini!" Ah, pria itu masih saja terus menggerutu, apa mulutnya tidak lelah apa? Pikir Zoya yang menanggapi lewat tatapan dari belakang.     "Kenapa kau diam saja?" tanya Daren tiba-tiba, kepalanya mendongak ke belakang karena merasa tidak mendapatkan tanggapan apa-apa dari orang yang sedang ia ajak bicara. Padahal jelas-jelas, gadis itu sedang berada dalam gendongannya dan tidak pergi kemana-mana.  
Read more

Gara-gara semut

"Dasar aneh!" ucap Daren dan El secara berbarengan. Mereka berdua kompak mengatai Zoya dengan kata 'aneh'. Sedangkan yang dikatai, tengah menyipitkan matanya sambil menatap geram pada dua sosok tampan yang mulutnya sama-sama tidak bisa dijaga itu. Yang kini keduanya terlihat sama-sama sedang menahan tawa karena kekompakan mereka. 'Enak saja mengataiku aneh! Kalian berdua lah yang aneh. Orang-orang aneh menyebut diriku aneh. Lucu sekali mereka!' umpat Zoya dalam hati.  *** Perjalanan terjal dan curam akhirnya terlewati juga. Kini ketiga makhluk hidup yang berbeda paras dan postur tubuh itupun sudah berada di kawasan tempat mereka berkemah."Turun!" perintah Daren yang langsung dituruti oleh Zoya. Gadis manis itu langsung turun dari gendongan sang Tuan, setelah Daren memerintahkannya. Setelah gadis itu turun dari gendongan Daren. Daren menepuk-nepuk pundak, punggung dan bahunya tepat di had
Read more

Hampir saja

POV Daren Bagus sekali, gadis itu tengah mengumpat dan mengataiku dengan kencangnya. Lancang sekali dia. Tapi kenapa, aku malah suka melihatnya mengataiku seperti itu sekarang? Ah, aneh sekali. Apa aku benar-benar mulai menyukainya?   Akan kucoba untuk mendekatinya. Aku yakin, gadis itu akan terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba ini.  "Apa salahku?" tanyaku pada gadis itu. Benar saja, gadis itu terlonjak kaget seraya membalikkan badannya. Wajahnya begitu pucat pasi, dengan derai air mata yang terus mengalir tiada henti. Apa aku memang sekejam itu? Tapi, apa salahku. Dia bahkan hanya salah paham padaku. Pergi begitu saja tanpa tahu apa sebenarnya yang aku lakukan tadi.  "Tu-Tuan! Se-sejak kapan Anda di sini?" ucapnya malah balik bertanya kepadaku, bukannya menjawab. Nada bicaranya juga bergetar, aku yakin, ia sangat takut kali ini. "S
Read more

Lelah

POV Zoya. "Aaah..., Apa yang aku lakukan barusan? Dasar menyebalkan! Aku bahkan sudah mengira, jika pria itu akan menciumku. Bodohnya aku. Kenapa aku bisa sepercaya diri itu? Mau di taruh di mana mukaku, jika aku bertemu lagi dengannya," gumamku pada diri sendiri. Teringat kejadian di bawah pohon beringin tadi.  "Apa yang kau lakukan?" tanya pria itu padaku. Aku melihat ada seringai kecil dari bibirnya. Mungkinkah, dia sedang menertawaiku? Sial! "A-apa?" tidak bisa menjawab. Aku malah balik bertanya kepadanya.  "Apa yang kau pikirkan? Kau berharap aku akan menciummu? Begitukah?" tanyanya kembali, tanpa menjawab pertanyaanku terlebih dahulu. Pria itu bahkan memiringkan kepalanya, agar dapat melihat dengan jelas ekspresi wajahku. "Bodoh!" ucap Tuanku yang tidak pernah mau mengalah itu. Ia juga menoyor keningku dengan satu jarinya. Benar-be
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status