"Pak, mari kita selingkuh!" Julia adalah seorang mahasiswi jurusan Hukum Tata Negara yang harus merenggang nyawa setelah jatuh dari gedung lima belas lantai. Namun ia malah terbangun di tubuh yang berbeda, sebagai Ranesha, tokoh sampingan dalam sebuah webtoon yang Julia sukai. Demi menghindari akhir cerita yang tragis, ia mengajak atasannya, Hail Delmara, untuk selingkuh. Berhasilkah Ranesha mendapatkan hati Hail, sang suami dari pemeran utama wanita?
View More“Karena aku mencintaimu, aku rela menjadi wadah di mana kau bisa bahagia, meskipun bukan denganku. Jadi kumohon, jangan buang aku.” Suara pria itu terdengar begitu lirih. Tatapan sendunya sepilu rembulan tanpa pantulan sinar mentari.
Hail bahkan berlutut di hadapan wanita yang sangat ia kagumi. “Istriku, tolong … jangan pergi.” Sekali lagi, ia mencoba untuk meraih apa yang tak mungkin untuk dimiliki.
“Tidak bisa. Aku ingin hidup bebas dengan Aron.” Percuma. Meriel tetap memandangnya dengan dingin sampai akhir.
Meskipun Hail telah memohon seperti pengemis. Walaupun lelaki itu rela membuang harga diri bahkan segala hal yang telah ia perjuangkan semasa hidupnya. Semua itu tidak cukup untuk menggapai hati Meriel. Wanitanya bukan miliknya. Bahkan sampai akhir, Meriel menolak cinta Hail dengan cara yang paling menyakitkan.
Bersambung. Perjuangan Cinta Meriel. Bab 33 : Losing You.
Itu adalah chapter terakhir yang sempat Julia baca, sebelum akhirnya ia kehilangan kendali dan terjatuh dari gedung dengan lima belas lantai.
Darahnya berceceran di mana-mana. Organ-organ tubuhnya tersebar ke luar dari rongga. Sahutan teriakan menjadi teror pemanggil keramaian di malam yang dingin, ketika fenomena aphelion tengah menerpa bumi dan matahari. Kematian mengenaskan tanpa tangisan dari orang terkasih. Begitulah akhir dari hidup gadis yang masih berstatus sebagai mahasiswa aktif tersebut.
Namun sebuah keajaiban tidak terduga terjadi. Ketika semesta mulai memainkan peran mistisnya yang paling misterius.
“Aku masih hidup?” Mata sipitnya menatap penuh keheranan kedua telapak tangan yang bersih. Tubuhnya juga terlihat tidak dipenuhi luka walaupun memang terasa sedikit nyeri pada beberapa bagian.
“No-Nona Muda sudah bangun!” Seorang wanita dengan pakaian khas pelayan menjerit terkejut. Nampan dengan mangkuk besar berisi air hangat untuk membasuh tubuh majikannya terlepas dan membasahi lantai.
Gadis yang masih tenggelam dalam kebingungan itu menoleh. Wajahnya penuh tanda tanya. “Nona Muda?” ulangnya pelan.
“Saya sangat khawatir! Bagaimana bisa Anda jatuh dari tangga?” Pelayan itu langsung memeluk dengan erat, berderai air mata.
“Jatuh dari tangga?” Majikannya telihat sangat linglung.
Menyadari hal tersebut, sang pelayan segera bertindak. “Saya akan memanggil dokter dulu!” pamitnya langsung berlari meninggalkan gadis berambut cokelat sebahu itu.
Tidak butuh waktu lama untuk mendatangkan seorang dokter ke kamar nan megah ini.
Dokter dengan nama Sylvia di baju bagian kanannya itu tersenyum lembut setelah melakukan beberepa pemeriksaan, ia pun menjelaskan, “Nona Muda hanya sedang mengalami kebingungan pasca jatuh dari tangga seperti itu. Lambat laun Anda akan segera pulih total. Perbanyak istirahat serta minum obat yang saya resep dengan teratur.”
Gadis yang diajak bicara itu semakin bingung. “Saya jatuh dari tangga?”
“Benar, Nona.”
“Bukan jatuh dari gedung lima belas lantai?” selidik sang gadis lagi.
Sylvia tergelak ringan. “Bukan, Nona.”
“Sungguh?” Sayangnya pasien itu tidak terlihat percaya.
“Kalau Anda jatuh dari gedung lima belas lantai, harusnya Anda sudah mati,” jawabnya sedikit tidak sopan.
Iya, harusnya begitu. Dia memang sudah mati. Perasaan sakit ketika nyawa meninggalkan badannya masih terasa, itu adalah hal yang nyata. Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Tempat mewah dan orang-orang asing ini juga adalah kenyataan. Masa ini surga?
“Lily, tolong laporkan setiap perkembangan Nona Ranesha, ya?” pinta Sylvia pada pelayan yang sibuk membersihkan lantai basah karena ulahnya sendiri.
“Tentu saja, Dokter Sylvia, akan saya lakukan.”
Dokter Sylvia pun segera pamit undur diri. Meninggalkan tanda tanya besar dalam diri pasiennya.
‘Ranesha? Siapa itu? Terdengar tidak asing tapi namaku kan Julia, bukan Ranesha.’
“Nona Ranesha, di luar ada tamu yang ingin menjenguk Anda.” Pelayan yang diketahui namanya adalah Lily tadi menghampiri majikannya dengan wajah berseri-seri.
“Siapa?” Maksud gadis ini adalah mempertanyakan kenapa Lily memanggilnya dengan nama orang lain.
“Atasan Anda, Pak Hail,” sahut Lily salah paham.
Namun jawaban tersebut berhasil memutar otak gadis ini sebanyak seratus delapan puluh derajat. Hail, nama yang sangat familier baginya. Nama dari tokoh webtoon yang ia sukai.
‘Tidak mungkin.’
Sangat konyol jika berpikir bahwa jiwanya berpindah dimensi seperti dalam novel dan film fantasi.
Mata Ranesha membola besar. “Apa nama belakang Hail adalah Delmara?” selidiknya.
Lily tampak sedikit ketakutan. Apa majikannya mengalami cedera kepala yang parah?
“Iya, Nona Ranesha.”
‘Tidak mungkin.’
Bahkan segalanya terlihat cocok dan sempurna sebagai jawaban atas kebingungan ini.
“Apa dia adalah CEO dari Delmara Company?”
“I-iya, Nona.” Sekarang Lily benar-benar terlihat takut.
Rahang Ranesha terbuka lebar-lebar seolah itu bisa lepas kapan saja. “Apa aku … adalah Ranesha Seibert? Sekretaris dari Hail Delmara?” tanyanya lagi tidak habis-habis.
Tubuh Lily gemetar hebat, air sudah menggenang di bawah pelupuk matanya. “Nona, apa saya harus panggil Dokter Sylvia saja?”
“Tidak usah.” Ranesha mengibaskan tangan. “Aku pasti sedang berada di surga,” takjubnya seperti orang yang berhalusinasi setelah memakai narkoba.
Lily yang sudah tidak sanggup melihat keanehan majikannya memilih untuk pamit undur diri, di depan pintu masuk ia bersemuka dengan sosok pria yang mengenakan setelan jas rapi dengan sekeranjang buah-buahan di tangan kekar laki-laki itu.
“Tuan Hail? Silahkan masuk, Nona Ranesha barusan siuman.”
“Terima kasih.” Hail segara masuk, meletakan bawaannya tadi di atas nakas dan duduk di kursi samping kasur. Mendapati sekretarisnya yang tersenyum-senyum seperti orang gila.
“Ran, kau benar-benar tidak baik-baik saja,” komentar pria itu. Wajahnya terlihat lesu mungkin efek dari kelelahan bekerja.
Ranesha segera menoleh untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara. Bola mata gadis itu seperti akan ke luar mendapati sosok laki-laki yang selama ini hanya ia bisa lihat di layar ponsel.
“Hail?” Saking terkejutnya Ranesha ingin jungkir balik saja sekarang.
“Benar. Aku datang ke sini sebagai teman, bukan partner kerja.” Hail merasa sedikit aneh karena tumben sekali Ranesha bersedia memanggilnya dengan nama.
Tanpa basa-basi Ranesha menangkup wajah Hail dengan kedua tangan. “Apa kau bidadaranya? Malaikat maut? Penjaga pintu surga? Hadiah terbaik Tuhan untuk menemaniku?” racau gadis itu menatap Hail seolah dapat menelan pemuda tersebut detik ini juga.
Punggung Hail menegang, ia terkesiap. “Kau masih dalam pengaruh obat?” Ia segera menepis tangan Ransha dari wajahnya.
Namun sekretarisnya ini malah memandang Hail seperti serigala kelaparan yang ingin menerkam mangsanya dengan penuh nafsu. Membuat bulu kuduk Hail merinding hebat.
“Ran, kau terlihat tidak waras sekali, butuh dokter?”
Sayangnya Ranesha malah melakukan penelitian singkat. Alis tebal yang hampir bertaut, hidung mancung seperti paruh burung, mata beo beriris cokelat emas dan banyak garis kelopak, bibir yang tidak tipis tapi tidak tebal yang sempurna, serta dagu dengan garis tegas menyesuaikan rahang.
“Bidadaraku!” pekiknya spontan menerjang Hail.
Satu bulan telah berlalu sejak hari itu. Meriel sendiri telah kembali tinggal bersama ayahnya yang adalah seorang diktator. Secara sembunyi-sembunyi, Ranesha mendengar obrolan antara Caspian dengan kepala pelayan. Ternyata Caspian masih menyimpan dendam dengan Meriel. Wajar sekali sih, pria paruh baya itu hampir saja kehilangan satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki di dunia ini—Ranesha. Walau bagaimanapun, Caspian ingin memastikan bahwa orang itu—Meriel—mendapat ganjaran yang lebih mengerikan dari pada penjara. Benar. Ranesha tahu sendiri bahwa bagi Meriel, kembali tinggal di rumah ayahnya yang bagaikan psikopat itu adalah hukuman paling berat di muka bumi ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan, Meriel saat ini sedang merasa lebih buruk dari pada di neraka. “Apa aku sangat buruk karena senang dengan hal itu?” Ranesha bergumam. Saat ini rambut Ranesha sudah lebih panjang, mata hazelnut indahnya menatap pe
“Aku berjanji,” lanjut Hail lagi semakin menunduk dalam. “A-aku berjanji kalau ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir.”“T-tunggu dulu, Pak. Apa maksudnya Anda ini sekarang—"“Ran … kata maaf saja memang tidak cukup untuk menebus segala kesalahan yang telah aku perbuat pada hidupmu.” Hail menyela kalimat Ranesha yang belum rampung. Pria dengan tampilan yang amat berantakan ini masih terus berceloteh dengan mengabaikan pendapat lawan bicaranya sendiri—sebuah kebiasaan buruk yang tak patut untuk ditiru.“Pak, saya—”“Aku akan pergi dari negara ini setelah segala urusan di perusahaan aku selesaikan. Jadi kau tenang saja. Cukup diam di sini dan beristirahatlah sebanyak mungkin. Kau tidak perlu mencemaskan apa pun lagi. Biar aku yang urus semuanya.”“Tapi saya—”&
Buruk. Ranesha bahkan hampir tidak bisa mengenali penampilan Hail saat ini. Sungguh, ketika baru saja ia selesai diperiksa oleh dokter, mengobrol ringan bersama dengan sang ayah, Ranesha hampir saja terkena serangan jantung tadi saat Hail tiba-tiba masuk ke dalam ruangan ini dengan sedikit gebrakan yang cukup mengejutkan.Dan kini, Caspian setelah menantap pria itu dengan intimidasi mengancam, pergi meninggalkan Hail dan Ranesha sendirian. Ini cukup mengejutkan karena Ranesha tahu bahwa Caspian dari dulu membenci sosok Hail—entah karena alasan apa.“Ran, aku ….” Hail masih menunduk, tidak sanggup menatap kondisi mengenaskan Ranesha. Padahal saat ini malah Ranesha yang tengah memandanginya dengan tatapan kasihan. Penampilan Hail sungguh berantakan, tidak terurus. Wajah tampannya terlihat kusam, dengan kumis danjenggot yang tidak dirapikan. Rambut legam Hail juga tampak kusut. Apalagi bajunya, apa Hail tidak meminta or
“Meriel aku ….” Hail memejamkan mata, lalu memjiat pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut, berusaha untuk tidak berlaku kasar pada seseorang yang dulu pernah ia cintai setengah mati ini.“A-Aku mohon Hail! Jangan seperti ini … j-jangan lakukan ini! Aku minta maaf! Aku sangat menyesal, j-jadi tolong hentikan semua ini Hail! Jangan menyiksaku ... aku mohon padamu dengan sangat-sangat!” Meriel masih bersimpuh di kaki Hail, menangis sampai meraung-raung. Memohon seperti orang yang tidak memiliki harga diri lagi.Hail menengadah, mendengkus kasar, Ia sangat tidak sudi untuk menyentuh Meriel barang seujung jari pun. Memang benar kata orang dulu, kalau perbedaan antara benci dan cinta itu setipis benang saja. Hari ini kau bisa sangat membenci dia, tapi besok kau bisa saja sangat menggilainya. Begitu pula sebaliknya. Hari ini mungkin dia adalah duniamu, dia adalah segalanya bagimu, tapi besok … bisa saja
Runtuh. Hancur tanpa sisa kepingan lagi. Tiada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan Caspian saat ini. Ketika Ranesha, harta satu-satunya yang ia miliki di dunia ini, dikabarkan kembali mengalami kecelakaan. Apalagi ini bukanlah kecelakaan biasa. Setelah diusut oleh tim keamanan pribadinya, Caspian menemukan fakta bahwa Ranesha telah diserang.“Lalai … Ayah lagi-lagi gagal dalam menjagamu.” Caspian masih menangis sambil memeluk erat tangan Ranesha, menciumnya sesekali, meletakkan tangan kurus itu di keningnya dalam perasaan kalut bercampur haru.“Ibu dan adikmu pasti saat ini sedang mengutuk Ayah. Kau juga harus melakukannya.” Caspian masih mengoceh di sela isak tangis. “Tolong siksa Ayah dengan hal lain Ran. Kau boleh membenci Ayah. Kau juga boleh memukul Ayah. Kau boleh melakukan apa pun, tapi tolong ….” Kedua tangan Caspian yang meremas lembut jari-jari putri tercintanya ini.
Langit malam bertiup kencang melewati seonggok tubuh kecil, yang kini tengah melayang setelah terpeleset dari atap gedung dengan lima belas lantai.“Ah … perasaan dejavu,” ungkap gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Julia. Benar. Sosok asli dari Ranesha yang seharusnya terjebak di dalam dunia webtoon. Lantas, kenapa di bisa berada di sini? Dia jelas pernah mengalami ini. Sebuah peristiwa nahas yang membuat jiwanya berpindah menjadi tokoh sampingan dalam webtoon Perjuangan Cinta Meriel.“Padahal aku sebagai Ranesha habis mengalami kecelakaan,” gumam si gadis berbadan mungil yang memakai jaket nan tipis tersebut. Ia ingat bagaimana mobil Ranesha terguling dan dirinya tengah sekarat saat itu. Sekarang dia berada di sini dengan sangat membingungkan. Tubuhnya yang jatuh dari atap gedung tinggi serasa melmbat. Seolah-olah gravitasi bumi tengah menolak dirinya.Mata bulat si gadis menatap
“APA?” Hail beranjak tiba-tiba sampai membuat Meriel yang hampir terlelap sambil memeluk lengannya terjungkal kaget.Namun, bukannya protes. Secara diam-diam wanita itu malah tersenyum seolah senang. Benar. Meriel kurang lebih tahu apa yang Hail dengar dari suara di seberang benda pipih tersebut. Rencananya sudah berhasil. Shade telah melenyapkan Ranesha. Ini sangat sempurna. Sekarang tidak ada lagi yang menganggu kesenangan Meriel. Sekarang, Meriel hanya perlu—“Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kumohon kali ini saja Meriel, aku harus memeriksa keadaan Ranesha. D-Dia … sedang dalam keadaan kritis karena kecelakaan.”Apa? Ternyata benar. Hail bisa kehilangan kendali jika mengenai Ranesha. Meriel mulai kesal sekarang. Padahal dulu saat Hail masih menggilainya, Hail tetap berpikir dengan logika. Tidak urang-uringan seperti ini. Ah, sangat tidak adil. Apa istimewanya seorang Ranesha di
Ranesha sudah menumpahkan segala keluh kesah gundah gulananya pada sang ayah waktu itu. Tentu saja Caspian sempat mengamuk dan hendak menyerang langsung ke rumah Hail. Namun, Ranesha tidak mengingankan hal tersebut. Ia mati-matian menahan Caspian dengan air mata yang berderai.Caspian memang luluh dan kembali tenang. Hanya saja, Ranesha tidak dapat menghentikan niat ayahnya itu yang ingin menarik semua investasi kepada Delmara Company. Karena alasan Caspian menjabat sebagai salah seorang investor tertinggi di sana hanya demi Ranesha. Kalau putri semata wayangnya itu sudah tidak bekerja dengan Delmara Company lagi, maka Caspian tidak memiliki alasan untuk membantu perusahaan tersebut.Meski hasil yang ia dapat dari saham yang Caspian miliki di Delmara Company cukup besar. Sang ayah sudah tidak peduli lagi. Baginya, kebahagiaan si putri kecil lebih utama dari pada harta. Caspian tidak ingin memiliki hubungan dengan orang yang sudah menyakiti R
“Ada yang ingin kau bicarakan, Meriel? Harusnya kau istirahat saja. Apa kau sudah lupa yang dokter katakan waktu itu? Janinmu—maksudku, anak kita … dia masih dalam kondisi yang tidak stabil. Kau sebagai ibunya harus banyak-banyak istirahat.” Hail berceramah panjang kali lebar, sambil mengambilkan segelas air putih, memberikannya pada Meriel, lalu duduk di samping sang istri.Bahaya. Hail bahkan tidak bisa merasakan apa pun lagi terhadap Meriel. Debaran jatuh cinta atau pun gairah yang menggelora, semuanya sudah tidak ada Hail rasakan lagi selain pada Ranesha. Ini sangat menyiksa. Ia harus terjebak tinggal dengan bersama orang yang dulu pernah Hail cinta. Perihal kecantikan Meriel yang dulu sangat ia kagumi pun telah sirna. Berganti dengan rasa rindu yang sangat berat pada Ranesha.“Anak kita sedang rindu ingin melihat wajah ayahnya.” Meriel bergeser untuk lebih mendekat, lalu memeluk lengan Hail yang suda
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments