Semua Bab Jeruji Tanah Anarki: Bab 81 - Bab 90

98 Bab

81. Gerbang selatan

Shaw melajukan kudanya ke selatan, pulang ke rumah. Ia mengambil jalur pemukiman penduduk. Ketika melewati alun-alun distrik, untuk beberapa menit laju kudanya melambat dan pikirannya mengelana. Teringat ia pada sebuah kepala yang pernah tergantung di sana. Sekarang alun-alun itu kosong. Hanya terlihat beberapa prajurit yang berjaga di pos sebelah alun-alun, dekat dengan perumahan.“Entah hari ini, esok, lusa, atau hari seterusnya, kepala seseorang mungkin akan tergantung lagi di sana.” Pelan suara Shaw keluar kala ia bergumam.Beberapa jenak berselang, Shaw melanjutkan perjalanan.Dedaunan terlihat berserakan memenuhi halaman ketika Shaw sampai di depan rumah. Padahal tidak lama ditinggal, tetapi rumah tua itu sudah seperti rumah yang lama tidak dihuni.Shaw menalikan tali kudanya di tiang halaman samping dekat dapur. Rencana untuk langsung membuat bekal pun ia tunda dan memilih membersihkan rumah serta halaman lebih dahulu.Sekelumit rasa rindu pada Spencer dan Gracie menyeruak, hadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-11
Baca selengkapnya

82. Kabut

Shaw tidak ingin peduli. Benaknya mengatakan ia harus segera pergi. Jadi, ia lanjut memacu kudanya. Namun, bayangan itu muncul lagi. Seakan-akan memperjelas bahwa Shaw adalah target, bayangan tersebut terus menunjukkan entitasnya, melesat dari pohon ke pohon di sekeliling Shaw. Meski begitu, Shaw tetap berusaha mengabaikan.“Kecepatannya lebih tinggi dari semua mata-mata yang pernah kutemui. Apa dia Fu? Hanya Fu yang bisa secepat ini, tapi ... mengapa Fu tidak langsung menemuiku?” Shaw bertanya-tanya dalam hati.“Tunggu ….” Lagi, Shaw membatin.Shaw merasakan keberadaan haki lain selain dari haki sang mata-mata yang melesat.“Lebih dari satu orang!”Semerbak aroma bunga lili menguar tajam dalam sekejap, tercium harum di hidung Shaw. Aneh.Merasa ganjil, Shaw pun berhenti. Lagi, ia menghirup udara memastikan aroma yang masuk ke indra penciumannya tersebut.“Apa ini benar-benar aroma bunga lili?” Benak Shaw bertanya yang lebih kepada menebak.Selain harum, aromanya segar dan manis. Namun
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-11
Baca selengkapnya

83. Serangan di hutan ketiga

Kantung-kantung panasea, ransel, peralatan, bekal, serta tenda diturunkan, kemudian disembunyikan di balik semak.“Kalian berhati-hatilah,” pesan Eroth.Khosrow dan Vidar mengangguk.Kali ini Eroth memperlakukan budaknya dengan lebih baik. Ia berkaca dari masa lalu, juga dari memikirkan akibat yang bisa saja terjadi karena Mival dibeli oleh Shaw yang berteman dekat dengan Bailey sang putra mahkota. Eroth takut jika kelak ia dan keluarganya akan mendapat hukuman atau lebih parah dari itu karena menyinggung putra mahkota dan teman baiknya. Pria itu berpikir cukup panjang.Ketiganya lekas berpisah. Eroth langsung ke utara dengan kudanya sementara kedua budaknya bergerak dengan berjalan kaki. Vidar ke selatan dan Khosrow langsung ke timur mendekati kabut tempat Shaw berada.“Bocah ini punya ketahanan dan keteguhan hati yang bagus.” Mata-mata yang berdiri di sisi timur membatin, mengamati Shaw di sela serangannya.Pletak!Pletak!Bagai awan yang seketika mengguyur deras bumi dengan airnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-13
Baca selengkapnya

84. Teknik penyembuhan tingkat 7

Haki Aaban menjalar seperti gelombang transparan. Kecepatannya tinggi walau tidak secepat teleportasi atau penglihatan dan sejenisnya. Kendati begitu, kecepatan dari kemampuan haki jenis ini dapat meningkat dalam beberapa kasus. Selain itu, kemampuan haki Aaban tergolong langka di Zanwan.“Apa itu?” Aaban bergumam lirih.Di sana, di hutan ketiga, Aaban melihatnya. Pertarungan dan haki yang besar.Kepalan tangan Aaban menguat. Ia bergegas turun dan memanggil anak buahnya.Di hutan ketiga, Shaw, Khosrow, dan Vidar menguasai pertarungan mereka. Namun, Shaw mulai terlihat kewalahan. Di serangan berikutnya, Shaw terpental dan berguling di tanah. Ia mengerang tertahan. Goresan luka yang didapatkannya saat di dalam kabut masih terbuka dengan darah yang masih basah. Tubrukannya ke tanah menyebabkan luka-luka itu terasa lebih menyakitkan.“Shaw!” Khosrow berteriak.Ingin Khosrow mendekat, tetapi tidak dapat ia lakukan. Mata-mata yang ia hadapi masih terus menyerang membabi buta.“Akhiri bocah i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-14
Baca selengkapnya

85. Desa neraka dan tetua desa

“Ya sudah.” Eroth menghela napas.Selain belajar bersikap baik pada budaknya, Eroth pun belajar untuk tidak memaksakan kehendak. Itu sungguhan, bukan sandiwara yang dibuat-buat.Di depan mereka, Aaban mendengarkan dalam diam. Komandan itu sibuk dengan pikirannya.Menjelang ujung dari hutan ketiga, Fu tiba-tiba berujar. Suaranya terdengar serius di telinga Shaw.“Berhenti, Shaw.”Shaw kontan menghentikan laju kuda.“Ada apa?”“Kita ambil jalan lain.”“Kenapa? Ada apa dengan jalan ini?”“Ada sesuatu di depan. Hakinya tidak jauh berbeda dengan Kaye dan teman-temannya.”“Ha?”Shaw menatap lurus, lalu memejam, mencoba merasakan haki di depan, tetapi tidak merasakan atau melihat apa pun.“Aku tidak merasakan apa pun,” kata Shaw seraya membuka mata.Fu berdecak dan memegang kedua pundak Shaw. Aliran haki mengalir dari tangannya.“Coba lihat lagi.”Shaw mengiyakan.Bayangan sosok berjumlah lebih dari sepuluh terlihat di kejauhan di depan dengan haki yang mirip seperti Kaye dan anggotanya. Shaw
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-15
Baca selengkapnya

86. Hutan hitam

“Tidak ada yang gratis.” Fu menyeringai tipis.Shaw berdecak. “Kubayar dengan manisan.”“Apa itu? Tidak cukup! Informasi dariku sangat mahal, tahu.”“Ck, kubayar dengan makanan lain. Kau bebas memintanya dan aku akan membuatkannya untukmu,” tawar Shaw.Fu menyeringai penuh kemenangan. Sebuah siasat terlintas di benaknya.“Bisa dipertimbangkan,” kata Fu. Sesaat kemudian seringai di wajahnya hilang, berganti ekspresi serius. “Kurangi kecepatan kudanya. Melewati batang pohon besar di depan itu, buat kudanya berjalan biasa.”“Huh? Oke.”Shaw percaya pada Fu. Ia mengikuti instruksi Fu tanpa ragu walau tidak sepenuhnya mengerti. Ia tidak melihat apa pun, hanya kudanya dan Fu yang mampu melihat dalam gelap.Pohon-pohon besar yang dimaksud Fu berada 20 meter dari mereka. Warna pohonnya gelap dan tampak mati bagai melambangkan sesuatu yang misterius. Pepohonan itu seakan-akan telah terbakar. Meski begitu, dedaunannya sangat rimbun.Melewati dua pohon besar tersebut, kuda memasuki hutan yang leb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-16
Baca selengkapnya

87. Penemuan Avidius

“Ada yang menarik perhatianmu, Vid? Aku sampai mengantuk menunggumu.” Bailey mengerjap, mencoba menyegarkan mata.“Ah, maaf … maaf. Tadi ada yang harus kulakukan. Ada sesuatu! Jadi, aku kembali lebih lama.” Avidius tersenyum kikuk, menampilkan lekuk pipinya.Avidius adalah cucu Barid. Ia satu sekolah dengan Leonere.“Sesuatu apa?” Leonere bertanya.Tangan putih kemerahan Avidius mengeluarkan sebuah kain merah dari saku pakaian di balik jubahnya. Saat kain dibuka, Leonere dan Bailey membulatkan mata melihat benda yang terpampang di sana.“Bukankah itu ….” Kata-kata Leonere terhenti. Ia mendekat tergesa dan memegang benda yang ditunjukkan Avidius. “Ini, kan ....”“Dari mana kau menemukan itu?” Bailey juga mendekat.Avidius melirik ke arah belakang sesaat, memastikan sekitarnya aman. Senyumnya pudar seketika.“Dari hutan barat laut. Aku menemukannya tadi,” bisik Avidius.Bailey dan Leonere saling menatap. Pikiran keduanya seolah-olah tersambung.“Bukankah kau pergi ke rumah temanmu di dis
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-21
Baca selengkapnya

88. Penjaga hutan hitam

Menjelang pagi, suara kehidupan awal sekali menggaung. Beberapa penduduk desa sudah mulai melakukan aktivitas mereka. Sebagian di dalam rumah, sebagian di luar rumah.Satu di antara manusia yang telah lepas dari peraduannya adalah Wilton. Ia bertugas pagi kali ini.“Selalu rajin, ya!” Zander berkomentar. Kuda-kuda di kandang bersuara antusias saat Zander memberi mereka makan.“Tidak juga. Aku hanya tidur cukup nyenyak semalam dan tubuhku terasa lebih segar saat aku bangun. Jadi, ya, mungkin lebih bersemangat,” sahut Wilson seraya terkekeh kecil.“Padahal kau hanya tidur sebentar, 'kan, semalam,” celetuk Zander. Tangannya cekatan melipat karung-karung rumput yang sudah kosong.Wilton tersenyum cerah menanggapinya. Ia memeras kain yang dipakai untuk mengelap kuda yang akan ia pakai untuk mengantar Bailey ke sekolah.“Sebentar pun tetap saja namanya tidur, Zan,” kata Wilton, keluar dari kandang sambil membawa kain basah dan ember hitam kecil.“Ya, tidak salah.”Suara derap kaki nyaring be
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-24
Baca selengkapnya

89. Pertarungan Fu dan Tibate

“Kau sedang bercanda?” Tibate mendengkus kasar. Ia jelas tidak suka.Pria plontos itu tahu dirinya sudah hidup lama, tetapi bukan berarti ingatannya menua. Ia tahu ingatannya masih berfungsi dengan sangat baik. Ia sangat meyakini itu.“Aku tidak bercanda,” sanggah Fu, berkacak pinggang. “Kau memberitahukannya sendiri padaku saat aku memberimu buah persik. Kalau kau masih tidak ingat, berarti ada yang salah dengan ingatanmu.”Buah persik?Tibate mengernyit. Ia merasa tidak asing, tetapi tidak mengingat apa pun.“Sudahlah. Lebih baik kalian pulang sekarang dan akan kuanggap ini tidak pernah terjadi,” ujar Tibate sambil memasang wajah serius.“Tidak bisa!” Shaw berseru. “Aku harus pergi ke tenggara!”“Ya. Kami tidak bisa kembali ke desa saat ini,” timpal Fu.Tibate memukulkan ujung pedangnya ke tanah, menimbulkan gelombang angin yang kencang. Dedaunan dan batu kerikil tersapu, begitu pun Fu dan Shaw yang ikut terpental.“Aduuh!” Shaw mengerang, berusaha bangun dan berdiri.“Sepertinya tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-26
Baca selengkapnya

90. Janji pada Jenderal Besar

Pria berjanggut memperhatikan sambil mengusap-usap janggut dan kumisnya. Saat otaknya mengingat sesuatu tentang Fu, matanya melebar.“Kau ingin aku mencincangmu, hah?!” Tibate berseru.Setelah ikan bakarnya rusak, sekarang dirinya yang nyaris terbakar. Pria plontos itu tidak terima.Tibate menghentak tanah dengan kakinya, bergantian kaki kanan dan kaki kiri. Pegangannya pada gagang pedang makin erat.Fu melompat mundur, mengambil sikap siaga, meningkatkan kewaspadaannya. Ia siap dengan apa pun yang akan Tibate lakukan untuk membalasnya.Sebelum Tibate menyerang balik, pria berjanggut yang masih menggenggam keranjang bambu berjalan ke depan Tibate, lalu berdiri memunggungi Fu dan Shaw.“Kau mau dikutuk atau sudah bosan hidup?!” tanya pria berjanggut.“Apa maksudmu? Kalau kau hanya ingin aku berhenti memberi anak itu pelajaran, sebaiknya kau minggir!” balas Tibate.“Kau tahu kau sedang berhadapan dengan siapa? Kau tidak berencana mengingkari janjimu pada Jenderal Besar, 'kan?! Ini memang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status