Beranda / Pernikahan / Mari Selingkuh / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Mari Selingkuh: Bab 61 - Bab 70

105 Bab

Sweet Couple

Sinar baskara menyusupi cela-celah jendela yang tidak tertutupi gorden, menyelip rapi hingga mencapai pada titik manusia sejoli yang masih terlelap dalam dunia mimpi. Kemudian, suara alarm berhasil membuat keduanya menggeliat masam. "Hnggh ..." lenguh Ranesha malas. Tangan mulus nan putih itu terulur ke arah nakas, reflek mematikan jam berbentok kotak yang berdering nyaring di atas sana. "Sudah pagi?" Pria di sampingnya mulai membuka mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Silau. “Morning kiss,” manja Ranesha yang kembali meringkuk ke dalam pelukan Hail. Tangan kecilnya selalu kesusahan tiap kali memeluk tubuh pria ini. Ranesha mendongak, menampilkan wajah baru bangun tidurnya yang lucu di mata Hail. Menguap kecil, sudut bibir Hail tertarik ke atas membentuk seulas senyuman tampan yang menyilaukan dari pada mentari di pagi hari. “Selamat pagi, Ra
Baca selengkapnya

Memaafkan Pengkhianat

“Kenapa kalian lama sekali? Apa ada masalah sampai kalian berdua bahkan datang terlambat bersama-sama?” tanya Juan yang lebih seperti nenek-nenek sedang mengomeli anak yang mengabaikan cucunya. “Sudahku bilang biar kita saja. Kalau kau tidak mau aku bisa mengatasinya,” oceh Alexi di samping. Laki-laki itu masih tetap sibuk dengan laptopnya sendiri. Entah sedang mengerjakan apa, tapi wajah Alexi begitu serius sampai-sampai terlihat berkeringat. “Hem ….” “Itu ….” Dua insan yang menjadi ikon tebesar dari Delmara Company ini hanya memasang wajah cengengesan. Mengingat mereka terlambat berangkat kerja karena hampir kelepasan pagi tadi. Betapa tidak profesionalnya. “Kita sudah bisa mengirim orang sekarang,” tukas Alexi lagi. Kali ini pandangan matanya sudah tidak berada di laptop lagi, melainkan menatap pada Rane
Baca selengkapnya

Karma yang Indah

"Jadi ini sudah semua?" Alexi bertanya sambil mengotak-atik berkas-berkas yang dikeluarkan. Tidak banyak, tapi tidak juga sedikit. Pemuda dengan wajah kecil yang terlihat sangar itu memiliki mata abu yang mengilap tiap kali membaca deret baris dari kertas-kertas di tangan secara bergantian. Membuat objek yang tadi ia ajak bicara menyimpulkan kalau Alexi adalah agen atau mata-mata negara. Saking profesionalnya tentu saja. Apa dia coba tanyakan saja? Siapa tahu Alexi tidak sengaja mengaku. Ah, lupakan hal tidak penting seperti itu! Namun ini sangat mencurigakan .... Pasalnya pemuda berambut perak tersebut terlihat sangat piawai dalam pekerjaan seperti ini. Seolah dia sudah sangat terbiasa melakukannya. Semakin memperkuat asumsi liar kalau Alexi bisa saja memiki dua pekerjaan. Sebagai tim pengembangan di Delmara Company dan juga sebagai agen atau mata-mata. Bisa saja, siapa yang tahu pasti? Karena Alexi adalah sosok yang cu
Baca selengkapnya

Hari Penangkapan

Hari saat Zale Seibert di tangkap. Sarapan yang tentu saja dilaksanakan pada pagi hari bagi seluruh anggota keluarga Seibert tetap dilakukan seperti biasa. Tanpa keributan, tidak ada kegaduhan, samar akan kecurigaan, tanpa pertikaian di awalan. Selain Caspian dan Ranesha, satu keluarga di sana, yakni Patricia, Ronald, Zale, dan juga Olyvia tidak tahu-menahu masalah rencana penangkapan salah satu anggota keluarga mereka. Semua orang masih memasang wajah biasa, berbicara biasa, makan biasa, dan melakukan segala hal dengan biasa—termasuk mengusik Ranesha. “Kemarin kau ke mana, Ran? Aku dengar ada masalah masalah di kantor. Apakah hal itu sangat gawat?” tanya Bibi Patricia dengan wajah yang sangat menyebalkan bagi Ranesha. Namun, khusus hari ini perempuan itu tidak merasa perlu untuk terinterupsi saat sarapan. “Terima kasih untuk perhatian Bibi Patricia. Benar, ad
Baca selengkapnya

To Make You Stay

“Jadi begitulah kejadiaan sebenarnya. Kami mohonn maaf tidak bisa melibatkan kalian semua lebih jauh karena masalah pelik seperti ini. Pastinya kami hanya ingin menyelesaikan masalah kita dengan baik. Kami juga meminta maaf atas ketidaknyamanan bekerja di Delmara Company akhir-akhir ini.” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Ranesha bersama Juan dan Alexi serta Bryan menunduk dalam. Meminta permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua orang yang telah terlibat, bahkan ada yang menjadi korban perasaan. Telah terjadi kesenjangan sosial antara tim pengembangan yang baru dan tim pengembangan yang lama. Mereka jadi saling menjaga jarak, saling curiga, bahkan saling tatap saja yang ada hanya kesinisan semata. Apakah ini adalah kebenarannya? Apakah masa-masa pelik itu sudah berakhir dengan seperti ini? Maka, Reyhan, Sean, dan juga seluruh anggota tim pengembangan lain yang berada di sana bisa bernapas lega. Selama i
Baca selengkapnya

Stand By Me (WARNING 21+)

CUP. Satu kecupan yang Ranesha daratkan pada bibir Hail secara singkat. Kemudian disusul cepat dengan kceupan kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Perempuan ini tersenyum jahil, ia sengaja menggoda Hail. Apalagi posisi Ranesha yang berada di atas pangkuan Hail membuatnya semakin mudah untuk memancing pria tersebut, memberi hukuman yang tentu akan berbalik pada dirinya sendiri nanti. Ranesha tahu betul akan hal itu. Namun, ia tidak peduli. Mungkin saja ini bisa menjadi cara dia untuk mengikat Hail agar tetap berada di sisinya. Berdecak kesal, Hail memiringkan kepala, membuatnya tepat berada di sisi wajah Ranesha. Ia berbicik dengan napas yang panas di telinga sang sekretaris. “Ran … hah … this is to much. I can’t handel it anymore.” “Saya sedang memberi hukuman. Jadi Anda tidak mendapat izin apa-apa,” tolak Ranesha tanpa basa-basi dengan waj
Baca selengkapnya

My Necessity (WARNING! 21+)

Bukankah malam perlu siang untuk tetap saling berdampingan? Bukankah lautan butuh terumbu karang untuk menjadi sebuah keistimewaan? Bukankah pohon bergantung pada air agar bisa bertumbuh kembang? Begitulah sosok Hail bagi Ranesha, kemudian … bagi Hail sendiri, Ranesha bagai malaikat penolong yang menariknya dari kegelapan, dari jurang rasa sakit dan kesengsaraan. Orang yang rela terjun ke neraka demi membawa Hail keluar dari sana. Kedua orang ini sudah terikat begitu kuat. Hati mereka, perasaan mereka, sorot mata yang membara itu seakan mengatakan segalanya. “Ugh …,” desis Ranesha reflek, ketika Hail sudah membaringkannya di tempat tidur khusus yang berada di dalam ruang kerja sang CEO. “Say my name … Ran—hh,” pinta Hail tepat di telinga perempuan yang sudah ditindihnya ini. Tangan Hail bergerak lembut pada kedua paha Ranesha, membuka lebar
Baca selengkapnya

Cerai atau Putus

“Makan,” pinta seorang pria dengan rambut sedikit ikal yang pirang, mata biru malamnya bagai lautan samudera yang tenang, tapi tersirat kesan yang lumayan menakutkan di dalam sana. Aron menatap wanitanya dengan  sendu, entah ingin menafsirkan apa dari ekspresi wajahnya yang rancu. Menunduk ketakutan, wanita bersuami di hadapan Aron sekarang mengambil dengan ragu piring berisi bubur hangat yang menggiurkan. Yah, setidaknya akan begitu kalau kondisi antara sepasang kekasih ini sedang baik-baik saja, masalah saat ini tidak begitu. “Kenapa hanya ditatap? Apa perlu aku suapi?” tanya Aron dengan suara dingin yang menusuk uluh hati. Ia tanpa basa-basi mengambil alih bubur tadi, menyendok sedikit lalu menyodorkannya ke mulut Meriel. Suasana di antara mereka berdua akhir-akhir ini memang sangat suram. “A-Aron … aku—” “Kau harus makan. Anakmu. Anakku.
Baca selengkapnya

Kembali Kacau

“K-Kenapa Aron bertanya seperti itu?” sentak Meriel dengan wajah memerah karena menahan gejolak emosi yang ada, serta mata biru bak telaga yang kini telah berkaca-kaca. Tangan kecilnya mencengkram kuat sampai gemetaran selimut yang menutupi tubuh bagian bawah. “Apa? Memangnya aku bilang apa?” tanya Aron balik. Wajahya tetap datar bagai lantai yang ia pijaki ini. “Yang tadi! ‘Sekarang aku akan memberikanmu waktu. Terserah padamu. Kau akan memilihku atau suamimu itu’ apa maksud Aron mengatakan hal seperti itu?” geram Meriel setengah berteriak. Gila. Ia sudah merasa lelah hanya karena berbicara panjang dengan satu tarikan napas saja. Dada Meriel naik dan turun ketara. Aron memejamkan mata, berusaha untuk tetap sabar. Ia tidak boleh meledak, Aron juga tidak boleh membentak. Jadi … bagaimana cara pemuda ini meyampaikan rasa sakit hatinya agar Meriel mengerti?
Baca selengkapnya

Dia Suamiku

“Kau cobalah kembali ke rumah suamimu dulu. Aku akan selalu menunggu jawabanmu.” Kalimat yang membuat Meriel kini berdiri di depan pintu rumah kediaman Delmara, meski hanya ada Hail seorang di dalam sana. Mungkin iya dan mungkin tidak. Siapa tahu ada sekretaris picik itu yang menemani Hail, kan? Perempuan jalang itu selalu berusaha mencuri kesempatan, ingin merebut Hail dari genggaman. Mereil jadi berang sendiri kalau memikirkan ini. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. “Ranesha dari Keluarga Seibert, ya?” Meriel melihat jam di tangan. “Saat ini Hail pasti masih kerja.” Ia mengembuskan napas kesal. “Kenapa semua oraang jadi sangat merepotkan begini?” gerutunya lantas melangkah masuk. Kedatangan Meriel segera disambut oleh beberapa pelayan yang segera ia indahkan perihal bantuan apa pun. Meriel hanya ingin menyendiri di dalam kamarnya dan Hail. Ia akan menyusun r
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status