Home / Fantasi / Selubung Memori / 476. BLASTERAN #4

Share

476. BLASTERAN #4

last update Last Updated: 2024-04-20 14:00:24

Aku tidak mau meneruskan penjelasan Isha ke Lavi, tetapi aku bisa menjadi penghubung agar Lavi datang—karena menurut Isha, Lavi sedang di fase tidak mau diganggu. Itu membuatku bertanya, “Kenapa begitu?”

“Asal kau tahu, Lavi bisa membedah, tapi dia menolak. Dokter Gelda juga tidak berniat memaksanya, padahal Emy cukup dipaksa. Harusnya aku yang tanya padamu ada apa dengan Lavi.”

“Sejujurnya dia kelihatan baik-baik saja,” kataku. “Dan aku baru tahu dia bisa bedah. Sebenarnya seberapa banyak keterampilannya? Sial. Aku jatuh cinta.”

“Kau pacarnya,” komentar Yasha.

“Aku lebih jatuh cinta lagi.”

“Sudahlah.” Isha menghela napas. “Panggil saja dia ke sini.”

“Sebentar lagi dia sampai.”

Yasha langsung menatapku skeptis. Sebenarnya Hanna dan Isha juga, tetapi di antara mereka yang rautnya paling tidak percaya itu Yasha.

Seben

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Selubung Memori   477. BLASTERAN #5

    Aku ingin menghabiskan waktu hingga jam malam bersama Lavi, tetapi dia harus membantu bedah. Tampaknya dia memang bisa melakukannya.“Aku tidak apa-apa,” erang Lavi, saat aku bertanya apa yang terjadi. “Dasar Isha. Berlebihan. Aku cuma merawat bunga-bungaku.”“Itu bukan cuma,” protes Isha. “Ada yang lebih penting. Aku tidak percaya kau menolak permintaan Dokter Gelda hanya untuk itu.”“Itu bukan hanya. Bunga-bungaku itu gerbang untuk roh alam.”Isha semakin mengerutkan kening. Dia bisa saja menuntut apa yang tidak dia mengerti, tetapi tampaknya dia sudah cukup lelah, jadi dia mengiyakan. Bunga-bunga di gerha Lavi mungkin memang berhubungan dekat dengan roh alam, tetapi kuharap Isha tidak salah sangka. Mau bagaimana pun juga, kalau Isha benar-benar mengenal Lavi, alasan itu hanya sekadar alasan. Tidak lebih. Lavi juga tahu itu alasan yang buruk, tetapi tetap mengatakannya.“Kau sunggu

    Last Updated : 2024-04-22
  • Selubung Memori   478. KRISTAL SEL #1

    Aku membayangkan apa yang dialami Reila selama sepuluh tahun terakhir.Maksudku, ingatanku tentang Ayah dan Ibu baru kembali empat bulan lalu dan aku sudah berulang kali bermimpi hal yang membangkitkan duka dan nuansa kehilangan dalam benakku. Aku tidak bisa memikirkan seberapa banyak perasaan Reila tersayat karena mimpi terus membangkitkan rasa sayangnya. Belum lagi, di waktu yang sama dia terus mencari keberadaan kakaknya tanpa petunjuk—bahkan meski semua dewan sudah menganggapku tiada, Reila masih memendam harapan. Aku yakin dia begitu terluka karena semua rangkaian yang menumpuk.Itulah mengapa aku tak bisa sembarangan mengaku pada Reila kalau sudah bermimpi tentang Ibu. Selama bertahun-tahun dia tidak bisa mengekspresikan itu—atau mungkin dia bisa karena ada Profesor Merla—tetapi tetap saja, aku tidak bisa tiba-tiba membuatnya terbangun dengan ucapan, “Reila, aku bertemu Ibu.”Aku punya janji pada Fal yang berbunyi: bila aku da

    Last Updated : 2024-04-24
  • Selubung Memori   479. KRISTAL SEL #2

    Memasuki jam sarapan, aku membangunkan Lavi.Lavi jarang tidur sampai melebihi jam sarapan. Kecuali aku tidur di sisinya, dia tidak akan bermalas-malasan sampai jam sarapan. Lavi tipe orang yang bangun pagi, memulai aktivitasnya lebih pagi dari siapa pun, lalu tiba-tiba berkeringat saat orang-orang bahkan belum menyentuh gelanggang. Dia jarang tergeletak lelap di kasurnya hingga melewatkan pagi. Semua penghuni tahu andai Lavi tidak kelihatan di awal pagi, berarti penyebabnya satu: aku.Namun, kini bukan aku penyebabnya. Mendapati Lavi tertidur sampai jam sarapan saja sudah cukup membuatku prihatin. Kecerdasan Lavi pasti diperas habis-habisan hingga titik terakhir oleh tim medis.Ketika aku membangunkannya pun, Lavi seperti menolak bangun. Dia agak terganggu sampai akhirnya membuka sedikit matanya.“Ng... Forlan.” Aku tidak bisa memahami nada suaranya yang memanggil atau memastikan ini aku atau bukan, tetapi dia memang masih setengah sadar.

    Last Updated : 2024-04-26
  • Selubung Memori   480. KRISTAL SEL #3

    Aku tidak merekomendasikan—dan sebenarnya bersumpah tak akan pernah melihat hasil pembedahan yang dilakukan untuk mencari informasi. Namun, Lavi bilang Dokter Gelda menungguku karena ada hal yang hanya bisa dimengerti dan dirasakan olehku. Aku tidak bisa mengecewakan Dokter Gelda, tetapi hati nuraniku juga tidak mengizinkanku melakukannya. Sayangnya, Lavi meyakinkanku.“Dokter Gelda juga tidak memaksa,” katanya, “tapi kuharap kau mau. Kalau kau butuh imbalan, aku janji memakai gaun itu lagi setelah kau melihatnya.”“Jangan menyogok,” tuntutku.“Tapi kau memang mau melihatku memakainya lagi, kan?”Kubilang aku tidak suka kalau dia menggunakan gaun itu untuk memaksaku mengikuti apa yang dia mau. Aku tidak mau dianggap sebagai orang yang bergerak hanya karena dia mengatakan itu. Dia bilang kalau bercanda, lalu kubilang itu salah satu lelucon yang tidak boleh dia ucapkan lagi. Dia meminta maaf, dan tampakn

    Last Updated : 2024-04-28
  • Selubung Memori   481. KRISTAL SEL #4

    Sorenya, Rapat Dewan diadakan.Para dewan sudah berkumpul di Pendopo ketika aku tiba. Bahkan Profesor Merla yang selalu datang terlambat sudah duduk di kursinya, kelihatan mengobrol santai dengan Kara. Jenderal sudah di kursinya. Begitu juga dengan Mister. Dokter Gelda sudah datang, tetapi masih mengobrol dengan Nadir dan Mika di lingkar luar bangku Pendopo. Ketika aku dan Lavi tiba, suasananya lebih mirip diskusi normal. Semua orang sudah tiba. Aku datang bersama Lavi dan pilar tim medis. Sisanya sudah duduk di tempat menanti kelengkapan dewan.Rapat Dewan kali ini mengundang semua kapten dan wakil kapten—kecuali tim stok, sungguh hingga saat ini Aslan belum memilih wakil kaptennya. Aku ingin menyarankan nama Laher agar setidaknya dia tidak kesepian ketika Rapat Dewan. Aslan jarang bicara, tetapi selalu memerhatikan. Kadang aku agak prihatin.Para penghuni dibiarkan beraktivitas. Belakangan, para penghuni sudah tak lagi terikat aturan harus di markas keti

    Last Updated : 2024-04-30
  • Selubung Memori   482. KRISTAL SEL #5

    Kurang lebih Rapat Dewan tiba di pembahasan genting lain: Dokter Moya.Dokter Gelda membongkar semua yang berhasil dicari tentang ayah Fal ini. Dokter Gelda juga menjelaskan obrolan kami—aku, Dokter Gelda, dan Profesor Merla—yang kurang lebih melibatkan hubungan pusat medis dengan musuh. Itu cukup memberi gagasan bahwa Dokter Gelda tak lagi percaya pusat medis sebagai pusat pengobatan penghuni Padang Anushka. Agaknya itu membuat banyak dewan bergidik—terutama karena pusat medis merupakan bagian penting kami.“Intinya, pusat medis tempat terduga untuk pengembangan blasteran, kan?” tanya Haswin. “Kalau begitu, mungkin saja tempat itu sudah dikuasai blasteran.”“Kita memang sudah waktunya menjadi independen,” ujar Kara. “Persoalan pengkhianatan ini tidak bisa dibiarkan. Kita sudah punya kecurigaan ini sejak tiga belas tahun lalu, tapi tidak pernah terselesaikan.”“Kita juga punya banyak

    Last Updated : 2024-05-02
  • Selubung Memori   483. KRISTAL SEL #6

    Rapat Dewan berakhir saat jam malam tiba.Di titik itu semua orang sudah cukup lelah. Akhirnya, Kara membubarkan dewan, dan Lavi menyeretku ke gerhanya.Aku tidak punya alasan menolak, jadi ketika kami masuk dan Lavi langsung mengobrak-abrik isi kulkasnya, aku duduk di karpet bulu ruangan tengahnya, lalu berbaring mengistirahatkan kepala yang dipaksa memikirkan banyak hal. Rasanya semakin banyak kabar buruk yang kami dapatkan. Urusan Layla saja belum selesai. Harus berapa lama lagi kami menunggunya bangun?“Hm,” gumam Lavi, menatap isi kulkasnya. “Ternyata tidak ada ikan.”“Kau serius mau pesta bakar?” tanyaku.“Kau pikir aku bercanda?”“Aku heran kau masih punya semangat sebesar itu.”“Justru ini bisa mengisi energiku kembali.” Lavi melempar sesuatu dari isi kulkasnya. Suaranya keras. Pasti sesuatu yang beku. “Tidak ada ikan, jadi kita ganti sosis. Aku puny

    Last Updated : 2024-05-04
  • Selubung Memori   484. ENERGI #1

    Keesokan harinya, aku sibuk mengasah belati di gedung penempaan. Bazz sudah pasti di tempat. Dia menempa zirah besi baru. Dia kelihatan senang mendapat pekerjaan itu—pada akhirnya, dia lebih suka berurusan dengan bau besi dibanding aroma buah dan sayur di kebun.Theo juga ada di tempat. Dia berulang kali bertanya padaku tentang pedang, yang berulang kali juga kubilang kalau posisi kami terbalik. Semestinya aku yang banyak bertanya, tetapi entah bagaimana aku juga bisa menjawab—aku mengingat semua yang pernah diajarkan Aza soal pedang, dan itu membuat obrolan kami bisa menyambung. Ketika aku mengasah belati, Theo terus mengajakku bicara.Di tengah itu, tiba-tiba suara Fin menggema—cukup mengagetkan.[“Nadya memanggilmu. Datanglah ke Perbatasan.”]Itu sudah cukup membuatku memandang lokasi Fin—yang membuat Theo bertanya-tanya. Aku berhasil mengalihkan obrolan, tetapi masih terkejut.“Kapan?” ta

    Last Updated : 2024-05-06

Latest chapter

  • Selubung Memori   594. BENANG BUNGA #8

    Lavi meneguk cokelatnya sampai habis sebelum mulai melanjutkan.“Sejak dulu aku tidak bermaksud dekat dengan siapa pun,” katanya. “Aku... suka menyendiri. Kata orang, aku selalu dekat dengan si kapten baru ini, tapi—apa yang mereka tahu? Aku lebih sering menyendiri—dulu belum ada gerha, Tempat favoritku menyendiri hanya Joglo atau ladang bunga. Dulu aku sering ikut Dhiena dan Mika merawat ladang bunga. Tapi semakin aku dikabarkan dekat dengan si kapten, Dhiena dan Mika juga terkesan menjauhiku seolah itu cara mereka berkata tidak suka aku dekat dengan tim penyerang. Aku semakin sendiri, dan di titik itulah aku sadar betapa aku mulai benci diriku sendiri. Aku benci menyendiri. Aku benci merasakan sepi. Tapi aku tidak bisa pergi dari sepi. Dan orang ini—si kapten ini hanya ingin dipuaskan tanpa memikirkanku. Dan di waktu sama aku mendengar dia memakai namaku untuk membanggakan dirinya—seolah dia berhasil mendapatkan diriku yang jatuh pa

  • Selubung Memori   593. BENANG BUNGA #7

    Aku bersumpah pada Lavi tidak akan bersedih lagi sampai selesai misi. Itu membuat Lavi tersenyum lebar. “Kalau begitu, sekarang kau yang temani aku.”Lavi ingin menghabiskan waktu di Rumah Pohon hingga jam misi tiba. Saat itu kurang dari enam jam lagi hingga kami berangkat misi. Jadi, Lavi beranjak ke Rumah Pohon saat aku membuat cokelat hangat di dapur. Dalton tidak ingin berada di markas. Dia ingin duduk di danau. Aku tidak ingin mengganggunya. Sepertinya dia ingin menenangkan pikiran. Kupikir Elton ikut dengannya, ternyata Elton ingin mempersiapkan perlengkapannya. Maka kami berpisah.Dua cangkir cokelat hangat siap, aku naik ke Rumah Pohon. Rumah Pohon ketika Lavi berada di dalam sungguh bisa terasa berbeda hanya dari aromanya. Lavi membuat semuanya terasa lebih hidup. Kehadirannya lebih besar dari sekadar apa pun. Ketika kehadirannya terasa sangat kuat seperti ini, biasanya Lavi sedang duduk di depan pintu beranda Rumah Pohon—di tempat favoritku&

  • Selubung Memori   592. BENANG BUNGA #6

    Jesse dan Nuel membubarkan diri lebih dulu. Lavi menatap tajam Jesse bak singa marah menatap musuh yang bahkan tidak menoleh padanya sampai Jesse dan Nuel keluar ruangan. Aku membiarkan Lavi menatap seperti itu karena aku juga lumayan takut kalau dia sudah mendesis semakin kesal.Dokter Gelda meminta Leo kembali ke klinik, yang kusadari kalau Leo juga belum benar-benar dapat restu—tetapi Leo meminta sedikit waktu untuk menetap di markas ini lebih lama. “Sumpah, Ibu. Mika bakal menyeretku, jadi tunggu aku di klinik. Percayalah padaku dan Mika.” Dan dengan gagasan itu, Dokter Gelda dan Isha kembali lebih dulu ke klinik. Isha berkata padaku dan Lavi. “Nanti kuletakkan perlengkapan misi kalian di depan.” Lavi hanya mengangguk. Aku juga.Kara tampaknya berniat menghampiri kami, tetapi tiba-tiba Hela datang ke tempatnya, meminta saran soal misi. Itu membuat Kara akhirnya mau tak mau ikut keluar ruangan. Biasanya Hela bertanya pada Profesor Merla

  • Selubung Memori   591. BENANG BUNGA #5

    Secara teknis, aku duduk di samping Lavi—yang juga di dekat Dalton. Dia yang paling dekat di antara semua orang. Leo bersama empat pendahulu berada di area yang sama. Mika setia duduk di sampingnya ketika Haswin dan Yasha mencuri perhatian sebagian orang karena terus berpindah tempat duduk—entah apa tujuan mereka. Dokter Gelda dan Isha selalu satu paket, berada di dekat Kara yang duduk di dekat Jesse dan Nuel. Mereka ada di dekat papan, dan kami duduk menghadap ke arah Jesse. Aku dan Lavi yang paling dekat pintu keluar, sementara Dokter Gelda dan Isha paling dekat dengan pekarangan belakang. Aslan berada di tempat cukup belakang bersama Elton dan Reila. Mereka ada di dekat kursi paling nyaman—yang diduduki oleh Reila dan Elton. Aslan setia memerhatikan, duduk di dekat mereka.Hela ada di dekat Dalton. Dia duduk di antara Lavi dan Dalton, jadi Dalton yang bertanya padanya, “Kau oke? Kau bisa mengikuti, kan?”“Eh, iya, bisa,” jaw

  • Selubung Memori   590. BENANG BUNGA #4

    Ruang berkumpul markas tim penyerang pada dasarnya didesain untuk rapat tim dan apa pun yang melibatkan semua anggota. Ide kasarnya datang dari Dalton, lalu disempurnakan Lavi. Namun, dibilang model dibuat Dalton sebenarnya juga tidak. Hampir semua model milik Dalton diperbaiki Lavi. Ide ruang berkumpul ini datang dari Dalton, tetapi dirombak habis-habisan oleh Lavi. Ide ruang depan juga datang dari Dalton—dia memikirkan ruangan itu menjadi sejenis gudang senjata, tetapi oleh Lavi dirombak habis-habisan menjadi ruangan yang memamerkan tim penyerang—foto tim, dan loker anggota untuk persiapan perlengkapan misi. Loker itu biasanya diisi langsung oleh tim medis—biasanya mereka secara rutin memberi perlengkapan misi ke loker itu, jadi kami tidak perlu repot-repot ke tim medis untuk mengambil perlengkapan yang sebenarnya juga hanya perlu melangkah ke gedung sebelah. Namun, itu ide Isha karena sekarang tidak ada jaminan tim medis selalu di klinik. Mereka selalu berpencar

  • Selubung Memori   589. BENANG BUNGA #3

    Lavi perlu memastikan keadaan lenganku yang cedera sebelum kami benar-benar berangkat misi. Jadi, mumpung tak ada siapa-siapa di gerha selain kami, Lavi membiarkanku panahan. Sebenarnya aku sudah yakin lenganku baik-baik saja. Tak ada lagi keluhan yang kurasakan. Aku juga sudah berhenti mengonsumsi obat dari Dokter Gelda—aku hanya terus menyantap madu Tara. Sungguh, madu Tara terasa beda dari yang lain. Lavi bahkan mengakuinya. Lebih enak dan membekas.Jadi, aku memanah. Lavi mengamatiku.Kurang lebih, dia puas. Dari lima puluh lima percobaan, tiga panah meleset dari titik pusat target. Aku kurang puas, tetapi Lavi memuji. “Impresif. Lenganmu pulih! Aku senang sekali!” Dia memelukku. “Angkat aku.”Aku mengangkatnya dengan lengan kiri seperti menggendong Fal, dan Lavi menjerit penuh tawa. Kuputuskan berputar-putar dan Lavi semakin brutal tertawa, tangannya melilit leherku terlalu kuat, jadi kami sama-sama menjerit meski dengan maksud

  • Selubung Memori   588. BENANG BUNGA #2

    Aku terbangun ketika mendengar suara pintu dibuka. Mataku segera terbuka dan melihat sumber suara. Lavi berjalan membawa cangkir.“Oh, maaf, aku tidak bermaksud membangunkan,” katanya.Mataku silau—bukan karena Lavi, tetapi karena dari jendela kamar, cahaya seperti menerobos dari celah tirai. Di luar sudah sangat cerah. Aku tidak memasang jam di kamarku. Aku tidak terlalu tahu waktu. Lavi meletakkan cangkir minum, lalu duduk di sisi ranjang. “Istirahatlah selama kau bisa istirahat,” katanya.Aku menggeleng. “Jam berapa sekarang?”“Sebelas.”“Berapa lama aku tidur? Hari apa sekarang?”“Hampir sembilan jam,” jawabnya, lancar. “Jam tidur normal, sebenarnya. Aku membawakan minum. Hangat. Minumlah.” Dia menyodorkan cangkir itu. Aku bangun, meneguknya. Hanya air mineral biasa.“Aku... seperti terdisorientasi,” ungkapku, setelah meletakkan c

  • Selubung Memori   587. BENANG BUNGA #1

    Saat itu siang bolong. Cuacanya lumayan panas, suara jangkrik terdengar di tengah hari, angin jarang berembus, tetapi itu tidak menghentikan anak kecil berlari penuh semangat, sangat kencang dengan wajah gembira. Dia keluar Balai Dewan—yang saat itu masih disebut asrama—berlari melewati jalur penghubung, terus lari meski ada orang yang menyapanya, di tangannya ada buku tulis dan dia melaju kian kencang setelah memasuki kompleks gerha. Dia berbelok dengan kecepatan tinggi ke gerha pertama di sebelah kanan, membuka pintu, dan menjerit, “IBU! IBU!”Dia masih berlari sampai menemukan Ibu di ruang tengah.Cuaca panas di luar semestinya juga membuat ruangan itu panas. Namun, itu tidak terjadi. Ruangan tengah gerha Ibu justru sangat sejuk. Ibu membuka pintu belakang, membuat pemandangan langsung terbuka. Ibu menanam banyak tanaman dan bunga di halaman belakangnya. Halamannya juga berdekatan dengan pohon di pinggir air terjun. Itu membuat angin segar da

  • Selubung Memori   586. RODA MIMPI #9

    Sorenya, untuk pertama kali sejak tahu air terjun belakang gerhaku adalah wilayah Aza, aku memasukinya. Aku tak pernah memasukinya lagi sejak mengerti identitas asli kemampuanku. Namun, kini, aku tidak bisa menahannya lagi. Tak ada bukti kalau Aza terlibat di kejadian ibuku, tetapi dia pasti tahu sesuatu. Aza selama ini seperti itu. Dia menyembunyikan banyak kebenaran.Jadi, dengan impulsif aku menembus pepohonan. Suara air terjun semakin besar. Nuansanya semakin segar. Lavi tidak tahu. Dia masih di gerha bersama Reila dan Fal. Aku bergegas, dalam sekejap langsung menemukan air terjun dengan mata air asli. Suaranya keras, tetapi juga menenangkan. Kepalaku langsung didesak oleh nuansa segar dan aku melihat bunga berkilau biru bermekaran di tempat yang bisa membuatnya semakin indah. Dalam sekejap, ketika aku berdiri di dekat air terjun dan merasakan cipratan air, aku bisa merasakan keberadaan Aza di mana-mana.“Aza!” seruku.Suaraku agak tertutup air t

DMCA.com Protection Status