Share

286. DUA SISI KOIN #6

Hujan tidak kunjung reda.

Benakku masih dihantui banyak beban yang entah bagaimana tidak mampu lepas, jadi atas izin Tara, aku diperbolehkan meminjam payungnya, melintasi jalan penghubung paving, merasakan betapa kejamnya guyuran air hujan—menurutku, ini memang badai, bukan lagi hujan deras—menginjak tanah basah seperti rawa di padang rumput Gerha, lalu berlari sembari meninggalkan bercak lumpur. Tidak ada tanda-tanda dia akan keluar kalau mengetuk pintu, jadi aku memikirkannya, segera menjerit melebihi suara hujan. Guntur bergemuruh. Kilat kecil juga membuat langit bercahaya, tetapi Lavi berhasil keluar tanpa jeda.

Tentu saja dia terkejut. Belum sempat dia berkata-kata, aku berteriak sangat jelas—bukan di kepalanya—melawan hujan.

“Aku tadi mimpi buruk!”

Lavi benar-benar kehabisan kata-kata. Kurasa dia ingin menuntut banyak—terutama karena dia sudah tahu itu dan jelas-jelas dia yang menenangkanku—tetapi dia

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status