Beranda / Pernikahan / Mari Selingkuh / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Mari Selingkuh: Bab 31 - Bab 40

105 Bab

I'm Done

Juan mengikuti Ranesha yang baru keluar dari mobilnya. Gadis itu Juan paksa ikut pulang bersamanya saja karena saat makan-makan tadi, Ranesha malah muntah tiba-tiba. Sungguh perempuan yang selalu berhasil memberikan Juan efek kejutan dan perhatian penuh. Masalah mobil yang Ranesha bawa, bisa menyuruh pelayan aau supir khusus untuk mengambilnya ke sana. “Yakin kalau kau baik-baik saja? Tidak ke rumah sakit dulu? Atau menemui Dokter Sylvia saja, akan aku antar,” bujuk lelaki itu untuk keseribu kalinya—mungkin. Ia tidak bisa berhenti cemas dengan wajah pucat dan mata bengkak gadis yang tengah bersamanya kini. Ranesha yang merasa dirinya masih sehat sentosa itu kembali menggeleng sebagai penolakan halus. Ia malah lebih memikirkan rasa malu paling mengerikan yang terus-terusan ia tunjukkan pada Juan. Apa aspal yang dia pijaki saat ini tidak bisa memuai jadi air laut saja? Ranesha ingin menyembunyikan diri sekarang. 
Baca selengkapnya

Semakin Menjauh

Hancur. Satu kata yang masih tidak dapat menggambarkan perasaan kedua orang di dalam satu ruangan ini. Baik Hail mau pun Ranesha terlihat enggan bahkan untuk saling berbicara satu sama lain. Seolah ada jarak lintas dimensi yang menjulang dalam dan tinggi di antara keduanya. Dinding tak kasat mata yang semakin kokoh, lebih gelap dari pada kegelapan sekali pun. “Rating My Teacher meningkat dengan signifikan. Sampai saat ini tidak ada yang melaporkan masalah terkait bug, eror, atau yang lainnya,” lapor Ranesha tanpa menatap sang atasan di hadapan. Ia sok sibuk berbicara dengan tablet di tangan. “Ok,” balas Hail bahkan lebih dingin dari pada lautan di kutub es. Wajah pria itu terlihat lebih parah dari pada hari-hari sebelumnya. Dengan mata sedikit bengkak, garis hitam di kantung mata yang semakin terlihat, dan tentu titik kejenuhan yang tidak dapat wajah tersebut sembunyikan—meskipun tampan. 
Baca selengkapnya

Cemburu

“Ugh ….” Mata Ranesha memandang dengan perasaan berkecamuk pada tiga anak manusia yang tengah duduk di atas sofa dengan dua komputer di atas meja. Ketiga pria di sana tengah berdiskusi dengan nyaman dalam ruang baru yang telah disiapkan sang sekretaris piawai dengan sempurna. Namun, entah kenapa Ranesha malah kesal sendiri. Memang dirinya jadi tidak berenang dalam kolam dokumen-dokumen seperti biasa, akan tetapi itu bukan berarti dia harus jadi penyiap makan dan minum ketiga orang di sana bukan? “Aku sudah seperti pembantu saja,” gumam perempuan bersurai cokelat terang ini. Tangannya yang memegang nampan berisi cemilan dan kopi jadi gemetar menahan rasa kekesalan. ia bagaikan bom yang dijinakan, tak bisa meledak lagi. “Oh? Makanan sudah datang!” seru Juan setelah mengangkat kepala dan menoleh, ia bisa merasakan aura kehadiran Ranesha yang mematung di ambang pintu. 
Baca selengkapnya

Tertangkap (WARNING 21+)

Ada satu hal yang baru-baru ini disadari oleh Hail. Ia tidak lagi menunggu-nunggu Meriel seperti dulu. Pikirannya tidak lagi hanya terpaku pada bagaimana merebut hati Meriel agar sang istri mencintainya, supaya Meriel meninggalkan selingkuhan itu. Bukannya tidak sama sekali memikirkan hal tersebut, hanya saja ... kini tidak seperah dulu lagi. Celakanya adalah itu bukan kabar baik sama sekali. Malah buruk. Kenapa? Kenapa pikiran Hail tidak dipenuhi oleh Meriel lagi? Ia tahu bahwa hatinya masih milik Meriel. Hail paham betul akan perasaannya yang tergila-gila dengan gadis semanis gulali tersebut. Jadi, coba jawab kenapa saat ini otak Hail malah sering tertuju pada Ranesha. Kenapa Hail merasakan amarah yang lebih membara ketika melihat Ranehsa dengan lelaki lain ketimbang saat istrinya—Meriel—selingkuh dan bahkan tidur dengan Aron? Apa? Apa artinya semua ini? “This is weird.” Hail memijat pe
Baca selengkapnya

Terperangkap

“Katakan!” Aron berjongkok, meraup wajah mungil Meriel hanya dengan satu tangan. Mata birunya yang segelap langit malam, menatap penuh kebencian pada wanita di hadapannya sekarang. “Katakan dengan jujur Meriel, apa kau menghubungi suamimu, hah? Apa kau mencintainya sekarang?” interogasi pemuda berhidung runcing dan memiliki garis wajah yang tegas itu. Ia tidak segan-segan mencengkram kuat kedua sisi wajah milik kekasihnya sendiri. Air bening sudah bergulir lancar dari netra berkilauan sang kekasih. Wanita itu hanya dapat meringkuk ketakutan saat didorong sampai jatuh dari tempat tidur oleh Aron. Tubuhnya yang seakan berada dalam genggaman makhluk buas tersebut hanya dapat gemetaran. Jangankan untuk bicara, bahkan untuk bernapas saja Meriel sudah mulai kesulitan. Seolah-olah oksigen sudah enggan padanya. Semua petaka ini berawal ketika Aron mendapati dirinya tengah membuka percakapan pesan di ponse
Baca selengkapnya

Seibert Family

Pukul 07.00, Sarapan di kediaman keluarga Seibert. Ada total enam enggota keluarga. Caspian Seibert selaku pemimpin, Ranesha Seibert selaku putri semata wayangnya, Patricia Seibert selaku adik kandung Caspian, Ronald Seibert selaku suami dari Patricia, serta anak dari kedua orang itu yakni Zale Seibert dan Olyvia Seibert. Sarapan yang dulunya selama turun temurun bukanlah sebuah kewajiban, karena suatu alasan—Ranesha—kini menjadi salah satu hal wajib yang harus dihadiri semua anggota keluarga kecuali ada urusan sangat mendesak atau sakit. “Saya sebenarnya punya sesuatu yang akan membuat Kakak—ah, tidak. Bukan hanya Kakak, tapi semua orang di rumah akan terkesan kalau mendengar ini.” Sendok berisi secuil makanan yang akan memasuki mulut Zale terhenti. Tangannya seolah menjadi beku ketika ia kembali mengingat perkataan Ranesha kamarin. Sebenarnya, apa yang ingin perempuan sialan itu k
Baca selengkapnya

The Truth

Ini adalah cerita beberapa tahun yang lalu, ketika Ranesha kecil mengalami tragedi yang besar. Katanya, anak kecil memiliki sistem yang ajaib untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit, yakni dengan memisahkan kenangan buruk menyakitkan tersebut, dengan dirinya sendiri. Namun, bagaimana jika sistem itu gagal berjalan dengan baik? Karena hal ini, Caspian mengambil keputusan yang membuat Ranesha yang dulu dan Ranesha yang sekarang, tidak tahu kebenaran apa yang ada di sana. Hal seperti apa persisnya yang terjadi pada tragedi tersebut. Yaitu saat kecelakaan maut—tunggal—mobil BMW hitam legam yang ditumpangi oleh Helena Seibert, Ranesha Seibert, dan Damian Seibert. “Maafkan kami, Tuan. Tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin.” Mungkin … kata-kata tersebut hanya akan muncul di sinetron atau sebuah drama yang klasik. Mana pernah Caspian membayangkan kalau kalimat konyol itu akan ia terima
Baca selengkapnya

I Love You But

“Pak, saya mencintai Anda. Jadi, mau dibawa ke mana hubungan kita ini?” Ranesha pada sosok pantulan dirinya sendiri di depan cermin. “Ah, mana bisa begitu!” Ia menggeleng keras sambil memukul kepalanya, malu sendiri. “Bagaimana, kalau begini?” Ranesha menegapkan tubuh, membusungkan dadanya dengan segaja. “Pak, saya tahu Anda hanya tertarik dengan tubuh saya, tapi Anda harus bayar dengan ….” Kalimat Ranesha tidak sampai selesai karena mendadak bayangan sosok Hail yang telanjang dada dengan tubuh yang basah karena keringat seolah sangat nyata, muncul pada cermin di hadapannya. Roti sobek milik Hail bahkan tampak bisa dia sentuh saat ini. “Waa! Tidak! Tidak!” Ranesha memukul cermin besar yang memantulkan seluruh tubunya itu. “Kenapa malah jadi aku yang mesum?” rutuk gadis ini dengan semu merah di wajah cantiknya. 
Baca selengkapnya

Nevertheless

Dia mengikat rambutnya kali ini? Kenapa? Jadi tambah lucu, ah … sangat menggemaskan. Hail membatin sambil memperhatikan sang sekretaris yang sedang menjelaskan jadwal pekerjaan mereka yang hampir selalu penuh itu. “Besok kita ada pertemuan dengan aktor dari Baruna.” Ranesha menutup kalimatnya dengan menunduk malu. Ia terlihat sangat menggoda berkali-kali lipat saat ini, duduk kaku di pangkuan Hail. “Ini sangat tidak adil.” Ranesha memegangi dada bidang Hail dengan bibir mengerucut dan wajah sebal yang ketara. Apa dia sengaja memancing Hail? Dasar wanita penggoda. “Apanya?” Hail menyelipkan jari-jari pada tangan Ranesha, menautkan tangan mereka erat. “Hanya saya saja yang gugup. Hanya dada saya saja yang bergemuruh karena jantung yang sangat berisik. Anda tidak terlihat begitu, seolah semua ini tidak ada artinya. Yah, kita memang sedang bermain
Baca selengkapnya

Titik Temu

Mungkin bagi sebagian orang, cinta pada pandangan pertama adalah hal yang tidak akan bertahan lama. Namun, tidak bagi Lily. Sejak pertama kali mejumpai pemuda itu, sejak pertama kali melihat senyuman yang terang itu, sejak pertama kali menyentuh tangan yang hangat itu, Lily sampai sekarang masih tenggelam dalam rasa cinta yang menggelora. “Namun, dia mencintai mencintai Nona Muda.” Lily menatap layar ponselnya nanar. Berharap gawai tersebut memunculkan notif kesukaannya. “Tidak. Tidak mungkin dia menghubungiku untuk basa-basi. Dia hanya menghubungiku untuk menanyakan perihal Nona Muda Ranesha,” ucap Lily lagi. Entah tengah mengeluh atau sedang menyadarkan dirinya sendiri, yang jellas, suara perempuan ini terdengar cukup lirih. “Oh?” Benda pipih di tangannya tiba-tiba menyala, memunculkan nama yang Lily tunggu-tunggu sedari tadi. Pesan dari pria yang ia cintai diam-
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status