Beranda / Fantasi / Selubung Memori / Bab 281 - Bab 290

Semua Bab Selubung Memori: Bab 281 - Bab 290

596 Bab

280. CITRA SATU DETIK #8

Lavi meminta tim penyerang memisahkan diri di ruangan lain. Tampaknya tidak ada yang protes, jadi saat Lavi tiba di selasar, melihatku sedang main alfabet bersama Fal, dia langsung menyeretku bersamanya.“Lavi jangan culik Forlan!” tuntut Fal. “Lavi sudah sama Forlan terus!”“Cuma pinjam sebentar, urusan bisnis,” jelas Lavi.“Nanti kita main lagi, Fal,” kataku, melarang Fal menarikku.Jadi, kami ada di ruangan santai lain—mengingat pondok utama tidak punya ruangan bernuansa serius selain ruangan pertama dari pintu utama. Lavi meminta kami duduk melingkar, dan entah bagaimana susunan duduknya langsung tersusun tanpa instruksi: Dalton di sebelah kiriku, Reila di sebelah kananku, Lavi di sebelah Elton. Lingkaran bertemu di Dalton dan Elton, tetapi jarak mereka juga lumayan jauh untuk ukuran saudara. Lingkaran juga bertemu di Lavi dan Reila. Aku paham Reila tidak bermaksud memberi jarak, tetapi posisi ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-18
Baca selengkapnya

281. DUA SISI KOIN #1

Kebenaran bodohnya: alih-alih Fal yang tertidur lebih dulu, aku yang lebih dulu bermimpi ketika tengah menyugar rambut Fal.Dalam mimpi itu, untuk paruh pertama, aku tidak sadar sedang bermimpi.Aku sedang berlari di hutan. Sangat kencang, seperti seumur hidupku ada di ujung tanduk bila tidak berlari secepat itu. Kemudian tanganku terayun. Sesuatu tiba-tiba terpancar. Udara menyemburkan darah. Baru kusadari setelah ada monster meriak begitu saja dari alam liar—pedang baru menebas seekor monster.Pedang perunggu di tanganku. Pedang yang hanya bisa menyerang monster.Kemudian aku melompat. Sangat tinggi. Sampai tanganku mampu langsung meraih ranting raksasa. Tubuhku berputar sembari bergelantungan, menghadap ke arah lariku. Dari sana, pemandangan baru bisa terlihat.Hutan.Lebih tepatnya, lima meter di depanku masih hutan.Namun, lima meter setelahnya, itu bukan lagi hutan. Itu kegelapan. Ada satu orang di sana. Jarak yang sangat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-20
Baca selengkapnya

282. DUA SISI KOIN #2

Fal—yang tertidur begitu damai—terbangun begitu saja. Dia tepat di sisiku, langsung tersentak begitu aku terlonjak begitu kuat.Aku masih bisa merasakan kengerian itu, jadi ketika kesadaran Fal masih di fase terpaksa kembali, aku sudah memeluk erat Fal, bahkan tanpa ragu memendam kepalaku dalam bahu kecilnya. Dan Fal tidak mengatakan apa-apa—lebih tepatnya, aku tidak peduli Fal melakukan apa—tetapi yang kutahu: aku bergetar kuat.Tidak ada yang bisa kumengerti mengapa aku tidak bisa menahan diri, tetapi setelah menyadari bahwa tubuhku masih di sini, tepat di samping Fal, sensasi lega membuncah begitu saja, membuat dorongan di pelupuk mataku tidak tertahan. Aku menangis—entah karena bersyukur aku ternyata masih hidup, atau karena aku—untuk pertama kalinya—begitu takut pada sesuatu yang tidak benar-benar nyata.Aku tidak menangis keras. Hanya mendekap erat Fal, memendam kepalaku sedalam yang bisa kulakukan di pundak Fal, d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-22
Baca selengkapnya

283. DUA SISI KOIN #3

Aku terbangun di awal pagi.Sangat normal, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak ada mimpi yang terlintas. Jadi, ketika bangun, aku benar-benar membuka mata dengan wajar.Tidak ada Dokter Gelda. Ruangan juga lumayan gelap.Setelah beberapa lama, kesadaranku sungguhan kembali. Fal masih tidur—aku tak mau ambil risiko dia ketakutan karena aku hilang saat dia bangun, jadi aku berusaha membangunkannya. Aku memencet-mencet pipinya. Benar-benar adiktif, tetapi Fal hanya bergumam dan mengerang. Jadi, aku membuka paksa matanya, dan sorot Fal kosong, masih tertidur pulas. Agaknya ini keterlaluan, jadi kuputuskan menggelitik kakinya. Fal gampang geli, itu pasti bisa membangunkannya, tetapi Fal hanya menendang-nendang, bahkan sampai lenganku.Tidak ada gunanya. Dia memang susah bangun.Kugunakan senjata pamungkas terakhir. Yang satu ini prosesnya lumayan panjang. Aku keluar kamar. Ruangan tengah kosong. Tidak ada Jenderal atau Kara. Mereka tampakn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-24
Baca selengkapnya

284. DUA SISI KOIN #4

Pagi itu dibuka dengan hujan.Ketika kami membawa Jesse ke klinik, kami perlu berlari sekeras mungkin, melapisi Jesse yang sudah kepayahan dengan jas hujan, lalu aku membawanya di punggung sembari berlari ke klinik. Jesse sudah hampir kehilangan kendali untuk tetap terjaga, jadi Dalton memberitahunya. “Tidurlah sekarang kalau bagimu sudah cukup nyaman. Tidak perlu pikirkan apa yang terjadi setelah ini.”Jesse mengangguk.Hujannya cukup deras. Kami perlu memakai kemampuan untuk menghalau hujan. Tentu saja itu bukan kemampuan kami. Kara sedang di Balai Dewan. Kurasa Kara berniat melatih kandidat baru di gelanggang—meski hujan, latihan harus tetap berlangsung—tetapi kemudian dia menemukan kami memakai jas hujan. Tentu saja Kara bertanya-tanya apa yang kulakukan di sini saat semestinya aku istirahat total. Itu membuat Dalton bertanya-tanya mengapa aku perlu istirahat total, tetapi tak ada waktu untuk menjelaskan. Jadi, ketika Jesse sudah terl
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-26
Baca selengkapnya

285. DUA SISI KOIN #5

Ketika Dalton datang bersama Nuel dan Asva, terjadi pergantian penjaga di ruangan Jesse. Dokter Gelda dan Moli keluar, kemudian Dokter Gelda bilang pada kami: “Jaga klinik sebentar. Kami harus mengambil persediaan.”Dokter Gelda mengajak Moli. Jadi, yang dimaksud itu aku, Tara, Dalton.Di luar masih hujan deras. Akses jalur agak sulit, terutama setelah Dalton berkata, “Tempat ini jarang hujan, tapi kalau sudah hujan selalu deras sekali.”“Seperti badai,” kata Tara, sepakat.Sejujurnya, itu pertama kali aku mendapat hujan sederas ini. Pondok Nenek tidak pernah mendapat guyuran hujan bersama gemuruh yang saling bersahutan. Itu mengingatkanku akan Lavi, tetapi mustahil dia iseng mengaktifkan kemampuannya di tengah guyuran hujan. Setidaknya, ini hujan deras pertamaku yang sampai seperti berniat menerbangkan pohon-pohon. Angin berhembus begitu kencang, seolah Fal bisa diterbangkan begitu saja. Air menggenang di mana-mana. Ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

286. DUA SISI KOIN #6

Hujan tidak kunjung reda.Benakku masih dihantui banyak beban yang entah bagaimana tidak mampu lepas, jadi atas izin Tara, aku diperbolehkan meminjam payungnya, melintasi jalan penghubung paving, merasakan betapa kejamnya guyuran air hujan—menurutku, ini memang badai, bukan lagi hujan deras—menginjak tanah basah seperti rawa di padang rumput Gerha, lalu berlari sembari meninggalkan bercak lumpur. Tidak ada tanda-tanda dia akan keluar kalau mengetuk pintu, jadi aku memikirkannya, segera menjerit melebihi suara hujan. Guntur bergemuruh. Kilat kecil juga membuat langit bercahaya, tetapi Lavi berhasil keluar tanpa jeda.Tentu saja dia terkejut. Belum sempat dia berkata-kata, aku berteriak sangat jelas—bukan di kepalanya—melawan hujan.“Aku tadi mimpi buruk!”Lavi benar-benar kehabisan kata-kata. Kurasa dia ingin menuntut banyak—terutama karena dia sudah tahu itu dan jelas-jelas dia yang menenangkanku—tetapi dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-30
Baca selengkapnya

287. DUA SISI KOIN #7

Ketika suasana hujan semakin menenggelamkan segalanya, Lavi akhirnya bersuara lagi. “Aku sudah tahu soal Elton.”Kami berbaring di atas karpet bulu, dipisahkan beberapa jarak.Suasananya begitu menggantung, tetapi menghanyutkan. Entah berapa lama kami berbaring menatap langit-langit kosong. Ruangan ini terasa hangat meskipun Lavi tidak benar-benar di samping. Kami dipisahkan udara dingin, membisu dalam keheningan, menghirup udara ruangan yang sama.Setidaknya, itu terjadi sampai Lavi mengatakannya.Ketika aku menoleh ke matanya, Lavi sedang berbaring memandang tepat ke mataku, dengan helai rambut pirang yang menutupi sebagian senyum manisnya. Dalam kilasan kecil dan gelap itu, binar Lavi berpendar.“Apa kata Haswin?” tanyaku.“Rahasia.”“Kuharap dia tidak bicara macam-macam.”“Dia bilang kau tidak sadar kalau sebenarnya cemburu.”“Oh.” Aku berusaha t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-01
Baca selengkapnya

288. BILAH TEMURUN #1

Hujan berhenti di penghujung malam.Sebelum fajar aku sudah terbangun. Sebagian waktuku habis memandangi Lavi. Dia tertidur sangat pulas seolah tidak pernah tidur seribu tahun. Kupikir aku bisa saja pergi tanpa bilang padanya—karena dia bisa merasakan posisiku kelewat akurat melebihi aku bisa merasakan posisinya—tetapi aku ingin mengganggunya.Ketika aku mencubit pipinya, akhirnya Lavi bangun.“Hm?” tanyanya, setengah sadar.“Aku mau keluar. Jangan mencariku.”“Hm. Ya.”“Kau harus latihan. Bukannya belakangan kau rajin latihan pagi? Sekarang kenapa aku bangun lebih pagi darimu?”“Hm-mm.”“Kau harus mandi. Masih wangi, tapi harus mandi.”“Pulang... waktu sarapan.”“Oke.”Aku suka caranya bilang itu.Ketika keluar Gerha Lavi, tampaknya jam malam baru akan berakhir, jadi Lukas sedang di dekat area
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-03
Baca selengkapnya

289. BILAH TEMURUN #2

Matahari baru terbit ketika aku kembali ke gerha Lavi.Aku punya gagasan kembali ke gerhaku sendiri, tetapi pasti tidak ada siapa-siapa. Semalam, Reila menelepon gerha Lavi, dan seolah yakin aku yang angkat, dia langsung bilang, [“Kami di klinik. Jangan mencari.”]“Baiklah,” kataku.Reila menutup telepon. Aku tidak mau pusing bagaimana dia bisa yakin aku yang mengangkat, dan dia juga tidak mau pusing bagaimana tebakan aku ada di sini bisa tepat sasaran. Yang jelas, aku punya alasan untuk bermalam.Aku yakin yang mencetuskan ide Fal tidur di klinik itu Dokter Gelda. Kabar buruknya, mungkin Fal akan marah—karena menurut Tara, Fal mulai agak jengkel embel-embel perawatan, tetapi karena eksistensi Tara juga di sana, Fal selalu bisa menoleransi. Kabar baiknya, sekarang Dokter Gelda yang langsung menangani Fal. Tidak bisa dipungkiri kalau mimpinya berhubungan dengan pemilik kemampuan jiwa, jadi Fal perlu dinetralkan dari k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2728293031
...
60
DMCA.com Protection Status