Beranda / Pernikahan / Mari Selingkuh / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Mari Selingkuh: Bab 21 - Bab 30

105 Bab

After Kiss, Lalu Apa?

Demi kerang ajaib dan seluruh jajarannya di laut. Ranesha harus melakukan apa sekarang? Jangan bilang dia harus berdiam diri saja duduk di sofa kantor ruangan ini, dengan balutan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya tanpa celah. “That’s not possible!” Ranesha mulai merutuki diri sendiri. Namun, masalah terbesarnya adalah ancaman Hail sebelum pergi entah ke mana tadi. Iya, pria mesum itu mengancam akan menyerang Ranesha kalau ia bergerak barang sedikit pun dari sini. “Damn! That fucking bastard!” Bahkan membayangkan dirinya diserang oleh Hail dengan penampilan yang hot begitu malah membuat pipi Ranesha memanas, seharusnya gadis ini takut! Iya, kan? Lantas kenapa dia seperti menanti untuk diseran Hail? Ranesha sudah seperti domba dungu yang menyerahkan diri pada serigala lapar. “Oh my ghost!” Ranesha mengacak-acak rambut dan memukul ke
Baca selengkapnya

Perasaan Asing

Sosok pelayan itu—Lily—memandang pria di depannya kini dengan tatapan horor. Mungkin bisa pula didefinisikan juga dengan pandangan penuh tanda tanya dan intimidasi? Hail tidak bisa mendeskirpsikan tatapan mata itu. “Ba-bajunya.” Lily menyerahkan totebag yang sudah ia siapkan tadi, pada Hail dengan gerakan yang ragu-ragu. “Terima kasih.” Ketika Hail ingin melangkah pergi, ia malah bertemu dengan sosok penguasa di rumah tersebut. Caspian Seibert. Entah apa yang terjadi, tapi Hail benar-benar merasa ditimpa kesialan bertubi-tubi hari ini. Tidak hanya Hail, bahkan Lily sekali pun tidak menyangka bahwa Caspian akan berada di depan teras rumah pada jam segini—ini masih jam tiga pagi, jam tiga pagi, lho! Sebenarnya apa yang Caspian lakukan di jam seperti ini? “Aku tidak pernah tahu bahwa CEO dari perusahaan yang kuberi banyak suntikan dana bisa bertam
Baca selengkapnya

Antara Dua (WARNING! Bab ini berisi adegan kekerasan)

“Meriel aman bersamaku, jangan mengusiknya lagi,” tajam Hail ingin meringkas percakapan. Mata elang khas yang berwarna cokelat terang tersebut menatap nyalang pada objek di depannya. Tersenyum miring, pria berpakaian rapi di hadapan Hail ini menyeruput kopi terakhirnya. “Kau tahu, rumor tidak sedap antara CEO Delmara Company dengan sekretarisnya cukup mengusik Tuanku. Pihak kami merasa dirugikan,” ocehnya begitu menyebalkan. Hail mendesah, menarik napas panjang dan menyandarkan dirinya ke kursi dengan kasar. “Media sudah ku buat bungkam, rumor yang kau bicarakan telah basi, sayang sekali.” Ia juga menyungging senyuman mengejek di akhir. “Ah, begitu. Jadi kau sudah mendapatkan hatinya?” Kali ini pria dengan sisiran rambut yang dibelah itu menyindir Hail dengan serangan yang telak. “Kau … sampai kapan pihak kalian mengganggu rumah tangga oran
Baca selengkapnya

Pengungkapan (WARNING! 21+)

“Hah, orang-orang hebat dan terkenal ini. Dengar, aku tidak akan memberi kalian pengampunan,” cicit seorang polisi yang menggeleng-geleng skeptis sambil mengetikkan sesuatu pada layar komputer di depannya. Pria gagah dengan rambut cokelat yang gelap itu masih duduk rapi, sesekali menggaruk kepala dan terus-terusan menghindari tatapan menusuk dari gadis cantik di sampingnya. “Saya minta Anda untuk menyelsaikan urusan, bukan malah menambah pekerjaan saya begini!” keluh gadis itu setengah mengomel. Rasanya tidak ada yang benar-benar berjalan mulus sejak ia membuka mata mengawali hari. Ingatan Hail kembali berputar pada momen di mana Meriel menangis tersedu-sedu dibuatnya, dan istrinya itu lebih memilih untuk menemani Aron ke rumah sakit dari pada menemaninya yang sebagai pelaku kejahatan di kantor polisi. “Baiklah, coba katakan kenapa Anda memukuli pemuda itu sampai &hellip
Baca selengkapnya

Lepas Kendali (WARNING! 21+)

“Akhh … aahh … nghh ….” Desahan demi desahan lolos dengan begitu indah dari mulut manis Ranesha pada saat Hail sibuk menjamah leher dan meraba punggungnya erotis. Pria itu semakin hilang kendali mendengar desahan nikmat dari sekretarisnya ini. Ia jadi ingin melakukan lebih dan lebih lagi. Lidah Hail menyapu bersih leher jenjang Ranesha, kembali mencium, menjilat, bahkan menggigit dan mengisap leher putih tersebut. Membuat lenguhan antara rasa sakit dan kenikmatan dari Ranesha kembali menyapa telinga Hail, menjadikan pria ini tambah menggila. “Ja—nghh … di—hh … sini—akkhh!” ucap Ranesha terbata-bata diselingi dengan desahan. Tangan Hail yang meraba punggungnya bergerak melepas pengait bra yang ia kenakan. Lelaki itu juga sudah membuka habis kancing kemeja kerjanya. “Really?” gumam Hail. Menatap mata hazelnut Ranesha dengan sa
Baca selengkapnya

Berebut Hak Milik

Hari pertama, kembalinya Meriel di kediaman Hail. Meriel mendesah ringan, ia menatap nanar layar ponselnya. Tadi salah satu pengawal Aron yang menjaga anak itu di rumah sakit, baru saja memberi kabar, bahwa Aron masih dirawat di sana dengan kondisi yang cukup stabil. Hanya saja, tulang pipi kanannya retak akibat dihantam oleh kaki Hail, tulang tangan yang ia gunakan untuk melindungi diri juga ada bagian yang retak, mirisnya lagi bagian terparah adalah tiga tulang rusuk Aron yang patah. Meriel merinding ngeri ketika membaca pesan teks berisi keadaan dan foto Aron saat ini, ia jadi bertanya-tanya sekuat apa sebenarnya suaminya itu. Karena yang ia tahu dan kenal selama ini hanyalah sosok Hail yang kadang dingin tapi begitu lembut dan perhatian padanya. Namun demikian, Meriel merasa Hail sudah benar-benar berubah sekarang. Ia tidak hanya melihat sosok lembut itu berbah jadi seseorang yang bengis bak mons
Baca selengkapnya

Siapa Pengkhianatnya?

Mata biru milik Meriel menatap nyalang manik netra hazelnut Ranesha. “Mengaku saja, kau mengincar suamiku, kan?” tuduhnya dengan nada dingin yang tajam. Ranesha hampir saja tertawa nyaring. Sekarang kecurigaannya sudah jelas, sang pemeran utama wanita ini memang mengajaknya berperang. Jadi, benar bahwa hati Meriel tidak sesuci yang digambarkan. Ranesha sangat ingin berteriak mengungkapkan topeng wanita itu. “Iya, saya mencintai suami Nyonya. Apa ada masalah?” tantangnya kelewat berani. Mata mereka beradu sengit. Meriel lantas tertawa hambar. Ia menyibak rambut pirang bergelombangnya ke belakang dan tersenyum dengan raut wajah begitu merendahkan lawan. “Baiklah, baiklah. Sekarang aku bisa mengerti, terima kasih,” ujar Meriel membuat alis Ranesha bertaut jadi satu, mengerutkan kening dalam. Masih berusaha mencerna apa maksud kalimat yang keluar dari bibir berwarna pe
Baca selengkapnya

Kesalahan yang Sama

“Padahal aku dan Juan sudah mencadangkan data setiap malam, tapi ada kecoak yang mengacaukannya.” Alexi menyindir seluruh orang di dalam ruangan. Ia tidak segan-segan menyembunyikan rasa curiganya. Kasus ini tentu tidak akan terjadi tanpa adanya campur tangan pihak ketiga. Alis Hail bertaut. Ia memandang Alexi dengan tatapan yang menuntut penjelasan lebih. Maka di situlah Juan berusaha mengambil alih. “Begini, Mikhail hanya orang yang menjalankan perintah. Ada pihak yang memintanya, dan ada satu pihak lagi yang membantu mereka,” tukas ketua dari tim pengembangan tersebut. “Makanya.” Alexi berdiri, mengedarkan pandangan. “Pasti ada kecoak di sini,” sindirnya lagi. Kali ini Sean sudah tidak dapat menahan diri, tangan yang mengepal itu langsung melayang pada kerah baju Alexi, menarik pemuda itu dengan sangat kasar. “Maksudmu apa berkata seperti itu!&
Baca selengkapnya

Look At Me, Please!

Lapangan hijau yang sangat luas sepanjang mata memandang, dihiasi dengan beberapa pohon rindang dan bukit-bukit kecil. Di salah satu bukitnya, ada dua gundukan yang dilapisi marmer mahal dengan warna abu-abu cemerlang. Pada masing-masing dari dua gundukan itu, tertuliskan nama orang yang berbaring di bawah sana, sebagai tempat peristirahatan terakhir mereka. Ranesha membersihkan rerumputan liar yang masih bersisa sedikit, ia juga mengusap penuh sayang debu yang menempel pada marmer-marmernya. Bunga yang perempuan itu bawa tadi ia letakkan satu-satu pada dua kuburuan itu. “Helena Seibert, Damian Seibert,” eja Ranesha pada dua nama yang tertulis di sana. Wajahnya mendadak muram. “Apa … kalian tahu kalau Ranesha yang kalian kenal sudah tiada? Makasudku, aku bukan Ranesha yang kalian kenal, dia … hilang. Aku juga tidak tahu ke mana, tapi sekarang jiwaku menempati tubuh Ranesha ini,” raca
Baca selengkapnya

Aku atau Dia?

“Apa?” Ranesha mengarahkan pandangan netranya pada manik mata indah Juan. Seakan berusaha mencari celah kebohongan dan menuntut penjelasan lebih atas kata-kata ambigu lelaki itu barusan. Pasokan oksigen terasa semakin menipis dikala tubuh gadis itu masih sedikit gemetar kedinginan. Hal ini adalah kemungkinan besar ia tidak dapat mencerna dengan baik kata-kata Juan tadi. “K-Kau tadi bilang apa?” ulang Ranesha lagi, seolah mendesak agar mulut yang hanya tersenyum tipis itu kembali terbuka agar bicara. I’m into you, Ranesha. Hati Juan menjerit ingin mengeluarkan kalimat tersebut. Namun, ia malah terkekeh ringan dan mengacak pelan rambut Ranesha yang tadi ia rapikan. “Pasti CEO kita itu lagi, kan? Wah … sangat menyebalkan,” ujar Juan tidak jelas, ia memutar kepala lurus ke depan, memandang pada jalan yang lengang. “Maksu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status