Share

290. BILAH TEMURUN #3

Proses perizinan itu ternyata kelewat cepat lebih dari yang kubayangkan—meski pada awalnya Jenderal berpikir kami tidak punya keperluan khusus karena berkata, “Jangan kencan di depan mata suciku, Bocah Kencur.”

Kemudian Lavi mencetuskan bicara empat mata dengan Jenderal di dalam pondok, sementara aku menyesap kopi buatan Jenderal yang keterlaluan pahit. Aku berpikir menyesap kopi sembari memandangi pemandangan sejuk ini akan terkesan begitu menenangkan, tetapi ternyata tidak. Rasanya seperti neraka.

Benar-benar pahit sampai mau muntah. Kalau tahu begini, aku pesan teh.

Namun, ketika aku hampir menyesap tegukan kedua, Jenderal tiba-tiba ada di sampingku, duduk dengan cara paling santai—bahkan tidak kusadari.

“Manis, tidak?”

Aku hampir menyembur karena terkejut kalau tidak mengendalikan diri.

“Em, enak,” kataku, mengamankan diri.

“Aku tidak pernah buat kopi, Bocah Alam.”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status