Beranda / Lain / Jeruji Tanah Anarki / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Jeruji Tanah Anarki: Bab 61 - Bab 70

93 Bab

3 kepala di padang pasir

Sampai di ruangan di mana sumber suara berasal, Fu berhenti. Ia tidak peduli dengan komentar Shaw dan Bailey terhadapnya, tetapi sejujurnya Fu enggan untuk berinteraksi langsung dengan mereka lagi.Hanya persoalan waktu. Sesuai perjanjian, Fu hanya perlu berada di sekitar Shaw sampai bocah bermata hitam agak sipit itu meraih tujuannya. Setelah itu, Fu bebas, tidak lagi terikat. Namun perbincangan dengan Shaw dan Bailey di timur laut membuat Fu seakan mendapatkan teman berbicara yang sebenarnya ia inginkan, dan itu membimbangkan keteguhan keputusannya yang lalu."Kamar!" Bailey terdengar bersuara lagi.Kamar? Fu mengernyitkan kening."Jika aku sedang di rumah, aku paling sering berada di kamar ... tempat yang membuatku benar-benar merasa bebas."Oh, pertanyaan pertama? Fu merendahkan daksanya dengan sedikit menekuk sikunya.Suara derit kursi terdengar. Bocah bermata cokelat gelap itu bangkit dari duduk, mengarahkan lentera ke sekeliling
Baca selengkapnya

Siapa di luar?

"Keningnya sangat dingin, tapi aku merasakan ada sedikit hangat di dalamnya. Kita harus mengeluarkan mereka agar dapat memeriksa denyut nadinya." Fu berujar dengan cemas, melihat ke sana kemari mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mengeruk pasir."Kalian tetaplah di sini!" ujar Fu, langsung berdiri setelah sesaat mengedarkan pandangan dan tidak menemukan apapun yang dapat membantu. Ia melesat dan melompat ke atas tebing.Shaw menaruh kotak di tangan, lalu berdiri dan berjalan melihat sekitar. Barangkali ada sebatang ranting atau batu. Bailey ikut berdiri, mencari ke sisi lain.Dalam seperempat gelas sesapan kopi, Fu kembali dengan 3 buah kayu yang cukup lebar, yang ia temukan di jenggala. Ia memberikan 2 dari kayu tersebut pada Shaw dan Bailey lalu mulai mengeruk.Ketiganya menggunakan tangan mereka untuk membantu menyingkirkan pasir-pasir. Mereka mengeruk satu per satu orang agar lebih cepat dikeluarkan.Tak mengindahkan tangan dan kuku
Baca selengkapnya

Simbol naga hibrid

Lentera ia taruh di meja. Shaw duduk perlahan di lantai, mengecilkan lagi nyala api di dalam lentera hingga penerangannya sangat temaram.Shaw mencondongkan daksanya ke depan, menatap Fu dan Bailey dengan wajah serius."Mereka lebih dari 5 orang," bisiknya.Saat ia menyalurkan hakinya ke seantero rumah melalui tungkai, getaran dari gelombang bumi lebih jelas terasa. Suhu hangat dari daksa tersalur ke alas tungkai mereka, lalu bersentuhan dengan bumi yang suhunya lebih netral.Hantaman kembali terdengar, menyebar di beberapa titik lain. Pintu depan, pintu dan jendela dapur, jendela kamar."Aku masih belum bisa merasakan hakinya. Siapapun mereka, pastilah para terlatih. Kita tidak bisa menghadapinya, harus meminta bantuan," ujar Fu, masih dengan suara berbisik.Tapi pada siapa? Fu tidak mungkin meminta bantuan orang-orang dari kelompoknya.Hantaman semakin keras. Suaranya sudah terdengar seperti ledakan. Shaw menggeleng pelan, tidak
Baca selengkapnya

Haki penguasa

 Hembusan anila di luar rumah Spencer semakin kencang. Dedaunan di pohon-pohon bergoyang menari. Kilatan cahaya terang mewarnai pertarungan anak buah Bexter dengan orang-orang berpakaian hitam bersimbol naga hibrid.Di tengah kecamuk itu, sekumpulan prajurit lain datang dari berbagai arah, menembus dinding haki berwarna seiras pelangi itu dan masuk ke dalam pertempuran. Mereka membantu anak buah Bexter yang tersudut sebab kalah jumlah dan kekuatan.Bola-bola haki hitam besar dilayangkan oleh para pemilik simbol naga hibrid, ditahan dengan haki perisai oleh sebagian anak buah Bexter dan Ascal, sedang sebagian yang lain menghantamnya dengan bola-bola haki putih. Benturan dari kedua haki bak kumpulan udara tersebut menimbulkan dentum yang nyaring nan memekikkan telinga, serta membuat hembusan anila semakin kencang. Jika saja rumah Spencer tidak dilapisi haki oleh Shaw, maka sudah pasti rumah tersebut akan porak-poranda.Beberapa pemilik simbol naga hib
Baca selengkapnya

Seperti anak-anak lain

 Ketika kabar menghilangnya 3 alumni sampai ke telinga, dan tahu jika salah satu dari 3 alumni tersebut adalah Joe, Fu menjadi resah. Ia sangat tidak tenang.Di waktu-waktu luang saat menjalankan tugasnya mengawasi Shaw, Fu menggunakan sebagian besar waktu tersebut untuk mencari Joe.Kini, Joe telah ia temukan. Fu ingin Joe selamat. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi pada Joe."Dia memiliki seorang adik laki-laki yang tinggal di Akademi. Satu-satunya anggota keluarga yang dia punya dan sangat dia lindungi. Tolong pertemukan mereka dan jangan sampai adiknya berada di luar untuk sementara waktu, atau orang-orang bersimbol naga hibrid akan menggunakan adiknya untuk mendapatkan Joe kembali," lanjut Fu.Ini adalah satu dari sekian hal yang sangat menyebalkan baginya. Orang-orang yang menjadi anak buah, pelayan, atau budak, akan memberikan data semua anggota keluarga yang dimiliki kepada tuan mereka. Dan ini kerap kali digunakan jika me
Baca selengkapnya

Rencana konspirasi?

 "Untuk sementara, kalian tinggal di sini. Semua materi pelajaran akan diberikan dan kebutuhan kalian akan diantar pelayan. Jangan pergi ke luar mansion sebelum diizinkan."Tidak banyak yang dapat Bexter katakan. Ia belum pandai menghadapi anak kecil, pun merasa tingkat kepahaman serta daya serap dirinya dengan ketiga remaja dan anak kecil di depannya tersebut berbeda. Ia hanya berharap mereka setidaknya akan mematuhi."Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi kami akan mendengarkan," sahut remaja laki-laki yang paling tinggi, diikuti anggukan 3 orang yang datang bersamanya, lantas mereka masuk ke paviliun.Bexter berbalik usai keempatnya masuk dan pintu ditutup, kemudian berjalan ke arah dungeon. Di taman, ia melihat Zander yang sedang berpatroli keliling mansion bersama Ryson. Bexter melambaikan tangan dan berjalan ke arah mereka."Tuan Larson." Zander dan Ryson menyapa seraya sedikit membungkukkan kepala."Tuan Hunt sudah pul
Baca selengkapnya

Rumah Lan Weizhe

Fu masih tertidur nyenyak. Bocah mata-mata itu tampak begitu pulas, seolah benar-benar kelelahan atau lama tidak tidur di tempat yang nyaman.Shaw tidak sampai hati membangunkan, tetapi juga teringat akan permintaan Fu sebelum tidur, dan itu membuatnya bimbang. Tidak ingin pusing, Shaw memutuskan untuk berolahraga sejenak dan membersihkan diri. Baru setelahnya kembali ke kamar."Fu .... Ayo, bangun."Burung yang berkicau di luaran semakin banyak. Shaw mengusap-usap lengan Fu, karena bocah mata-mata itu tak kunjung membuka mata hanya dengan panggilan.Fu merespon. Tangan Shaw yang cukup sejuk karena sehabis mandi bagai sentuhan salju di kulit Fu. Dingin dan dingin.Mata Fu bergerak, kemudian terbuka perlahan. Untuk beberapa saat, Fu tak lantas menyahut. Ia hanya mengerjapkan mata dan menatap langit-langit kamar."Sudah pagi, ya?" tanya Fu dengan suara kecil."Belum. Hari masih gelap. Ayo, bangun ... kuajari kau memasak sesuatu."
Baca selengkapnya

Mencurigai kuda tuan guru

‘Akan kupastikan kau menggenggam yang seharusnya kau miliki. Kau akan mendapatkan keadilanmu, Shaw. Takkan kubiarkan siapa pun melukaimu selama aku masih hidup,’ batinnya bersuara dengan teguh lagi penuh tekad.Shaw memang masih kecil. Namun Weizhe tahu, pengaruh yang dimiliki bocah itu jauh lebih besar dari yang dapat dijangkau orang.Tak seorang pun mengerti tentang betapa berbahayanya seorang Shaw. Kehadirannya di Zanwan telah menimbulkan desas-desus tanpa suara di antara para petinggi desa, terlebih sejak mereka melihat dengan mata kepala sendiri rupa Shaw hari itu, kala Shaw melepas penutup wajahnya di balairung.Weizhe memahami betul garis merah yang terikat pada Shaw. Dan ia bertekad pada dirinya sendiri, bahwa ia akan berada di sana kapan pun ia dibutuhkan.Baginya, buana terasa semakin suram setiap harinya. Jamanika masa depan yang coba ia singkap justru semakin jauh. Weizhe telah menghabiskan waktu yang sangat lama di Zanwan. Kini, i
Baca selengkapnya

Memberitahukan temuan di selatan pada Ascal

Mival sempat lupa jika Shaw tidak memiliki banyak waktu karena berusaha keras untuk mewujudkan impiannya. Bukan hanya waktu untuk Mival yang menjadi korban, tetapi juga waktu untuk diri Shaw sendiri. Mival sadar, tidak seharusnya Ia merajuk dan bersedih atas hal itu. Seharusnya Ia mendukung dan menyemangati, karena impian Shaw menyangkut kehidupan orang-orang di seantero Zanwan."Perkembangan anak itu semakin pesat," gumam Shaw, memandang Mival yang masuk ke dalam paviliun Bexter.Shaw menarik tali kekang, berniat membawa kuda ke kandang agar sang kuda tidak membuat ulah selagi dirinya bertemu Bailey."Biar aku saja."Wilton merebut tali kekang kuda dari Shaw, mencegah bocah itu untuk membawa kuda ke kandang yang berada di area belakang mansion. Ini memang tugasnya."Terima kasih! Aku masuk dulu, ya?" sahut Shaw. Wilton mengangguk dan pergi sembari menarik tali kekang kuda.Prajurit yang berjaga di depan pintu utama masuk ke dalam, kemudian
Baca selengkapnya

Operasi penambangan ilegal

Pintu yang tidak ditutup terdengar diketuk. Myriam berdiri di sana dan menundukkan kepala sesaat ketika Ascal, Bailey dan Shaw menoleh."Makan malam sudah siap, Tuan," ujar Myriam. Ascal mengangguk dan bangkit.Shaw menjadi canggung. Ia tidak ikut makan dan memilih kembali ke kamar Bailey."Duduk." Suara Ascal menghentikan langkah Shaw."Ayo, Shaw." Giliran Bailey yang berbicara. Senyum hangat terukir menghias parasnya.Shaw ragu. Ia benar-benar merasa canggung."Aku akan menunggu di kamar saja," ucap Shaw seraya tersenyum lebar."Duduk."Ascal kembali bersuara, membuat Shaw kembali berhenti. Suaranya terdengar lebih tegas kali ini."...."Shaw menelan ludah. Ia menggigit sedikit bibir bawahnya dan menggangguk pelan."Baiklah," sahutnya, menurut.Tiba-tiba, Shaw ingat dengan bingkisan pemberian Weizhe. Ia pun meneruskan langkah ke kamar Bailey untuk mengambil bingkisan yang ada di dalam tas. Tepat sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status