Hail berjalan gontai ke halaman parkiran rumah sakit. Pikirannya masih kalut dan bertambah kacau ketika meemikirkan harus memutuskan hubungan dengan Ranesha setelah mengajak perempuan itu untuk bersama beberapa saat lalu, tepatnya kemarin. “Wah, aku adalah orang yang sangat jahat di sini.” Hail mengacak rambut, membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras. “Sial!” umpatnya, menjadikan setir mobil samsak hujaman pukulan. “Ran …,” lirih Hail dengan mata terpejam, ia bersandar pada kursi, berusaha memikirkan kata-kata yang jelas agar tidak terlalu menyakiti Ranesha. “Hah!” Pria itu malah tertawa pahit. “Mana mungkin,” sangkalnya sendiri. Menyadari apa pun yang ia lakukan, apa pun yang Hail katakan nanti, tentu tetap akan menyakiti Ranesha Ketika Hail tengah termenung memikirkan sekretarisnya, bayangan janin di dalam perut Meriel tiba-
Read more