Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 81 - Chapter 90

614 Chapters

80. VILA MONSTER #7

Sebelum mendapat pesan dari tim Lavi, kami memutuskan istirahat. Reila bilang ingin tidur sebentar, lalu kubilang dia tidak akan bisa tidur di tempat seperti ini, lalu dia bilang, “Kalau di dekat kalian, aku bisa. Aku mau tidur sama Falesha.”Benar saja. Dia segera meringkuk, menggunakan jubahnya sebagai selimut pada dirinya dan Falesha, lalu mencoba memejamkan mata. Aku dan Jesse tidak tega melihatnya, jadi kami mencari sesuatu yang setidaknya layak dijadikan alas. Ini tempat tinggal peneliti, jadi setidaknya pasti menyimpan sesuatu—dan ketemu. Aku yang menemukannya, di lemari penyimpanan barang tak terpakai. Bahkan satu set: kasur lipat, bantal, selimut. Reila sampai tersenyum hanya untuk terlelap.“Cewek Genius,” komentar Jesse, melihat Reila dengan mudah tertidur.“Tidurlah,” kataku. “Biar aku yang jaga.”“Nah, tidak. Aku tidak biasa tidur di alam liar. Ini misi keenamku di alam liar. Dan aku
last updateLast Updated : 2022-01-27
Read more

81. VILA MONSTER #8

Aku sedang mengobrak-abrik lemari penyimpanan barang tak terpakai. Di sana ada begitu banyak boneka rusak. Dan tidak cuma boneka kelinci. Ada boneka singa, gajah, kuda, ikan, sampai yang membuatku teringat pada Layla: beruang. Itu membuatku penuh peluh. Maksudku, semua sobekan di boneka ini rusuh, layaknya dihancurkan paksa. Dan yang kumaksud bukan oleh manusia.Saat itulah pintu besi terbuka.Posisiku cukup tersembunyi: di sudut ruangan, jalan masuknya hanya celah sempit. Dan aku baru mengeluarkan isi lemari, jadi satu-satunya jalan juga tertutup barang. Butuh ekstra hati-hati melangkah, terutama ketika pencahayaannya minim. Aku sudah mendengar suara Nadir. “Ini bawah tanah?”Aku sudah bisa dengar Jesse yang menuntut ke mana perginya aku.“Reila tidur?” kata suara Profesor Merla, tidak percaya.Sayangnya, Lavi tahu betul keberadaanku. Baru saja aku lolos dari barang-barang, Lavi sudah muncul di depanku, penuh keringat, dan
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

82. VILA MONSTER #9

Hal terakhir yang kulihat dari bawah bukit vila itu: debu menguasai sejauh mata memandang. Hanya Jenderal yang tidak ada di antara kita—bahkan sepanjang perjalanan. Kata Nadir, “Itu tugasnya. Mengawasi dari area paling luas.”“Maksudnya, langit?” tanyaku.“Cuma Jenderal yang bisa mengeluarkan hawa kehadiran paling luas di sini. Darah murni yang sudah berteman dekat dengan kemampuannya pasti bisa seperti itu. Dia bisa menghalau kehadiran monster dengan sengaja menunjukkan aroma.”“Sudah lama aku bertanya-tanya,” kataku. “Kita beraroma seperti apa?”“Makanan lezat,” jawab Reila. “Seperti ikan bakar.”“Aku bisa bayangkan itu.”Jesse mencetuskan gagasan konyol: “Dari misi ini, aku benar-benar melihat bukti Forlan tidak benar-benar menghalau kehadiran monster. Bahkan, dia hampir mati. Dia bukan keajaiban yang diucapkan Lavi.”&
last updateLast Updated : 2022-01-31
Read more

83. MISI RAHASIA #1

Perjalanan kembali cukup memotong banyak waktu.Jesse bilang kalau titiknya ada di dekat tempat istirahat—setidaknya, dalam dua jam, titiknya akan berubah lagi. Itu membuat kami segera bangkit, membakar segala kelelahan yang ada, tetapi semua hampir meleleh ketika jalur yang dihadapi sungguhan seperti neraka. Begitu banyak binatang melata. Belum lagi, penuh rawa sehingga tidak ada pijakan berarti. Itu cukup membuat Lavi menjerit karena, secara teknis, dia tidak bisa lari. Jadi, sepanjang perjalanan, dia dibantu Elton dan Profesor Merla. Kabar buruk lainnya: Jesse hampir hilang kesadaran. Arah yang ditunjuk juga keterlaluan membunuh. Reila hampir masuk jurang saking terburu-burunya. Dia pikir hanya ada semak-semak, tetapi tiba-tiba pijakan hilang. Belum lagi, dia masih menggendong Fal. Aku hampir meluncur menolong, tetapi kabar baiknya: kemampuan Reila keterlaluan superior. Itu pertama kali aku melihatnya: gaya berat. Dia seperti pengendali gravitasi. Aku ingin bertanya
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more

84. MISI RAHASIA #2

Mimpi tidak menunggu waktu untuk menghantuiku.Aku kembali ke ruang bawah tanah peneliti sinting. Bedanya, peneliti itu sungguhan di depanku. Hanya saja, sudut pandang ini seperti sedang berbaring, dan pria itu memunggungiku dengan jas lab. Gerakannya seperti sedang menulis. Papan yang sebelumnya berisi begitu banyak kertas kini masih sedikit yang menempel.Kemudian pria sinting itu berbalik.Wajahnya terlihat jelas. Berjanggut lumayan tebal, kacamata membuat bola matanya terkesan cerah dan lebar—berbeda dengan para peneliti yang kutahu. Dia seperti punya aura tenang, cerdas, dan hebat dalam satu waktu.“Sudah bangun, Nak?” tanyanya, lembut, menatapku seperti kebaikan.Sudut pandangku seperti mengangguk. Kemudian terdengar suara bergema di kepalaku. “Tidak bisa tidur.”Suara yang kecil, pelan, seperti penuh lelah.Pria itu tersenyum, mengusap kepalanya. “Ayah di sini.”Dan suara gadis k
last updateLast Updated : 2022-02-06
Read more

85. MISI RAHASIA #3

Profesor Merla sedang istirahat, dan aku tidak punya minat menghabiskan malam di ruangannya—terutama ketika aku butuh istirahat. Masalahnya: Fal segera cemberut, menahanku, tidak mau aku pergi, dan kalau pergi, dia harus ikut. Setelah perundingan panjang, akhirnya aku tidur di sana, di ruang tamu, mengurung diriku bersama selimut, sementara Fal bermain menghabiskan malam dengan Layla.Keesokan paginya, ketika membuka mata, aku disambut langsung Fal yang berjarak kelewat dekat—plus, teriakan: “FORLAN BANGUN!”Aku tidak tahu teriakan itu untuk membangunkanku atau laporan.Profesor Merla sudah duduk di sofa, menyantap keripik kentang kesukaan Layla, sembari mendengar alunan musik pelan. “Hai, Forlan,” sambutnya.“Eh, maaf tiba-tiba menginap,” kataku.“Kau seperti tidak pernah mengenalku saja,” Profesor Merla tertawa. “Tidur saja di sini sebanyak yang kau bisa.”Aku celinguk
last updateLast Updated : 2022-02-09
Read more

86. MISI RAHASIA #4

Acara memancing kami memakan banyak waktu, terutama karena obrolan kami cukup penting, dan tidak ada yang bisa mendengar kami ketika bibir danau terpisah sangat jauh. Dari tempat ini pun, tidak ada suara yang terdengar, kecuali suara satu sama lain dan air yang gemercik mengenai kano. “Bukannya menyebalkan melihat emberku masih kosong?” gerutu Dalton. “Kau dibenci ikan, itu faktanya,” kataku. Emberku lumayan penuh, dan Kara sudah sampai dua ember besar. Dalton masih berisi air, kailnya berulang kali kehilangan umpan, dan dia jauh lebih banyak melempar kail dari kami—tetapi masih belum dapat ikan. Kara hanya tertawa, mengatakan memancing itu tentang menikmati waktu. Jadi, obrolan kembali serius saat Dalton bertanya padaku bagaimana kinerja tiap orang dalam misi. Kubilang, lumayan, dan Dalton kelihatan muram. “Kara,” ratap Dalton. “Aku belum diizinkan misi?” “Sayangnya, itu bukan wewenangku, Nak. Kalau memang ada yang mampu membu
last updateLast Updated : 2022-02-12
Read more

87. LAVI #1

Kudengar ada Rapat Dewan dan pesta api unggun dalam waktu dekat.Sejak pembicaraan dengan Kara dan Dalton berakhir, aku terus memikirkan bagaimana cara bertemu Ratu Arwah. Aku tahu semestinya memaksa mereka untuk mengizinkanku pergi. Sebaik-baiknya, aku hanya akan gagal masuk, tersesat, tetapi karena pelacak, Dalton pasti menemukanku. Seburuk-buruknya, aku bisa berhasil masuk, mendapatkan ingatan, dan mencoba membujuk Ratu Arwah agar bisa keluar karena peperangan tengah meledak. Namun, Dalton memberiku tantangan kelewat berat: kalau Lavi mengizinkanku, mereka akan mempertimbangkannya. Aku tahu Lavi tidak akan membiarkanku pergi. Dan kalau aku memaksanya, dia pasti akan menangis, menuntut mengapa aku selalu membantah setiap ucapannya. Kalau pun Lavi mengizinkan, belum tentu mereka mau mengirimku di tengah situasi ini.Kara bilang, semua itu hanya hipotesis, tentang penghuni yang tidak pernah kembali, tetapi kupikirkan baik itu ke arah bagus atau buruk: fakta penghuni it
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more

88. LAVI #2

Aku ingat saat pertama datang ke danau bersama Jesse, ada banyak darah biru yang menghabiskan waktu di danau kano dengan bergandengan tangan. Saat itu aku tidak pernah berpikir akan melakukan hal serupa di suatu titik waktu.Hal baiknya: tidak ada siapa pun di danau kano. Hal buruknya: agak dingin, jadi kami harus memakai lapisan jaket. Hal yang kubenci: aku baru sadar kalau ini sama persis seperti yang dilakukan orang terdahulu bersama Lavi. Jadi, detik-detik sebelum pergi ke danau kano, aku mendobrak Gerha Dalton, meminta lampu yang dia buat di padang rumput: lampu berkelip warna-warni. Hal yang kusuka: di tengah misi penyelidikan, Dalton memperbarui lampu warna-warni itu jadi lampion. Maka ketika kami mendayung ke danau kano, bukan senter atau lampu minyak yang akan menemani kami. Namun, lampion kemerahan yang membuat suasananya dipenuhi pendar hangat. Agaknya nuansanya jadi lebih romantis dari yang kupikirkan.Lavi juga memiliki gagasan keren. Ketika kami mengatur
last updateLast Updated : 2022-02-18
Read more

89. API UNGGUN #1

Jujur saja, aku menantikan mimpi Akshaya sejak vila monster.Namun, dua bulan setelah insiden penuh efek mengerikan dari vila monster, Akshaya tidak pernah mengganggu mimpi-mimpiku lagi. Itu rekor. Kupikir semua ini ada hubungannya. Dia sengaja tidak muncul karena aku sudah menyentuh kotak rahasia yang sebenarnya tidak boleh diketahui siapa pun.Hanya saja, setelah dua bulan, pada akhirnya, aku bermimpi.Dan bukan tentang Akshaya.Tiba-tiba aku berdiri di jalan berbatu luas layaknya jalan ini sering dilewati hewan-hewan buas raksasa. Pohon-pohon sekitar terlihat lebih familier dari Padang Anushka. Aku baru sadar, tetapi pohon pinus di Padang Anushka terkesan beda dari pohon pinus yang dulu sering kulihat di pondok Nenek. Pohon pinus di area pondok terasa lebih menyejukkan, seolah dalam suatu waktu, pohon itu akan mengeluarkan aroma angin segar yang muncul di pagi hari yang berembun.Maka tanpa kusadari aku sudah berjalan menyusuri jalan berbatu.
last updateLast Updated : 2022-03-01
Read more
PREV
1
...
7891011
...
62
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status