Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 571 - Chapter 580

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 571 - Chapter 580

594 Chapters

570. GEMA PIANO #5

Yasha dan Dalton punya gagasan mengajakku memancing, tetapi aku tidak berminat. Kubilang aku ingin istirahat dan entah bagaimana mereka tidak mencoba memaksa—barangkali mereka melihat perban dan menyimpulkan itu cukup parah. Jadi, Yasha mengurungkan niat karena, “Membosankan kalau cuma berdua. Lebih baik aku mengurus markasku,” dan Dalton bilang, “Kalau begitu aku bantu Bazz memperbaiki beberapa senjata.” Aku tak mengerti apa poin mereka mengumumkan itu, tetapi mereka memang membubarkan diri.Langit agak gelap. Aroma hujan sudah tercium. Fal menggerutu karena dia tidak bisa bermain. Katanya hujan membuat segalanya tidak asyik. Fal sedikit beda dengan diriku yang justru selalu mencari kesempatan keluar saat hujan. Fal justru tidak suka membasahi diri dengan air yang langsung dari langit.“Kenapa tidak suka?” tanyaku.“Kata Layla bisa bikin sakit. Fal tidak mau sakit.”Kasihan sekali kesenangan masa keci
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

571. GEMA PIANO #6

Forlan, bagaimana kabarmu? Masih ingat Bibi?Bila surat ini sampai ke tanganmu, besar kemungkinan Bibi tidak bisa lagi bicara secara langsung padamu. Bibi ingin menyambutmu yang kembali ke Padang Anushka, jadi Bibi harap surat ini bisa mewakili itu. Bibi akan tinggalkan surat ini di tempat yang paling bisa membuatmu mengingat Bibi. Jadi, anggap saja surat ini sebagai pengganti (haha). Maaf, ya, apa kau sedang sedih saat membaca?Sejujurnya Bibi juga sedang sedih saat menulis (haha).Ini sudah keempat kali Bibi mengganti kertas.Tapi Bibi juga tidak masalah kalau surat ini tidak akan tersampaikan sama sekali karena mungkin Forlan akan tinggal selamanya di Lembah Palapa. Kondisi Padang Anushka sangat kacau untuk generasi penerus. Bibi akhirnya bisa berpikir kalau kepindahanmu itu sesuatu yang sangat bagus karena kau bisa menjauh dari sumber kekacauan tanpa perlu melihat kekacauan secara langsung. Setahun yang lalu, ka
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

572. GEMA PIANO #7

Surat itu menimbulkan banyak korban lebih dari yang kubayangkan. Reila menangis sampai sesenggukan—persis seperti yang kubayangkan seperti apa aku di matanya saat membaca surat. Aku duduk sendirian membaca keseluruhan surat dari awal sampai akhir, dan masalahnya, aku terus duduk membaca ulang surat itu sampai kesedihanku semakin dalam. Aku sadar kalau tak baik kami terus berlama-lama di ruangan, jadi aku memutuskan menghirup udara segar dan melihat hujan di luar jendela. Di antara aku dan Reila, Fal justru menghibur kami.Alhasil, sepanjang sisa hari aku tak punya minat melakukan apa pun. Kami hanya pulang ke gerha, mengangkat mainan-mainan lamaku untuk Fal. Ada banyak jenis. Robot, miniatur binatang, bahkan sampai bongkar pasang. Sejauh yang bisa kuingat, dulu aku memang suka permainan bongkar pasang. Jauh di dalam kepala, aku ingat kalau pernah bermain adu benteng bersama Bibi. Itu salah satu permainan yang diciptakan Bibi untuk kami. Masing-masing dari kami membuat b
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

573. GEMA PIANO #8

Dua hari kemudian, aku diizinkan kembali latihan.Lavi bermalam di gerhaku dan memutuskan membuatkan kami sarapan di pagi hari, jadi kami berempat menyantap masakan Lavi sebagai sarapan. Fal selalu suka ketika Lavi bermalam dan membuatkan sarapan. Itu artinya, dia bisa berbuat apa pun dan menyantap apa pun. Lavi begitu memanjakan Fal sampai Reila jengkel dan mengambil es krim dari tangan Fal. “Apanya yang empat hari?”Fal merengek, lalu aku berdeham. Dia diam.“Jangan menakuti anak kecil begitu,” gerutu Lavi.“Dia sudah janji.”“Oya? Kalau begitu, Fal, kemarilah. Ke pangkuanku lagi.”Lavi mengajari Fal betapa sakralnya janji dan betapa dia tidak boleh sampai berbohong pada itu. Fal mengangguk-angguk. Dia selalu dimanjakan Lavi, jadi dia juga menurut pada Lavi melebihi menurut pada Reila.Pada saat Fal duduk di pangkuan Lavi itulah, Fal menceritakan petualangan kami di ruangan Bibi. Itu m
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

574. GEMA PIANO #9

Malamnya, Lavi membujukku agar melakukan trik licik pada Reila. Bukan trik yang terlalu rumit, dia hanya meminta bantuanku agar menidurkan Reila lebih dulu dibanding semua orang. Jadi, Lavi mengobrol dengan Reila di sofa tengah saat aku dan Fal bermain kembang api tangan di selasar belakang. Di waktu yang sama, aku harus mengaktifkan kemampuanku dan membuat Reila perlahan tertidur tanpa dicurigai Reila. Kubilang itu agak sulit dan butuh waktu lama, Lavi bilang, “Tidak masalah. Asal jangan ketahuan. Biarkan dia seperti tertidur secara alami.”Perlahan, berhasil. Sewaktu Reila sudah tertidur, Lavi lapor padaku begitu gembira. “Forlan! Berhasil! Reila tidur!”“Kau membuatnya bangun kalau menjerit begitu,” kataku.“Reila sudah tidur?” tanya Fal. “Malam ini Fal tidur sama siapa?”“Reila,” Lavi yang menjawab.“Fal juga mengantuk. Fal mau tidur.”Aku memindahkan Rei
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

575. GEMA PIANO #10

Alasan pemulihan lenganku bisa cepat, salah satunya adalah Lavi.Dia sampai membuat modul latihan yang disetujui Dokter Gelda dan Kara yang isinya rangkaian latihan yang harus kulakukan dari jam ke jam. Lavi punya target bahwa dalam tiga hari akurasi panahku kembali. Dan sejauh ini, pemulihan akurasiku sudah cukup bagus. Lengan kiriku bisa menahan momentum busur untuk mengarahkan anak panah ke target. Secara perlahan, dia juga semakin menjauhkan papan target, yang membuat lenganku harus menahan momentum lebih berat. Pada awalnya, akurasiku sangat buruk. Lenganku berat. Namun, perlahan, berkat semua rangkaian latihan itu, efeknya langsung terasa. Aku juga sudah tidak lagi memakai perban. Ajaibnya, luka itu bahkan tidak meninggalkan bekas. Lavi bilang luka yang ada di betisnya juga tidak meninggalkan bekas. Itu kemampuan Dokter Gelda.Dan Lavi berhenti dari tim penelitian blasteran. Tim bedah masih berlanjut, tetapi atas persetujuan Dokter Gelda—bahkan atas saranny
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

576. GEMA PIANO #11

Suara Mika terdengar.“Kalau kau Dhiena yang pura-pura mengetuk, aku takkan mau bicara lagi. Sudah kubilang aku baik-baik saja. Berapa kali aku harus bilang?”Aku mulai agak ragu setelah mendengar nada bicaranya, tetapi kuputuskan bicara dengan suara sebaik yang bisa kulakukan. “Em, ini aku.”Hening sejenak.“...Forlan?”“Em, ya, aku.”“Dhiena bersamamu?”“Aku bahkan tidak tahu dia di mana. Sumpah. Percayalah.”“Masuklah,” sahutnya, tanpa ragu. “Tidak dikunci.”Aku menarik napas panjang, mengembuskannya, lalu menatap pintu tepat di depanku. Kudorong gagang pintunya, merasakan udara beraroma Mika berembus keluar dan—kain berserakan di lantai. Mika duduk di meja jahit, terdengar suara mesin—dia memakai kacamata, penampilannya lumayan normal untuk orang yang jarang kelihatan dan—aku terdiam menatap sebelahnya.
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

577. GEMA PIANO #12

Mika awalnya sempat menolak ikut, Reila meyakinkannya lagi ketika aku membereskan kain-kain yang berserakan. Sungguh, sejak tadi aku tidak tahan lihat tempat ini berantakan, jadi saat Reila meyakinkan Mika, aku sampai menyelesaikan melipat dan menggulung banyak kain ke tempat asal. Reila sampai menuntut, “Gila. Orang ini malah bersih-bersih. Bantu aku membujuk dia!”“Di sana pasti banyak dewan,” gumam Mika.“Justru kau itu orang kedua yang harus menemuinya setelah Dokter Gelda,” kataku. “Aku ingat di misi pertamaku Lavi tidak muncul saat banyak dewan ada di klinik. Aku kecewa. Aku tidak kenal Leo, tapi mari anggap seperti itu.”“Dia pasti kaget melihatmu sudah secantik ini,” kata Reila. “Ayo.”Akhirnya, Mika mau dan terkejut melihat meja dan lantai di sekitarnya. “Ya ampun, sejak kapan tempat ini jadi rapi? Tunggu, Reila, biarkan aku menata diri.”Aku menunggu di lu
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

578. RODA MIMPI #1

Ada citra dalam ingatan roh alam yang selalu kuingat.Saat itu malam. Ruangannya gelap, lampu tidak menyala. Aku terlapiskan selimut, di bawah kepalaku ada bantal empuk, kasurnya juga empuk—semestinya aku bisa tidur cepat. Namun, benakku tidak tenang, jadi aku hanya terus berguling ke sana kemari, berusaha mencari posisi yang bisa membuatku mengantuk.Namun, tak ada yang berhasil. Reila sudah tidur di kasur sebelah. Biasanya Reila marah kalau aku tertidur lebih dulu, tetapi kalau dia sudah tidur, dan aku tidak bisa tidur, dia menangis kalau dibangunkan. Kesal dengan diriku sendiri, aku ingin meneguk air. Aku berjalan keluar kamar, lampu ruangan sebagian sudah mati, tetapi aku berhasil sampai di lemari pendingin, mengambil segelas minum, lalu kembali. Sebenarnya meneguk air tidak terlalu berpengaruh, tetapi masih kucoba.Aku mulai menenggelamkan diriku dalam selimut, mencoba tertidur dengan menutup seluruh tubuh. Panas. Ini ide buruk—dan tiba-tiba pin
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

579. RODA MIMPI #2

Ada jeda beberapa detik kekosongan setelah Leo mengucap kabar soal Ibu.Kepalaku berhenti berproses. Mataku menatap dia begitu kaku. Rangkaian suara berpacu bercampur di benakku. Segalanya berputar-putar. Aku tidak mampu menggapai apa yang sebenarnya terjadi.Apa? Bibi Meri itu Ibu, kan?Ibu... masih hidup?Benakku bergetar. Mustahil.Sulit bagiku menatap Leo. Tiba-tiba apa yang di depanku bukanlah ruangan itu lagi. Tiba-tiba segalanya memudar oleh pendar putih. Aku teringat lagi dengan mimpi terakhir tentang Ibu yang kudapatkan. Ibu... ada di detik-detik terakhirnya. Ibu terkulai lemas di punggung Esgar, tidak bisa lagi bergerak, kesadarannya sudah tipis, dan dia menatapku—yang bahkan tidak benar-benar di sana—dengan sorot yang sudah hampir menutup. Ibu di sana, menggumamkan namaku di detik terakhir. Ibu di sana—menantiku untuk menjemputnya. Ibu sedang menanti.Benarkah mimpi itu bukan sekadar mimpi?Benarkah Ibu me
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more
PREV
1
...
555657585960
DMCA.com Protection Status