“Benar. Istri Anda hamil dengan usia kandungan yang sudah mencapai minggu keenam,” terang seorang dokter yang tadi memeriksa Meriel.
Gila. Ini pasti hanya bercanda, 'kan?
Hail menggosok wajahnya frustasi, tertunduk lesu dengan ribuan pikiran yang menyerang. Karena sudah minggu keenam, maka tidak salah kalau Meriel mengatakan jika janin yang ada di dalam perutnya adalah anak Hail. Pasalnya saat mengingat lagi, mereka berdua terakhir kali melakukan hubungan badan sekitar tanggal itu.
“Oh … God,” keluh pria ini, tidak menghiraukan ekspresi dan asumsi dokter di hadapannya. Untungnya ini ruang privasi sang dokter. Jadi hanya akan ada satu orang yang bisa menghujat Hail karena tidak terlihat bahagia dengan kehadiran anaknnya sendiri.
Begitulah pikir Hail, ia merasa pantas juga untuk dihina. Namun, ternyata dokter tersebut tidak merasa demikian. Ia malah mendekat dan
Hail berjalan gontai ke halaman parkiran rumah sakit. Pikirannya masih kalut dan bertambah kacau ketika meemikirkan harus memutuskan hubungan dengan Ranesha setelah mengajak perempuan itu untuk bersama beberapa saat lalu, tepatnya kemarin.“Wah, aku adalah orang yang sangat jahat di sini.” Hail mengacak rambut, membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras. “Sial!” umpatnya, menjadikan setir mobil samsak hujaman pukulan.“Ran …,” lirih Hail dengan mata terpejam, ia bersandar pada kursi, berusaha memikirkan kata-kata yang jelas agar tidak terlalu menyakiti Ranesha.“Hah!” Pria itu malah tertawa pahit. “Mana mungkin,” sangkalnya sendiri. Menyadari apa pun yang ia lakukan, apa pun yang Hail katakan nanti, tentu tetap akan menyakiti RaneshaKetika Hail tengah termenung memikirkan sekretarisnya, bayangan janin di dalam perut Meriel tiba-
Ranesha melirik jam di tangannya. Sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapiorang yang ia tunggu-tunggu belum kunjung datang.“Ke mana sebenarnya Ha—”“Apa Nona mencari Tuan Hail?” sapa seseorang dari arah belakang.Tersentak kaget, Ranesha segera berbalik dan menemukan sosok pria bersetelan jas rapi khas pelayan. “Kepala Pelayan?” tegur Ranesha yang dijawab dengan anggukan dan senyuman sopan oleh pria di sana.Entah bagaimana orang ini menemukan Ranesha, atau lebih tepat jika dikatan kalau dia menghampiri Ranesha yang sedang berdiri di depan pagar masuk kediaman Hail Delmara. Mungkin dia tahu dari CCTV?Ranesha menggidikkan bahu, tidak ingin mengambil pusing. “Aku tahu Hail sedang tidak ada di rumah, karena itu aku hanya berdiri di sini,” jelas perempuan itu sebelum ia diberi pertanyaan.Memasang mimik
“Anda harus tanggung jawab,” ulang Ranesha lagi karena Hail yang tak kunjung merespon. Pria itu masih menatapnya dengan raut wajah kebingungan.“Apa … maksudmu ini?” heran Hail. Ia sama sekali tidak bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran Ranesha.Jika bumi bisa perempuan ini kendalikan, maka nicaya Ranesha akan menggiling Hail dan melemparkannya ke planet Mars. “Mari buat perjanjian. Tidak benar jika Anda mecampakkan saya seperti ini,” tukas Ranesha berkata jujur. Meski kata-kata ini sungguh memalukan. Namun, sepertinya berhasil, ada efek yang Ranesha lihat dari perubahan drastis mimik wajah Hail.“Ran, aku tidak bisa—”“Hanya sampai usia kandungan Meriel mencapai 12 minggu,” potong Ranesha terburu.“Apa?” Alis Hail sudah bertaut karena kening yang berkerut.“Anda h
Sinar baskara menyusupi cela-celah jendela yang tidak tertutupi gorden, menyelip rapi hingga mencapai pada titik manusia sejoli yang masih terlelap dalam dunia mimpi. Kemudian, suara alarm berhasil membuat keduanya menggeliat masam."Hnggh ..." lenguh Ranesha malas. Tangan mulus nan putih itu terulur ke arah nakas, reflek mematikan jam berbentok kotak yang berdering nyaring di atas sana."Sudah pagi?" Pria di sampingnya mulai membuka mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Silau.“Morning kiss,” manja Ranesha yang kembali meringkuk ke dalam pelukan Hail. Tangan kecilnya selalu kesusahan tiap kali memeluk tubuh pria ini. Ranesha mendongak, menampilkan wajah baru bangun tidurnya yang lucu di mata Hail.Menguap kecil, sudut bibir Hail tertarik ke atas membentuk seulas senyuman tampan yang menyilaukan dari pada mentari di pagi hari.“Selamat pagi, Ra
“Kenapa kalian lama sekali? Apa ada masalah sampai kalian berdua bahkan datang terlambat bersama-sama?” tanya Juan yang lebih seperti nenek-nenek sedang mengomeli anak yang mengabaikan cucunya.“Sudahku bilang biar kita saja. Kalau kau tidak mau aku bisa mengatasinya,” oceh Alexi di samping. Laki-laki itu masih tetap sibuk dengan laptopnya sendiri. Entah sedang mengerjakan apa, tapi wajah Alexi begitu serius sampai-sampai terlihat berkeringat.“Hem ….”“Itu ….”Dua insan yang menjadi ikon tebesar dari Delmara Company ini hanya memasang wajah cengengesan. Mengingat mereka terlambat berangkat kerja karena hampir kelepasan pagi tadi. Betapa tidak profesionalnya.“Kita sudah bisa mengirim orang sekarang,” tukas Alexi lagi. Kali ini pandangan matanya sudah tidak berada di laptop lagi, melainkan menatap pada Rane
"Jadi ini sudah semua?" Alexi bertanya sambil mengotak-atik berkas-berkas yang dikeluarkan. Tidak banyak, tapi tidak juga sedikit.Pemuda dengan wajah kecil yang terlihat sangar itu memiliki mata abu yang mengilap tiap kali membaca deret baris dari kertas-kertas di tangan secara bergantian.Membuat objek yang tadi ia ajak bicara menyimpulkan kalau Alexi adalah agen atau mata-mata negara. Saking profesionalnya tentu saja. Apa dia coba tanyakan saja? Siapa tahu Alexi tidak sengaja mengaku. Ah, lupakan hal tidak penting seperti itu! Namun ini sangat mencurigakan ....Pasalnya pemuda berambut perak tersebut terlihat sangat piawai dalam pekerjaan seperti ini. Seolah dia sudah sangat terbiasa melakukannya. Semakin memperkuat asumsi liar kalau Alexi bisa saja memiki dua pekerjaan. Sebagai tim pengembangan di Delmara Company dan juga sebagai agen atau mata-mata. Bisa saja, siapa yang tahu pasti? Karena Alexi adalah sosok yang cu
Hari saat Zale Seibert di tangkap.Sarapan yang tentu saja dilaksanakan pada pagi hari bagi seluruh anggota keluarga Seibert tetap dilakukan seperti biasa. Tanpa keributan, tidak ada kegaduhan, samar akan kecurigaan, tanpa pertikaian di awalan. Selain Caspian dan Ranesha, satu keluarga di sana, yakni Patricia, Ronald, Zale, dan juga Olyvia tidak tahu-menahu masalah rencana penangkapan salah satu anggota keluarga mereka.Semua orang masih memasang wajah biasa, berbicara biasa, makan biasa, dan melakukan segala hal dengan biasa—termasuk mengusik Ranesha.“Kemarin kau ke mana, Ran? Aku dengar ada masalah masalah di kantor. Apakah hal itu sangat gawat?” tanya Bibi Patricia dengan wajah yang sangat menyebalkan bagi Ranesha. Namun, khusus hari ini perempuan itu tidak merasa perlu untuk terinterupsi saat sarapan.“Terima kasih untuk perhatian Bibi Patricia. Benar, ad
“Jadi begitulah kejadiaan sebenarnya. Kami mohonn maaf tidak bisa melibatkan kalian semua lebih jauh karena masalah pelik seperti ini. Pastinya kami hanya ingin menyelesaikan masalah kita dengan baik. Kami juga meminta maaf atas ketidaknyamanan bekerja di Delmara Company akhir-akhir ini.” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Ranesha bersama Juan dan Alexi serta Bryan menunduk dalam.Meminta permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua orang yang telah terlibat, bahkan ada yang menjadi korban perasaan. Telah terjadi kesenjangan sosial antara tim pengembangan yang baru dan tim pengembangan yang lama. Mereka jadi saling menjaga jarak, saling curiga, bahkan saling tatap saja yang ada hanya kesinisan semata.Apakah ini adalah kebenarannya? Apakah masa-masa pelik itu sudah berakhir dengan seperti ini?Maka, Reyhan, Sean, dan juga seluruh anggota tim pengembangan lain yang berada di sana bisa bernapas lega. Selama i