“Hah ….” Ranesha mengembuskan napasnya berat, menopang dagu di pinggir jendala, melihat pemandangan di luar jalanan yang muram. Langit malam tiba-tiba berubah kelam, tanpa bulan dan tidak ada bintang. Benar-benar mewakili perasaan Ranesha sekarang.
“Kita sudah sampai di rumah Dokter Sylvia,” lapor sang supir di depan.
“Terima kasih. Tolong tunggu saja di sini, Pak. Mungkin memang akan lama,” ujar perempuan tadi seraya keluar dari mobil.
“Baik Nona Muda.”
Tungkai kaki Ranesha digerakkan santai menuju ruangan Dokter Sylvia. Sebenarnya dia bisa saja cukup dengan memanggil sang dokter ke rumah, akan tetapi di sana ‘kan terdapat bom waktu bernama Caspian. Bisa-bisa rencana Ranesha dikacaukan. Padahal ia hanya menuntut sebuah kebenaran.
“Akhirnya Nona Ran datang,” sambut Sylvia tanpa rasa terkejut barang sedikit p
Di sebuah apartemen mewah milik Perusahaan Deimos. Dalam salah satu tempat tinggal yang hanya disediakan secara eksklusif.“Ck! Susah sekali! Kenapa semua harus serumit itu!” protes seorang laki-laki tampan dengan dagu runcing, hidung bak paruh burung dan yang paling khas adalah netra biru permata dan rambut pirangnya yang sedikit keriting.Lelaki ini masih beradu sengit dengan pria paruh baya yang terlihat tenang dan elegan di sisinya. Orang tua itu berseragam rapi dan tetap teguh pada pendiriannya sendiri.“Maaf Tuan Muda, tapi Anda harus menyelesaikan ini,” kukuhnya, kembali menunjuk setumpuk dokumen gila pada satu-satunya pewaris resmi Perusahaan Deimos—Aron Deimos.“Sudah! Aku telah mengerjakan banyak hal sambill duduk di sini selama berjam-jam! Apa kau ini sedang melakukan pembunuhan berencana?” hardik Aron murka. Ia sampai melemparkan sisa-sisa berkas
“Hail, aku akan pulang hari ini.”Begitulah teks pesan yang Hail terima setelah satu bulan lamanya tak berkontakan sama sekali dengan sang istri tercinta. Ah, entah apa masih pantas untuk menyematkan kata ‘tercinta’ pada seorang wanita yang selalu menyakiti hatinya.Hari ini adalah hari libur dan Hail tidak ingin mengusik Ranesha. Sekretarisnya itu terlihat masih sangat sibuk dengan urusan keluarga. Hail tidak boleh menjadi sosok penggangu. Ia cukup menunggu sampai semua urusan di sana beres.“Sekarang juga mucul masalah baru,” gumam Hail. Ia memejamkan mata, tidak membalas pesan istri sahnya itu. Ada sesuatu yang mengganjal di benak Hail.“Apa ini adalah perasaan ragu?” Hail hanya berbicara sendiri, memang tidak dapat dipungkiri kalau sebagian hatinya masih dimiliki oleh Meriel. Hail tidak membenci wanita itu, bahkan atas semua yang telah Meriel lakuka
“Benar. Istri Anda hamil dengan usia kandungan yang sudah mencapai minggu keenam,” terang seorang dokter yang tadi memeriksa Meriel.Gila. Ini pasti hanya bercanda, 'kan?Hail menggosok wajahnya frustasi, tertunduk lesu dengan ribuan pikiran yang menyerang. Karena sudah minggu keenam, maka tidak salah kalau Meriel mengatakan jika janin yang ada di dalam perutnya adalah anak Hail. Pasalnya saat mengingat lagi, mereka berdua terakhir kali melakukan hubungan badan sekitar tanggal itu.“Oh … God,” keluh pria ini, tidak menghiraukan ekspresi dan asumsi dokter di hadapannya. Untungnya ini ruang privasi sang dokter. Jadi hanya akan ada satu orang yang bisa menghujat Hail karena tidak terlihat bahagia dengan kehadiran anaknnya sendiri.Begitulah pikir Hail, ia merasa pantas juga untuk dihina. Namun, ternyata dokter tersebut tidak merasa demikian. Ia malah mendekat dan
Hail berjalan gontai ke halaman parkiran rumah sakit. Pikirannya masih kalut dan bertambah kacau ketika meemikirkan harus memutuskan hubungan dengan Ranesha setelah mengajak perempuan itu untuk bersama beberapa saat lalu, tepatnya kemarin.“Wah, aku adalah orang yang sangat jahat di sini.” Hail mengacak rambut, membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras. “Sial!” umpatnya, menjadikan setir mobil samsak hujaman pukulan.“Ran …,” lirih Hail dengan mata terpejam, ia bersandar pada kursi, berusaha memikirkan kata-kata yang jelas agar tidak terlalu menyakiti Ranesha.“Hah!” Pria itu malah tertawa pahit. “Mana mungkin,” sangkalnya sendiri. Menyadari apa pun yang ia lakukan, apa pun yang Hail katakan nanti, tentu tetap akan menyakiti RaneshaKetika Hail tengah termenung memikirkan sekretarisnya, bayangan janin di dalam perut Meriel tiba-
Ranesha melirik jam di tangannya. Sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapiorang yang ia tunggu-tunggu belum kunjung datang.“Ke mana sebenarnya Ha—”“Apa Nona mencari Tuan Hail?” sapa seseorang dari arah belakang.Tersentak kaget, Ranesha segera berbalik dan menemukan sosok pria bersetelan jas rapi khas pelayan. “Kepala Pelayan?” tegur Ranesha yang dijawab dengan anggukan dan senyuman sopan oleh pria di sana.Entah bagaimana orang ini menemukan Ranesha, atau lebih tepat jika dikatan kalau dia menghampiri Ranesha yang sedang berdiri di depan pagar masuk kediaman Hail Delmara. Mungkin dia tahu dari CCTV?Ranesha menggidikkan bahu, tidak ingin mengambil pusing. “Aku tahu Hail sedang tidak ada di rumah, karena itu aku hanya berdiri di sini,” jelas perempuan itu sebelum ia diberi pertanyaan.Memasang mimik
“Anda harus tanggung jawab,” ulang Ranesha lagi karena Hail yang tak kunjung merespon. Pria itu masih menatapnya dengan raut wajah kebingungan.“Apa … maksudmu ini?” heran Hail. Ia sama sekali tidak bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran Ranesha.Jika bumi bisa perempuan ini kendalikan, maka nicaya Ranesha akan menggiling Hail dan melemparkannya ke planet Mars. “Mari buat perjanjian. Tidak benar jika Anda mecampakkan saya seperti ini,” tukas Ranesha berkata jujur. Meski kata-kata ini sungguh memalukan. Namun, sepertinya berhasil, ada efek yang Ranesha lihat dari perubahan drastis mimik wajah Hail.“Ran, aku tidak bisa—”“Hanya sampai usia kandungan Meriel mencapai 12 minggu,” potong Ranesha terburu.“Apa?” Alis Hail sudah bertaut karena kening yang berkerut.“Anda h
Sinar baskara menyusupi cela-celah jendela yang tidak tertutupi gorden, menyelip rapi hingga mencapai pada titik manusia sejoli yang masih terlelap dalam dunia mimpi. Kemudian, suara alarm berhasil membuat keduanya menggeliat masam."Hnggh ..." lenguh Ranesha malas. Tangan mulus nan putih itu terulur ke arah nakas, reflek mematikan jam berbentok kotak yang berdering nyaring di atas sana."Sudah pagi?" Pria di sampingnya mulai membuka mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Silau.“Morning kiss,” manja Ranesha yang kembali meringkuk ke dalam pelukan Hail. Tangan kecilnya selalu kesusahan tiap kali memeluk tubuh pria ini. Ranesha mendongak, menampilkan wajah baru bangun tidurnya yang lucu di mata Hail.Menguap kecil, sudut bibir Hail tertarik ke atas membentuk seulas senyuman tampan yang menyilaukan dari pada mentari di pagi hari.“Selamat pagi, Ra
“Kenapa kalian lama sekali? Apa ada masalah sampai kalian berdua bahkan datang terlambat bersama-sama?” tanya Juan yang lebih seperti nenek-nenek sedang mengomeli anak yang mengabaikan cucunya.“Sudahku bilang biar kita saja. Kalau kau tidak mau aku bisa mengatasinya,” oceh Alexi di samping. Laki-laki itu masih tetap sibuk dengan laptopnya sendiri. Entah sedang mengerjakan apa, tapi wajah Alexi begitu serius sampai-sampai terlihat berkeringat.“Hem ….”“Itu ….”Dua insan yang menjadi ikon tebesar dari Delmara Company ini hanya memasang wajah cengengesan. Mengingat mereka terlambat berangkat kerja karena hampir kelepasan pagi tadi. Betapa tidak profesionalnya.“Kita sudah bisa mengirim orang sekarang,” tukas Alexi lagi. Kali ini pandangan matanya sudah tidak berada di laptop lagi, melainkan menatap pada Rane
Satu bulan telah berlalu sejak hari itu. Meriel sendiri telah kembali tinggal bersama ayahnya yang adalah seorang diktator. Secara sembunyi-sembunyi, Ranesha mendengar obrolan antara Caspian dengan kepala pelayan. Ternyata Caspian masih menyimpan dendam dengan Meriel. Wajar sekali sih, pria paruh baya itu hampir saja kehilangan satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki di dunia ini—Ranesha. Walau bagaimanapun, Caspian ingin memastikan bahwa orang itu—Meriel—mendapat ganjaran yang lebih mengerikan dari pada penjara. Benar. Ranesha tahu sendiri bahwa bagi Meriel, kembali tinggal di rumah ayahnya yang bagaikan psikopat itu adalah hukuman paling berat di muka bumi ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan, Meriel saat ini sedang merasa lebih buruk dari pada di neraka. “Apa aku sangat buruk karena senang dengan hal itu?” Ranesha bergumam. Saat ini rambut Ranesha sudah lebih panjang, mata hazelnut indahnya menatap pe
“Aku berjanji,” lanjut Hail lagi semakin menunduk dalam. “A-aku berjanji kalau ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir.”“T-tunggu dulu, Pak. Apa maksudnya Anda ini sekarang—"“Ran … kata maaf saja memang tidak cukup untuk menebus segala kesalahan yang telah aku perbuat pada hidupmu.” Hail menyela kalimat Ranesha yang belum rampung. Pria dengan tampilan yang amat berantakan ini masih terus berceloteh dengan mengabaikan pendapat lawan bicaranya sendiri—sebuah kebiasaan buruk yang tak patut untuk ditiru.“Pak, saya—”“Aku akan pergi dari negara ini setelah segala urusan di perusahaan aku selesaikan. Jadi kau tenang saja. Cukup diam di sini dan beristirahatlah sebanyak mungkin. Kau tidak perlu mencemaskan apa pun lagi. Biar aku yang urus semuanya.”“Tapi saya—”&
Buruk. Ranesha bahkan hampir tidak bisa mengenali penampilan Hail saat ini. Sungguh, ketika baru saja ia selesai diperiksa oleh dokter, mengobrol ringan bersama dengan sang ayah, Ranesha hampir saja terkena serangan jantung tadi saat Hail tiba-tiba masuk ke dalam ruangan ini dengan sedikit gebrakan yang cukup mengejutkan.Dan kini, Caspian setelah menantap pria itu dengan intimidasi mengancam, pergi meninggalkan Hail dan Ranesha sendirian. Ini cukup mengejutkan karena Ranesha tahu bahwa Caspian dari dulu membenci sosok Hail—entah karena alasan apa.“Ran, aku ….” Hail masih menunduk, tidak sanggup menatap kondisi mengenaskan Ranesha. Padahal saat ini malah Ranesha yang tengah memandanginya dengan tatapan kasihan. Penampilan Hail sungguh berantakan, tidak terurus. Wajah tampannya terlihat kusam, dengan kumis danjenggot yang tidak dirapikan. Rambut legam Hail juga tampak kusut. Apalagi bajunya, apa Hail tidak meminta or
“Meriel aku ….” Hail memejamkan mata, lalu memjiat pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut, berusaha untuk tidak berlaku kasar pada seseorang yang dulu pernah ia cintai setengah mati ini.“A-Aku mohon Hail! Jangan seperti ini … j-jangan lakukan ini! Aku minta maaf! Aku sangat menyesal, j-jadi tolong hentikan semua ini Hail! Jangan menyiksaku ... aku mohon padamu dengan sangat-sangat!” Meriel masih bersimpuh di kaki Hail, menangis sampai meraung-raung. Memohon seperti orang yang tidak memiliki harga diri lagi.Hail menengadah, mendengkus kasar, Ia sangat tidak sudi untuk menyentuh Meriel barang seujung jari pun. Memang benar kata orang dulu, kalau perbedaan antara benci dan cinta itu setipis benang saja. Hari ini kau bisa sangat membenci dia, tapi besok kau bisa saja sangat menggilainya. Begitu pula sebaliknya. Hari ini mungkin dia adalah duniamu, dia adalah segalanya bagimu, tapi besok … bisa saja
Runtuh. Hancur tanpa sisa kepingan lagi. Tiada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan Caspian saat ini. Ketika Ranesha, harta satu-satunya yang ia miliki di dunia ini, dikabarkan kembali mengalami kecelakaan. Apalagi ini bukanlah kecelakaan biasa. Setelah diusut oleh tim keamanan pribadinya, Caspian menemukan fakta bahwa Ranesha telah diserang.“Lalai … Ayah lagi-lagi gagal dalam menjagamu.” Caspian masih menangis sambil memeluk erat tangan Ranesha, menciumnya sesekali, meletakkan tangan kurus itu di keningnya dalam perasaan kalut bercampur haru.“Ibu dan adikmu pasti saat ini sedang mengutuk Ayah. Kau juga harus melakukannya.” Caspian masih mengoceh di sela isak tangis. “Tolong siksa Ayah dengan hal lain Ran. Kau boleh membenci Ayah. Kau juga boleh memukul Ayah. Kau boleh melakukan apa pun, tapi tolong ….” Kedua tangan Caspian yang meremas lembut jari-jari putri tercintanya ini.
Langit malam bertiup kencang melewati seonggok tubuh kecil, yang kini tengah melayang setelah terpeleset dari atap gedung dengan lima belas lantai.“Ah … perasaan dejavu,” ungkap gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Julia. Benar. Sosok asli dari Ranesha yang seharusnya terjebak di dalam dunia webtoon. Lantas, kenapa di bisa berada di sini? Dia jelas pernah mengalami ini. Sebuah peristiwa nahas yang membuat jiwanya berpindah menjadi tokoh sampingan dalam webtoon Perjuangan Cinta Meriel.“Padahal aku sebagai Ranesha habis mengalami kecelakaan,” gumam si gadis berbadan mungil yang memakai jaket nan tipis tersebut. Ia ingat bagaimana mobil Ranesha terguling dan dirinya tengah sekarat saat itu. Sekarang dia berada di sini dengan sangat membingungkan. Tubuhnya yang jatuh dari atap gedung tinggi serasa melmbat. Seolah-olah gravitasi bumi tengah menolak dirinya.Mata bulat si gadis menatap
“APA?” Hail beranjak tiba-tiba sampai membuat Meriel yang hampir terlelap sambil memeluk lengannya terjungkal kaget.Namun, bukannya protes. Secara diam-diam wanita itu malah tersenyum seolah senang. Benar. Meriel kurang lebih tahu apa yang Hail dengar dari suara di seberang benda pipih tersebut. Rencananya sudah berhasil. Shade telah melenyapkan Ranesha. Ini sangat sempurna. Sekarang tidak ada lagi yang menganggu kesenangan Meriel. Sekarang, Meriel hanya perlu—“Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kumohon kali ini saja Meriel, aku harus memeriksa keadaan Ranesha. D-Dia … sedang dalam keadaan kritis karena kecelakaan.”Apa? Ternyata benar. Hail bisa kehilangan kendali jika mengenai Ranesha. Meriel mulai kesal sekarang. Padahal dulu saat Hail masih menggilainya, Hail tetap berpikir dengan logika. Tidak urang-uringan seperti ini. Ah, sangat tidak adil. Apa istimewanya seorang Ranesha di
Ranesha sudah menumpahkan segala keluh kesah gundah gulananya pada sang ayah waktu itu. Tentu saja Caspian sempat mengamuk dan hendak menyerang langsung ke rumah Hail. Namun, Ranesha tidak mengingankan hal tersebut. Ia mati-matian menahan Caspian dengan air mata yang berderai.Caspian memang luluh dan kembali tenang. Hanya saja, Ranesha tidak dapat menghentikan niat ayahnya itu yang ingin menarik semua investasi kepada Delmara Company. Karena alasan Caspian menjabat sebagai salah seorang investor tertinggi di sana hanya demi Ranesha. Kalau putri semata wayangnya itu sudah tidak bekerja dengan Delmara Company lagi, maka Caspian tidak memiliki alasan untuk membantu perusahaan tersebut.Meski hasil yang ia dapat dari saham yang Caspian miliki di Delmara Company cukup besar. Sang ayah sudah tidak peduli lagi. Baginya, kebahagiaan si putri kecil lebih utama dari pada harta. Caspian tidak ingin memiliki hubungan dengan orang yang sudah menyakiti R
“Ada yang ingin kau bicarakan, Meriel? Harusnya kau istirahat saja. Apa kau sudah lupa yang dokter katakan waktu itu? Janinmu—maksudku, anak kita … dia masih dalam kondisi yang tidak stabil. Kau sebagai ibunya harus banyak-banyak istirahat.” Hail berceramah panjang kali lebar, sambil mengambilkan segelas air putih, memberikannya pada Meriel, lalu duduk di samping sang istri.Bahaya. Hail bahkan tidak bisa merasakan apa pun lagi terhadap Meriel. Debaran jatuh cinta atau pun gairah yang menggelora, semuanya sudah tidak ada Hail rasakan lagi selain pada Ranesha. Ini sangat menyiksa. Ia harus terjebak tinggal dengan bersama orang yang dulu pernah Hail cinta. Perihal kecantikan Meriel yang dulu sangat ia kagumi pun telah sirna. Berganti dengan rasa rindu yang sangat berat pada Ranesha.“Anak kita sedang rindu ingin melihat wajah ayahnya.” Meriel bergeser untuk lebih mendekat, lalu memeluk lengan Hail yang suda