Share

288. BILAH TEMURUN #1

Hujan berhenti di penghujung malam.

Sebelum fajar aku sudah terbangun. Sebagian waktuku habis memandangi Lavi. Dia tertidur sangat pulas seolah tidak pernah tidur seribu tahun. Kupikir aku bisa saja pergi tanpa bilang padanya—karena dia bisa merasakan posisiku kelewat akurat melebihi aku bisa merasakan posisinya—tetapi aku ingin mengganggunya.

Ketika aku mencubit pipinya, akhirnya Lavi bangun.

“Hm?” tanyanya, setengah sadar.

“Aku mau keluar. Jangan mencariku.”

“Hm. Ya.”

“Kau harus latihan. Bukannya belakangan kau rajin latihan pagi? Sekarang kenapa aku bangun lebih pagi darimu?”

“Hm-mm.”

“Kau harus mandi. Masih wangi, tapi harus mandi.”

“Pulang... waktu sarapan.”

“Oke.”

Aku suka caranya bilang itu.

Ketika keluar Gerha Lavi, tampaknya jam malam baru akan berakhir, jadi Lukas sedang di dekat area

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status