Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 471 - Chapter 480

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 471 - Chapter 480

595 Chapters

470. KATA SANDI #3

Jesse segera mengurung tim peneliti di Balai Dewan setelah mengerti semua penjelasan. Sebelum pergi, dia hanya bilang, “Kukabari lagi saat ada hasilnya.”Kalau Jesse sudah bilang begitu, dia tidak akan terlihat lagi, kecuali laptop benar-benar terbuka sepenuhnya. Dia sudah dikuasai determinasi kuat.Dokter Gelda dan Lavi memintaku beristirahat di gerha. Kami harus segera bersiap lagi untuk titik berikutnya. Dinding putih yang kami temukan pada akhirnya bukan informasi paling berharga. Informasi soal ayah Fal jauh lebih membantu—yang ironisnya, informasi itu didapat dari mimpiku, bukan karena proses misi. Kara bilang, “Kita menunggu hasil dari regu Jenderal. Mungkin saja Jenderal membuka tabir kayu yang menutup lapisan kedua dinding itu.”“Memangnya Jenderal akan melakukan hal berisiko seperti itu?”“Risikonya memang tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan Jenderal akan melakukannya. Sayangnya, kita tidak bisa
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

471. KATA SANDI #4

Malamnya, agaknya bukan waktu yang tepat bagiku untuk tidur.Ketika aku sibuk mengganggu Reila yang ingin tidur, pintu gerha kami tiba-tiba diketuk. Sebenarnya gerha kami sudah cukup ramai. Tara berkunjung, dan dia berhasil membantu mengalihkan perhatian Fal dari Reila. Namun, aku masih di sini dan Reila tidak akan tidur semudah itu. Ketika pintu diketuk, aku yakin Reila sudah berharap Lavi bisa membawaku pergi. Namun, harapannya pupus dalam sekejap. Begitu dia sadar, Kara sudah menyapanya.Kara sudah bilang, “Tidurlah, Nak. Aku hanya ingin mengobrol lebih lanjut dengan Forlan,” yang kurang lebih membuat Reila menggerutu. Dia bilang kalau seperti disingkirkan dan itu membuatnya kesal. Jadi, dia bangun.Sebenarnya aku sengaja memanggil Kara. Tidak ada tempat yang jauh lebih privasi dibanding gerhaku sendiri. Sebenarnya ada Joglo, tetapi membicarakan hal sensitif di Joglo agaknya bukan ciri khasku dan Kara. Dan di antara semua penghuni yang bisa kami a
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

472. KATA SANDI #5

Pada awalnya aku hanya ingin bercerita tentang Lavi pada Bibi.Namun, setelah kupikirkan matang-matang, rasanya jauh lebih baik jika hal ini dimengerti oleh eksistensi hidup—yang melalui seleksi ketat, kupikirkan bahwa Kara dan Tara adalah dua orang yang cocok. Kara memiliki posisi yang lebih vital dibanding dewan lain untuk memutuskan sesuatu ketika tidak ada Jenderal. Tara memiliki ketenangan emosi, yang di satu sisi juga diakui oleh Lavi. Barangkali aku jarang melihat Tara dan Lavi mengobrol personal, tetapi aku yakin Lavi juga punya pemahaman yang sama pada Tara selayaknya aku.Pada akhirnya, posisi Lavi adalah kapten tim paling vital. Ketika menyadari keinginan bertempur dari kapten paling vital sudah memudar, tak ada pilihan lebih bagus dibanding mengatakannya pada jajaran yang lebih tinggi darinya.Ketika aku mulai mengatakan kebenaran pada mereka, awalnya Reila sudah kelihatan sangat mengantuk. Namun, ketika aku sampai di ucapan, “Andai saja
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

473. BLASTERAN #1

Keesokan paginya, ketika jam sarapan, regu Jenderal akhirnya kembali dari misi. Di luar dugaan penghuni, Jenderal kembali bersama satu orang tambahan.Atau lebih tepatnya, satu mayat.Tentu saja itu menggemparkan penghuni. Semua orang langsung bergegas ke padang rumput. Saat itu aku masih di dapur, menghabiskan waktu dengan canda tawa bersama geng idiot, sampai tiba-tiba Bazz menggebrak meja kami dengan satu teriakan panjang: “JENDERAL DITEMPELI MAYAT!”Pengumuman penuh kesalahpahaman itu sudah cukup membuat satu meja meninggalkan piring—bahkan seorang Haswin yang terkenal tidak akan sanggup menyisakan satu cuil nasi di piring. Kami segera berlari, mengikuti para penghuni yang juga berbondong-bondong ke padang rumput, dan benar. Di padang rumput, kerumunan sudah terbentuk. Kami harus membelah kerumunan untuk melihat satu pemandangan di depan gelanggang: Kara dan Dokter Gelda yang tercengang karena mayat, bersama Jenderal yang berdiri tanpa rasa
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

474. BLASTERAN #2

Tidak banyak yang menunggu di klinik. Dalton penasaran dengan laporan regu Jenderal. Yasha juga. Mereka beda denganku dan Haswin yang lebih memilih menyantap sisa makanan di dapur. Mika masih di dapur—berbeda dengan penghuni yang berlarian keluar, dia masih bersenandung santai menyuci semua piring yang menumpuk. Ada seseorang di sebelahnya. Kupikirkan awalnya agak asing—hingga kusadari dia salah satu kandidat yang baru lulus: Elisha.Mika juga tidak terkejut mendapati kami kembali.“Kubiarkan makanan kalian. Aku tahu kalian kembali,” katanya.Kalau kupikirkan makanan kami tetap seperti sebelumnya, itu salah. Alih-alih berkurang, piring-piring di meja kami bertambah. Awalnya hanya dua piring—milikku dan Haswin—tetapi sekarang, empat, lima—hampir tujuh piring.“Aku tidak ingat minta tambah,” kata Haswin.“Harus habis sekarang,” sahut Mika. “Daripada dibuang.”Mika su
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

475. BLASTERAN #3

Sorenya, ketika aku dan Reila sedang main adu ketepatan panah di halaman belakang gerha, Haswin datang dengan Yasha, tiba-tiba berdiri di luar pagar. Untuk beberapa lama, mereka memerhatikan kami yang terus menarget tepat sasaran. Dan agaknya Reila tidak tahan diperhatikan, jadi dia bertanya, “Kenapa kalian di sini?”“Mau ajak Forlan,” kata Yasha.“Tapi kalian sedang keren,” kata Haswin.“Ke mana?” tanyaku.“Jenguk,” jawab Yasha. “Dan menyeret Dalton dari sana.”Kuputuskan mengikuti mereka. Aku mengajak Reila, tetapi dia lebih ingin latihan. Dia juga tidak punya alasan menjenguk mereka.“Aduh, kau ini,” erangku. “Tidak perlu alasan buat menjenguk.”“Jemput saja Fal.”Setidaknya, Reila benar. Fal ada di ladang bunga.Jadi, gerha baru itu ada di tempat yang kami rencanakan—di ujung jalur ke danau—dan alih
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

476. BLASTERAN #4

Aku tidak mau meneruskan penjelasan Isha ke Lavi, tetapi aku bisa menjadi penghubung agar Lavi datang—karena menurut Isha, Lavi sedang di fase tidak mau diganggu. Itu membuatku bertanya, “Kenapa begitu?”“Asal kau tahu, Lavi bisa membedah, tapi dia menolak. Dokter Gelda juga tidak berniat memaksanya, padahal Emy cukup dipaksa. Harusnya aku yang tanya padamu ada apa dengan Lavi.”“Sejujurnya dia kelihatan baik-baik saja,” kataku. “Dan aku baru tahu dia bisa bedah. Sebenarnya seberapa banyak keterampilannya? Sial. Aku jatuh cinta.”“Kau pacarnya,” komentar Yasha.“Aku lebih jatuh cinta lagi.”“Sudahlah.” Isha menghela napas. “Panggil saja dia ke sini.”“Sebentar lagi dia sampai.”Yasha langsung menatapku skeptis. Sebenarnya Hanna dan Isha juga, tetapi di antara mereka yang rautnya paling tidak percaya itu Yasha.Seben
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

477. BLASTERAN #5

Aku ingin menghabiskan waktu hingga jam malam bersama Lavi, tetapi dia harus membantu bedah. Tampaknya dia memang bisa melakukannya.“Aku tidak apa-apa,” erang Lavi, saat aku bertanya apa yang terjadi. “Dasar Isha. Berlebihan. Aku cuma merawat bunga-bungaku.”“Itu bukan cuma,” protes Isha. “Ada yang lebih penting. Aku tidak percaya kau menolak permintaan Dokter Gelda hanya untuk itu.”“Itu bukan hanya. Bunga-bungaku itu gerbang untuk roh alam.”Isha semakin mengerutkan kening. Dia bisa saja menuntut apa yang tidak dia mengerti, tetapi tampaknya dia sudah cukup lelah, jadi dia mengiyakan. Bunga-bunga di gerha Lavi mungkin memang berhubungan dekat dengan roh alam, tetapi kuharap Isha tidak salah sangka. Mau bagaimana pun juga, kalau Isha benar-benar mengenal Lavi, alasan itu hanya sekadar alasan. Tidak lebih. Lavi juga tahu itu alasan yang buruk, tetapi tetap mengatakannya.“Kau sunggu
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

478. KRISTAL SEL #1

Aku membayangkan apa yang dialami Reila selama sepuluh tahun terakhir.Maksudku, ingatanku tentang Ayah dan Ibu baru kembali empat bulan lalu dan aku sudah berulang kali bermimpi hal yang membangkitkan duka dan nuansa kehilangan dalam benakku. Aku tidak bisa memikirkan seberapa banyak perasaan Reila tersayat karena mimpi terus membangkitkan rasa sayangnya. Belum lagi, di waktu yang sama dia terus mencari keberadaan kakaknya tanpa petunjuk—bahkan meski semua dewan sudah menganggapku tiada, Reila masih memendam harapan. Aku yakin dia begitu terluka karena semua rangkaian yang menumpuk.Itulah mengapa aku tak bisa sembarangan mengaku pada Reila kalau sudah bermimpi tentang Ibu. Selama bertahun-tahun dia tidak bisa mengekspresikan itu—atau mungkin dia bisa karena ada Profesor Merla—tetapi tetap saja, aku tidak bisa tiba-tiba membuatnya terbangun dengan ucapan, “Reila, aku bertemu Ibu.”Aku punya janji pada Fal yang berbunyi: bila aku da
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

479. KRISTAL SEL #2

Memasuki jam sarapan, aku membangunkan Lavi.Lavi jarang tidur sampai melebihi jam sarapan. Kecuali aku tidur di sisinya, dia tidak akan bermalas-malasan sampai jam sarapan. Lavi tipe orang yang bangun pagi, memulai aktivitasnya lebih pagi dari siapa pun, lalu tiba-tiba berkeringat saat orang-orang bahkan belum menyentuh gelanggang. Dia jarang tergeletak lelap di kasurnya hingga melewatkan pagi. Semua penghuni tahu andai Lavi tidak kelihatan di awal pagi, berarti penyebabnya satu: aku.Namun, kini bukan aku penyebabnya. Mendapati Lavi tertidur sampai jam sarapan saja sudah cukup membuatku prihatin. Kecerdasan Lavi pasti diperas habis-habisan hingga titik terakhir oleh tim medis.Ketika aku membangunkannya pun, Lavi seperti menolak bangun. Dia agak terganggu sampai akhirnya membuka sedikit matanya.“Ng... Forlan.” Aku tidak bisa memahami nada suaranya yang memanggil atau memastikan ini aku atau bukan, tetapi dia memang masih setengah sadar.
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more
PREV
1
...
4647484950
...
60
DMCA.com Protection Status