Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 491 - Chapter 500

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 491 - Chapter 500

594 Chapters

490. ENERGI #7

Kami lanjut melompat lagi. Menurut Lavi, “Hanya perlu setengah jam lagi.”Kabut aktif kembali, kali ini aku juga mencoba melompat dengan jarak lebih jauh lagi. Lavi menyadarinya, tetapi membiarkan.Di perjalanan, aku juga sedikit bertanya tentang kemampuan para penghuni. Ada beberapa yang kemampuannya tidak terlalu kumengerti.“Isha itu tipe pemilik kemampuan yang kalau kau tidak menyadarinya, kau pasti menganggapnya jenius seribu tahun sekali,” kata Lavi. “Awalnya juga tidak ada yang percaya Isha pemilik kemampuan, tapi Rhea bukan pembohong. Semua orang berusaha percaya dan ternyata memang sungguhan.”“Memangnya apa yang bisa membuktikan dia pemilik kemampuan?”“Darahnya.” Kemudian Lavi mengerang. “Forlan, itu bukan bidangku. Aku tidak mau mengerti. Kalau kau penasaran soal perbedaan pemilik kemampuan dan darah campuran biasa, tanya saja Dokter Gelda.”“Oke, oke.&
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

491. ENERGI #8

Kalau dirangkum, agaknya perjalanan misi kali ini memang sinting.Kami berangkat di awal pagi. Matahari baru akan terbit. Aku tidak lihat jam, tetapi perkiraan waktu berangkat kami pasti sekitar jam lima atau setengah enam. Anggap paling buruknya kami berangkat jam enam, lalu perjalanan ke titik patroli sekitar—menurut Lavi, “Kalau istirahat dihitung, harusnya dua jam kurang.” Jadi, anggap perjalanan selama dua jam. Berarti kami sampai di titik patroli jam delapan, dan tak ada petunjuk berarti. Di waktu sama, Padang Anushka baru memasuki jam sarapan. Terlepas kami sudah mengisi perut, kami masih bisa mengejar jam sarapan dan mengejutkan Reila yang belum berangkat—dia pasti tengah makan. Aku bisa membayangkan Reila akan mengumpat melihat kami, sejenis, “Kalian sinting. Misi hanya tiga jam? Di sini bahkan masih ada penghuni yang belum bangun!”Sayangnya, Lavi mencetuskan titik kedua. Dari estimasi yang dia ramalkan di peta, dia bilang,
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

492. ALBUM #1

Kami tiba di Padang Anushka sore hari. Pondok perbatasan seperti biasa. Hanya ada Mister—yang bermain catur di bangku depan dengan Kara. Awalnya Kara tidak sadar. Dia benar-benar meletakkan fokus ke permainan catur, tetapi saat Mister tiba-tiba berkata, “Selamat datang kembali,” Kara langsung terkejut.“Nak? Kalian sudah kembali?”“Kami sudah kembali,” jawab Lavi, seolah perlu menegaskannya.Kuharap ini hanya perasaanku, tetapi Mister terkesan tidak terlalu terkejut. Aku curiga Mister sudah menduga ini—atau jangan-jangan Mister bisa meramalkan masa depan? Dari semua penghuni, Mister salah satu penghuni yang tidak pernah bisa kumengerti. Lavi pernah bilang kalau Mister bisa melihat lebih luas dari yang kupikirkan. Namun, kemampuan khususnya benar-benar misterius.Mister juga mengerti kalau kami akan ke klinik sendiri. Itu membuat Kara—sekali lagi—terkejut, entah karena kami yang terlalu santai ata
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

493. ALBUM #2

Malam datang dengan cepat. Begitu juga dengan kantuk.Fal masih belum bisa tertidur, jadi dia berjanji ketika kami sudah berbaring. Dia memegang alat mirip gadget. “Fal takkan ke mana-mana. Fal tetap di sini kalau Forlan sudah tidur. Fal yang menjaga tidurnya Forlan.”Sebenarnya aku ingin bertahan sedikit lebih lama—terutama karena ketika aku setengah tertidur, sudut mataku menemukan pendar putih beriak di kegelapan kamar. Hanya ada cahaya remang-remang karena Fal masih bermain, tetapi Fal tak bisa menyadari atau melihat wujud pendar putih itu. Di penglihatan setengah sadar, aku mendapati Bibi mewujud dan mendekat ke sisi ranjang.Pendarnya terasa tersenyum. “Tidurlah, Sayang. Kita bisa bicara nanti. Kau pasti kelelahan. Biarkan Bibi menemani kalian.”Barangkali ini efek semua yang kulakukan di misi—kesadaranku bisa jatuh lebih cepat dari biasanya. Aku bahkan tidak sempat mengatakan apa-apa pada Bibi. Mataku sudah menut
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

494. ALBUM #3

Aku sedang membakar beberapa ikan bersama Fal di halaman belakang saat Reila datang membuka pintu. “Aromanya enak sekali!”Fal langsung berlari ke Reila. Aku masih mengipasi ikan. Tungkunya tidak terlalu besar. Masih ada enam ikan lagi yang harus dibakar. Mungkin semestinya aku menyambut Reila dan memberinya sepatah lelucon jongkok kesukaannya yang bisa membuat ikan ini semakin gosong, tetapi aku juga setuju ucapan Reila. Aroma ikan bakar ini keterlaluan enak sampai aku tidak mau berlari seperti Fal. Aku sudah membalikkan empat tusuk di tungku dan merasakan dua garis keringat mengalir di pipiku saking dekatnya aku dengan pembakaran sebelum Reila menepuk bahuku—meninju sampai aku terkejut—dan menuntut, “Mana sambutanku?”Dalam sekejap dia sudah memakai baju santainya. Jadi, aku memeluknya—dia balas memelukku seolah kami tidak berpelukan selama sepuluh tahun.Dengan cepat kami sudah berinteraksi selayaknya tidak ada yang b
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

495. ALBUM #4

Kepulangan tim Dalton dan Elton agaknya menimbulkan keresahan.Saat itu sudah sore dan titik hampir berpindah lagi. Dalton dan Elton belum kelihatan batang hidungnya. Jesse sampai ambil bagian di bukit perbatasan. Jarang sekali dia ikut menunggu di pondok perbatasan—setidaknya, sejak rangkaian misi ini dimulai, Jesse jarang mengantar dan menyambut punggawa misi lagi. Dan aku baru sadar kalau di dalam pondok perbatasan ada alat mirip pendeteksi gelombang perpindahan Padang Anushka seperti di ruangan tim peneliti. Jesse sudah sejak tadi berdiam di sana, terus menggerutu dan menggebrak meja. “Ke mana mereka?!”“Tenang,” kata Lavi.Pondok perbatasan terlihat luas dari luar, tetapi dalamnya tetap saja sempit. Aku beberapa kali masuk, tetapi tidak sampai ke bagian paling dalam. Pondok itu punya tiga ruangan utama. Ruangan tengah yang paling luas—tempat Dokter Gelda biasanya melakukan pemeriksaan, lalu ruang paling kanan—tempat
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

496. ALBUM #5

Keesokan harinya, setelah jam sarapan, Haswin menyeretku ke danau kano. “Mumpung libur, kau harus bantu cari bahan buat pesta api unggun.”Aku bisa saja kabur ke tempat Lavi—yang rasanya ada di pondok utama—tetapi dengan bodoh kubilang, “Aku mau ke Kara,” dan tiba-tiba orangnya bicara di belakangku. “Kau mencariku, Nak?”Aku menyesal mengucap nama Kara, bukannya Lavi—meski aku memang punya topik yang harus kubicarakan dengan Kara. Jarang sekali Kara terlibat acara memancing geng idiot dari awal. Dan saat kupikirkan Dalton tidak ikut, dia ternyata membawa satu set peralatan memancing milik Haswin. Dia tiba-tiba muncul dari pekarangan belakang markas tim penyerang bersama Yasha, langsung mengarah ke tempat kano dan mendorong dua kano paling besar.“Kara dengan Dalton dan Forlan,” usul Haswin. “Aku dengan Yasha.”Kami akhirnya menyusun formasi di kano. Aku dan Dalton tidak mau ambi
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

497. ALBUM #6

Dua ember Dalton terisi paling terakhir, lalu Haswin mencetuskan kembali merapat. Awalnya tidak ada masalah. Kanoku, Dalton dan Kara lebih dulu, dengan Dalton posisi paling depan. Itu membuat dia yang paling pertama melihat.“Ada Kapten di dermaga.”Tampaknya di kano kami hanya Dalton yang bisa melihat jelas Lavi. Bagi darah murni—aku dan Kara—kabut tipis cukup mengaburkan pandangan. Aku tahu di sana ada siluet seseorang—dan aku bisa merasakan Lavi memang di sana, tetapi wujudnya tidak terlalu jelas. Lavi baru tampak cerah ketika kami lumayan dekat dan kabut mulai semakin tipis.Kano kami mengarah ke dermaga. Kano Haswin dan Yasha juga mengikuti. Dan itu memang Lavi. Dia berdiri di ujung dermaga, tersenyum seperti menyambut. Tak ada siapa-siapa di sekitarnya. Kami berhenti di ujung dermaga.“Menjemput seseorang?” tanya Dalton, pertama naik ke dermaga.Lavi hanya tersenyum. “Untuk apa lagi aku di sini?
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

498. ALBUM #7

Pesta api unggun dimulai dan aku selalu kagum bagaimana pesta api unggun tidak pernah terasa salah meskipun diadakan di kondisi yang sangat janggal. Alih-alih terasa canggung, pesta api unggun selalu lebih asyik dari pesta apa pun.Musik di segala penjuru. Api membara di tungku raksasa. Sebagian Mars berkumpul, bernyanyi, berjoget bersama seperti tak punya lagi rasa malu. Sebagian lagi membakar bahan-bahan mentah di tungku pembakaran—tempat paling disukai Fal selama pesta api unggun. Dia selalu di sana dengan suara paling tinggi—paling melengking yang membuat orang lain tergoda ikut menjerit, kecuali Laher.Irene dan Niko juga ikut—tentu saja. Mereka bintang besar pesta kali ini. Haswin membuka pesta api unggun dengan pidato singkat yang tidak didengar oleh siapa pun—semua orang sudah ingin membakar bahan mentah ketika Yasha sudah tergoda mengganti musik latar ke musik dansa. Pada akhirnya, meskipun kondisi Niko belum cukup baik, dia sudah bisa kembali berbaur ke keramaian—Irene dan F
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

499. ALBUM #8

Jadi, ini yang dirasakan Lavi. Kau bangun di suatu pagi, melakukan semua kegiatan yang sudah semestinya kau lakukan—sarapan dengan daging giling seolah Dhiena lupa semalam semua penghuni baru pesta bakar kalori terbesar sepanjang masa, tetapi kami tetap senang menyantapnya. Hanya Dalton yang protes, “Perutku mual melihat daging lagi, tapi rasanya enak, jadi tak masalah.” Lalu setelah melalui ritual pagi demi menjaga kebugaran tubuh—lari keliling ladang belakang ditambah sedikit peregangan dengan pedang dan panah—tiba-tiba segalanya terasa kosong. Aku tahu apa yang harus kulakukan setelah ini, barangkali menghampiri Jesse atau Profesor Merla untuk membahas sedikit titik yang harus didatangi, tetapi benakku seperti tak ingin pergi. Rasanya benar-benar kosong.Kalau memang ini yang dimaksud Lavi, aku mengalaminya berkali-kali.Siang itu, aku tetap di dalam Joglo, melihat medali-medali misi yang sudah kudapatkan. Sebanyak apa pun medali ini te
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more
PREV
1
...
4849505152
...
60
DMCA.com Protection Status