Home / Lainnya / Jeruji Tanah Anarki / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Jeruji Tanah Anarki: Chapter 71 - Chapter 80

98 Chapters

71. Gosip baru

Para pekerja digiring keluar gua dengan tangan terikat di belakang oleh prajurit pasukan elite, begitu pula para petugas. Hanya saja, para petugas dipisahkan dari para pekerja.Sebagian prajurit pasukan elite lain bergerak menyita seluruh peralatan dan benda-benda lain yang dianggap perlu untuk diperiksa tanpa terkecuali. Sisanya membawa para petugas yang sudah tidak bernyawa.Eduardo melirik ke atas, tepat ke arah Shaw dan yang lain. Ia menundukkan kepala sekilas ketika menatap Ascal dan menyunggingkan senyum saat matanya bersirobok dengan Shaw dan Bailey. Tidak lama. Ia lantas keluar setelah para prajurit keluar, diikuti Alton.Hutan di luar gua yang tadinya sepi kini dipenuhi manusia. Eduardo mengangkat tangannya, menyalurkan haki ke para petugas dan pekerja untuk menandai mereka. Ini dilakukan agar para petugas dan pekerja tersebut tidak bisa melarikan diri. Selepasnya, para petugas tersebut digiring kembali ke desa, menyusul pasukan elite yang membawa petugas yang sudah meninggal.
last updateLast Updated : 2022-03-12
Read more

72. Membuat kejutan untuk Jillian

Dexter, Cerys, dan Elwanda duduk di teras depan paviliun, menunggu Bexter dan yang lain pulang. Mival tidak ikut. Anak itu sudah terlelap di kamarnya.Atas bujukan Bailey, malam ini Shaw menginap di kamar Bailey. Ascal mengizinkan dan Bailey sangat senang. Ia terlalu senang sampai bercerita dengan riang di kasurnya. Namun, keceriaan di wajah Bailey sirna ketika ia mengingat ibunya. Bailey menjadi diam dan hanya menghirup udara panjang. Shaw di sampingnya ikut diam, memberikan waktu sampai Bailey bicara lagi.“Ibuku masih belum lepas dari kesedihannya,” tutur Bailey, lirih.Shaw tertegun, mengerti. Otaknya segera berpikir.Ibu Bailey butuh sesuatu agar dapat tersenyum lagi. Sebuah kejutan mungkin bagus. Pertanyaannya, sesuatu yang seperti apa?“Oh!”Mendapat sebuah ide, Shaw mengangkat jari telunjuk tangan kanannya. Senyum lebarnya terukir.“Aku punya ide untuk membuat ibumu tersenyum lagi!”Bailey mengangkat wajah, sedikit binar senang muncul di parasnya.“Apa?”“Bagaimana kalau kita m
last updateLast Updated : 2022-03-24
Read more

73. Kamar utama

Ada sepuluh pelayan termasuk diantaranya tiga asisten koki yang akan membantu mengurus sarapan keluarga Bailey serta para pekerja pagi ini. Mereka berjalan sambil berbincang hangat dengan beberapa diantaranya menggosip. Langkah riang mereka terhenti di ambang pintu dapur ketika mata mereka menangkap sosok Bailey dan Shaw.Dexter yang baru datang menaikkan alisnya melihat para pelayan bergeming. Ia mendekat. Pelayan yang melihat kedatangannya memberi jalan, membiarkan Dexter masuk ke dapur lebih dahulu.“Tuan Muda?! Shaw!?” Suara Dexter cukup nyaring.Mendengar nama mereka dipanggil, Shaw yang sedang menghitung mangkuk bubur jahe dan Bailey yang sedang menata kue apel ke piring-piring sontak mengangkat kepala.“Selamat pagi!” ucap Shaw dan Bailey bersamaan. Keduanya kemudian kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.Dexter mengerjap. Ia melamun selama sepersekian detik.“Eh? Ayo, cepat bekerja,” kata Dexter pada para pelayan.Dexter mendekati dua bocah lelaki yang masih berkutat denga
last updateLast Updated : 2022-03-27
Read more

74. Bertemunya Jillian dan Shaw

“Iya, Sayang.” Suara Jillian terdengar serak. “Masuklah.”Jillian menyibak selimut dan bangkit untuk duduk. Tangan kanannya meremas kepala yang mendadak pusing hingga keningnya berkerut dan matanya terpejam erat.Bailey masuk, merendahkan tubuhnya di samping Jillian. Raut wajahnya menampilkan kekhawatiran yang dalam.“Bu, Ibu kenapa?”Jillian tersenyum sembari mengusap-usap kepalanya.“Ibu hanya sedikit pusing karena terlalu lama berbaring,” kata Jillian. Matanya kemudian tertuju pada kedua tangan Bailey yang memegang nampan. “Apa itu? Aromanya enak sekali.”“Ah, ini kue apel dan bubur jahe!” Bailey meletakkan nampannya di kasur. “Ibu mau mencobanya?”Mata Jillian berbinar. Ia mengangguk cepat dengan senyum yang lebih mengembang. Bailey duduk, mengambil sepotong kue apel menggunakan garpu dan menyuapi Jillian.Shaw berdiri di luar pintu. Ia tidak berani masuk sebab belum diizinkan. Senyumnya merekah melihat wajah Jillian yang berseri dan Bailey yang tampak ikut senang.“Enak! Dari mana
last updateLast Updated : 2022-03-31
Read more

75. Membujuk Edvard

Belum Edvard menjawab, Shaw sudah bertanya lagi.“Kapan pertunangan Tuan Dokter Akhazel?”Shaw harus menghitung waktunya, memastikan acara pertunangan Akhazel tidak bentrok dengan rencananya agar ia dapat hadir.Edvard tidak lantas menjawab. Ia menatap lamat-lamat, memastikan Shaw tidak terluka. Walau ia yakin Shaw memang tidak terluka semalam, tetap saja Edvard ingin memastikannya sendiri. Usai tidak melihat satu gores luka pun, Edvard baru membuka suara.“Pertunangannya bulan depan,” kata Edvard. Nada suaranya sangat tenang. “Ada apa? Kau mencariku atau hanya mampir?”“A ….” Shaw mengangkat jari telunjuk tangan kanannya, meneruskan jawab sambil cengar-cengir, “Dua-duanya.”Sesudah Shaw mengatakan itu, sebuah anak panah tiba-tiba melesat dengan kecepatan tinggi dari arah barat. Shaw sontak menghindar dan mencoba menangkap anak panahnya, tetapi tidak berhasil karena Edvard lebih dahulu menarik tangan Shaw. Alhasil, anak panah tersebut jatuh menancap di tanah.Edvard melihat ke arah dat
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

76. Berita dari Haldarad

“Bagaimana jika gagal? Tindakanmu memang sudah mulai berdampak, tetapi belum menunjukkan hasil yang signifikan.” Edvard masih menolak setuju.Bukan keraguan yang menjadi batu penghalang terbesar bagi Edvard, melainkan ketakutan akan akibat yang bisa saja terjadi kalau nanti kenyataan tidak sejalan dengan rencana. Memang tidak ada yang mudah ketika itu tentang menyembuhkan luka dan trauma masa lalu.“Hasil tidak akan mengkhianati proses, Tuan Dokter, dan tidak ada perjuangan yang selesai dalam sehari kalau itu untuk sesuatu yang besar.” Sorot mata Shaw memancarkan kemantapan hati, berbaur dengan membaranya api tekad yang terus membesar.Edvard kehabisan kata-kata. Ia menatap Shaw amat lekat. Bocah berusia sebelas tahun itu tampak berbeda di matanya. Edvard seolah-olah melihat ada jiwa lain dalam tubuh Shaw. Keberanian yang terpancar dari mata Shaw bukanlah keberanian biasa.Embusan napas keluar dari mulut Edvard. Ia memalingkan wajah ke jendela dan merenung sejenak.Bagaimana seorang an
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

77. Mengintai si pengintai

“Mungkin faktor cuaca dan musim, Profesor.” Zetranio menyahut dengan santai, tidak ingin Haldarad cemas.“Pasti lebih dari itu.” Haldarad berucap yakin.Zetranio menaruh nampan ke meja dan memindahkan cangkir teh serta camilannya dari sana.“Minum dulu, Prof,” ujar Zetranio, duduk di seberang Haldarad.“Terima kasih.” Haldarad mengambil cangkir teh di depannya dan menyesapnya sedikit. “Dua hari lalu aku memerintahkan beberapa prajurit untuk mengecek laut timur dan barat. Hasilnya sama. Nelayan yang kutanyai pun mengatakan hal serupa.”Prajurit yang bertugas di daerah empat mata angin melaporkan hal yang sama, tentulah pasti ada sesuatu. Haldarad tidak bisa untuk tidak berpikir buruk karenanya.Zetranio mengetukkan jemari tangan kanannya di atas lutut kanan, berpikir.“Kalau sudah begini, aku tidak bisa menyembunyikannya lagi,” ujar Zetranio, bangkit dari duduknya. Ia mengambil seberkas dokumen bersampul merah, menaruhnya di meja depan Haldarad.“Sudah kuduga kau sudah mengetahuinya. Ka
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

78. Shaw vs pemanah misterius

Diperhatikan lebih jeli, sang sosok tampak seperti orang baru. Shaw tidak memiliki ide akan siapa gerangan sosok tersebut. Sudah pasti bukan Fu karena perawakannya berbeda. Sosok ini lebih tinggi dan berisi. Dari area kening dan tangannya, terlihat bahwa ia memiliki kulit yang lebih kecokelatan dibandingkan kulit Fu, kedua matanya terlihat lebih sipit.Tidak ada tanda pengenal di sisi kiri maupun kanan tubuh sang sosok, Shaw makin bertanya-tanya dan berhati-hati. Haki yang ia rasakan menguar dari sang sosok sungguh tidak bisa ia remehkan.Sepersekian detik membisu. Hanya suara embusan angin dan hewan hutan yang terdengar, itu pun cukup jauh dari keduanya. Area hutan di sekitar menjadi sangat hening dan sunyi, pertanda bahaya mengintai.Mencoba memberanikan diri, Shaw keluar dari persembunyiannya, melompat dan mendarat di dahan pohon seberang dari sang sosok.“Kenapa kau mencoba membunuhku?” tanya Shaw begitu kakinya berpijak.Kehadiran Shaw yang tiba-tiba tak ayal membuat sang sosok te
last updateLast Updated : 2022-05-13
Read more

79. Shaw pembunuh

“Tidak usah hiraukan mereka, Shaw,” kata Bailey yang duduk di depan Shaw.“Aku tahu.”Bailey menghentak tali kekang, memacu kuda lebih cepat lagi. Wilton di belakang pun mempercepat laju kudanya.Sampai di mansion, Wilton langsung pergi lagi setelah sang sosok dibawa ke balai pengobatan. Ia keluar bersama Bexter dan Ryson, berpisah di depan gerbang. Wilton pergi ke barat, ditugaskan Ascal untuk memanggil Edvard sedangkan Bexter dan Ryson ke utara untuk mengambil anak panah yang dikubur Shaw.“Sudah. Dia akan baik-baik saja.” Bailey menepuk pundak Shaw, mencoba menenangkan sahabatnya yang masih cemas dan murung.Ascal yang keluar dari ruang pengobatan berhenti beberapa meter di belakang Shaw dan Bailey. Ia diam, memperhatikan kedua bocah di hadapannya.“Aku takut, Bailey. Walau aku merasakan aura gelap darinya, tapi aku yakin dia orang baik. Dia sempat terlihat sedih tadi,” kata Shaw.Petarung di arena tidak boleh memiliki perasaan. Itu adalah prinsip yang diajarkan di semua sekolah di
last updateLast Updated : 2022-05-14
Read more

80. Bertemu Bold lagi

“Saya baik-baik saja, Tuan Muda.” Wilton tersenyum.“Hah, ya sudah.” Bailey beralih menatap Shaw. “Kalau ada apa-apa kabari aku. Apa pun itu. Hal kecil sekalipun.”Perjalanan kisah mereka memasuki tahap serius yang kian mendebarkan tiap harinya, terlebih kali ini Shaw hendak melaksanakan tugas dari sang ayah, menghadirkan rasa tidak sabar dalam hati Bailey untuk mendengar tiap perkembangannya.Shaw mengangguk, memasang senyum lebar hingga menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi.“Kalau ingat,” kata Shaw.Bailey berdecak.Terkadang Bailey iri dengan kebebasan Shaw. Ia berandai-andai terlahir bukan dari keluarga bangsawan Zanwan, bukan sebagai penerus takhta. Namun, bukan berarti ia tidak menyukai dan mensyukuri takdir hidupnya. Ia hanya ingin bisa sebebas Shaw.“Ya sudah. Aku pergi dulu,” pamit Bailey, menunggangi kuda dan pergi ke sekolah bersama Wilton.Shaw pun menunggangi kudanya, pergi ke arah berbeda.Di tengah jalan, Shaw bertemu sekumpulan anak orang kaya di distrik Aloclya
last updateLast Updated : 2022-05-17
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status