"Apa? Kamu bilang apa barusan?" tanya pria itu dengan menyipitkan mata, menatap ke arahku. Ah! Semakin tampan saja. "Hei!" ujarnya lagi sambil mengibaskan tangannya padaku. Ah, betapa terkejutnya raga ini. Apa pria itu mendengar apa yang aku katakan barusan ya? "Kenapa diam saja? Cepat sana, ikut bergabung dengan siswa yang lain. Jangan suka menyendiri, ini di hutan, bukan di kota, apalagi ini sudah gelap," ujarnya panjang lebar mengingatkanku. Sekejap aku terpana dengan ketampanannya. Namun, setelah mendengarkan ceramahnya yang panjang lebar itu. Ia malah mengingatkanku pada sosok yang sifatnya tak jauh berbeda dengan pria di hadapanku ini. Siapa lagi, jika bukan Tuan Daren Danendra yang terhormat. "Diam lagi," sekali lagi dia berujar. Baru juga mau menjawab, dia sudah bersuara lagi. Lalu, bagaimana aku mau menjawab. "Hehe, iya kak!" Sengaja ku jawab singkat sambil tersenyum paksa, agar tidak
Baca selengkapnya