Matahari memang belum menunjukkan sosok gagah perkasanya yang bersinar terang benderang, akan tetapi Ranesha tahu bahwa hari telah berganti hanya dengan mengamati angka-angka menyebalkan dari detakkan jarum milik jam. "Pukul empat," lirihnya terdengar sangat serak. Air mata Ranesha sudah kering, tidak tersisa setitik pun lagi untuk dijatuhkan. Tubuhnya terkulai lemas, seluruh tenaganya terkuras habis. "Memang menangis itu sangat merepotkan," keluhnya hampir tidak kedengaran. Ranesha mengusap wajah yang masih basah, sepasang mata dengan iris hazelnut itu sudah sangat bengkak. Bahkan ia cukup kesulitan untuk melihat. "Hei." Ranesha menoleh ke samping, ada figur foto keluarga yang sudah ia taruh di atas nakas. Foto ini berbeda, di sana ada sosok Caspian di antara Helena, Damian, dan juga Ranesha. Setelah membuat kamar berantakan seperti kapal pecah, gadis ini tak sengaja menemukan foto tersebut. Tersembunyi dengan sangat ap
Read more