Home / Romansa / Cinta Ipar Duda / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Cinta Ipar Duda: Chapter 61 - Chapter 70

90 Chapters

Bab 59. Petaka Divo

“M-mas!”Divo begitu kaget melihat kehadiranku di ruang rawatnya. Aku berdiri di sisi ranjangnya ketika tak berapa lama setelah ia sadarkan diri. Aku memposisikan diri tepat di sampingnya malam itu. Duduk di kursi samping ranjang Divo. Kutatapi balutan perban di kepala dan kakinya yang menggantung. Kudengar dari Venya, luka kepalanya tidak begitu serius. Namun, luka kaki yang sempat terjepit di antara dashboard dan bangku kemudi membuat banyak syarat dan otot yang terputus. Tulangnya hancur tak berbentuk. Sehingga kaki kirnya itu harus diamputasi hingga batas atas lutut. Aku miris melihat kondisinya itu.“Ba-bagaimana M-mas bisa tahu a-aku di sini? Bu-bukankah Mas di Jakarta?” tanyanya heran penuh tanya. Aku mengangkat salah satu sudut bibirku sambil menatapnya hiba. Namun, teringat kembali semua kelakuannya yang tak berubah aku kembali merasa miris.“Kau masih tidak berubah, Vo. Mengapa kau masih berusaha menyakiti Viona?” ta
Read more

Bab 60. Pertemuan dengan Viona

Bab 60 Hari ini Mama dan Papa akan datang menjenguk Divo. Aku sengaja tidak bekerja hari ini, karena telah berjanji menemani Divo dan bertemu dengan Mama Papa di rumah sakit, sekalian menjenguk Bayu di ruangannya.Aku melangkah pasti menuju ruang perawatan Divo dengan langkah tenang. Kuhela napas ringan, kala berdiri tepat di depan pintu bertuliskan Kenanga  Room itu. kutekan handle pintu dan mendorongnya pelan. Pemandangan tubuh Divo yang terbaring lemah, langsung menjadi pemandangan awal yang kulihat. Aku maju beberapa langkah dan berbalik menutup pintu. Kemudian, mendekati tubuh Divo yang terbaring di ranjang. Adik angkatku itu ternyata sudah bangun. Dua netranya menatap langit-langit kamar rumah sakit dengan tatapan aneh.Aku langsung memposisikan diri duduk di sampingnya dan menatap ke arahnya. Baru saja bobot kuhenyakkan di kursi, baru aku sadari, wajah Divo ternyata memerah dan menegang. Sepuluh jemarinya meremas sisi tempat tidur denga
Read more

Part 61. Wanita yang Datang ke Kantorku

Bab 61 Viona menatapku dengan iris coklatnya yang membuat aku bergeming beberapa saat. “Ah! please, Viona. Biarkan aku bisa melupakanmu.”“M-mas Dion?”ucapnya.Aku terpaku menatap wajah itu. Betapa aku ingin memeluknya dan mengatakan padanya, bahwa aku rindu. Wajah lembutnya berubah sendu. Seakan ingin meluapkan kesedihan di sana. Ah! tidak! Aku tidak boleh membiarkan hatiku serapuh ini. yang akan membuat kekacauan yang beruntun. Banyak orang-orang yang akan terluka bila aku seegois ini.“Apa khabar, Viona?” ucapku menetralkan diri. Kuberikan ia sebuah senyuman yang tenang, sebagai sebuah isyarat, bahwa aku baik-baik saja. Meski tidak dengan hatiku. Viona membuang pandangan dariku. Sepertinya, ia juga sedang berupaya menetralkan hati. Kemudian, percakapan demi percakapan pun mengalir. Sepertinya, ia benar-benar telah melupakanku dan menerima kehadiran Fery. Syukurlah!“Mimi kenal Om Baik juga?
Read more

Bab 62. Bertemu dengan Dokter Venya

  Seperti kesepakatanku dengan Mama. Aku akan memberikan ketenangan buat semua orang. Aku akan menghilang dari kehidupan mereka. Namun, sebelumnya ada yang ingin aku lakukan. Aku harus menemui seseorang yang sangat dirugikan dalam masalah ini. Bagaimanapun itu, aku adalah orang yang bertanggung jawab atas rasa sakit yang ia dapatkan.Kudatangi rumah sakit tempat Dokter Venya bertugas. Berita yang kudapat dari Mas Dion semalam, Mbak Venya tidak di tempat. Ia keluar negeri beberapa hari lalu. Aku akan ke sana menemui suster Rani yang sejak aku menjaga Bayu di rumah sakit, kami juga sudah saling dekat. Ia tahu, aku adalah mantan ipar calon tunangan Dokter Venya.Kulangkahkan kaki kembali di rumah sakit tempat Bayu pernah di rawat dan mencari keberadaan Mbak Rani. Aku menanyakannya di front office. Sangat kebetulan sekali, Mbak Rani sedang bertugas dan sedang berada di ruang perawat bagian interne. Aku menghampirinya ke sana.Sampa
Read more

Bab 63. Kaget

  Ia menundukkan wajah sambil tersenyum tipis. Wajah riang yang sedari tadi aku lihat tergurat di wajah cantiknya sirna seketika. Ia masih bungkam, bahkan memalingkan wajah ke samping tepat ke sekat kaca yang membatasi ruang ini dengan pemandangan di luar sana. Aku merasa bersalah dengannya. Namun, bukankah itu tujuan aku menemuinya?“Mbak,” ucapku dengan suara pelan dan sangat berhati-hati. “Aku minta maaf telah mengacaukan hubungan kalian,” sambungku lagi. lagi-lagi wanita cantik itu tersenyum sesudah mendengkus dan menekurkan wajah.“Bukan kamu yang salah, Vi. Aku yang terlalu bucin. Aku pikir keadaan bisa berubah,” ucapnya yang membuatku mengernyitkan dahi.“Maaf, Mbak. maksudnya apa?’Ia mengangkat wajahnya sambil menghembuskan napas berat. Kemudian menatap nanar kea rah belakangku, seakan ia sedang masuk dalam dunia lain yang tak terlihat olehku.“Aku mencintainya
Read more

Bab 64 Aku Pergi

 “Kupikir kalian harus bersatu,” ucapnya lagi yang membuat aku makin terkejut.“Tapi, Mbak!” cekalku.“Kau tidak ingin kehilangan orang yang kau sayangi, kan?” tanyanya kemudian.“Mbak! Tapi, bukan itu maksudku datang ke sini,” ujarku. Mbak Venya menghentikan gerakannnya dan menatapku kembali. Aku sungguh malu dengan kebesaran hati Mbak Venya yang luar biasa. Mana ada orang yang bisa bersikap seperti dirinya saat sekarang ini.“Maksudku, aku sudah melupakan semua itu, Mbak. Semua itu hanya kesalahan. Aku malu sama Mbak,” ucapku kemudian. Mbak Venya kembali tersenyum. Ia meletakkan sendok dan garpu yang ada di tangannya ke sisi piring. Kemudian menatapku dengan raut tenang.  “Siapa yang bisa menyalahkan rasa. Aku juga sama seperti kamu. Bego, orang bilang! Masih bertahan dengan rasa yang kumiliki. Sementara di sekelilingku, entah berapa orang yang berharap aku membu
Read more

Bab 65. Keputusan

  Lelaki itu mendekat dengan tatapan tenangnya. Kemudian, terdiam di hadapanku yang menatap padanya. Ia kemudian tersenyum samar.“Hai, Vi. Bolehkan aku duduk di sini?” tanyanya. Aku mengangguk pelan dan untuk ia duduk di semeja denganku dan Mas Feri. Ia menarik kursi yang ada di sampingku dan duduk di sana. Kemudian menatap Mas Feri yang masih terdiam.“Maaf, Fer. Aku ke sini cuma ingin tahu tentang Venya,” ucapnya kemudian sambil menatap Mas Feri.“No problem! Toh! Antara kita sudah tidak keterikatan apa-apa. Lu bisa melakukan apapun. Viona  berhak menentukan dengan siapa ia bicara,” sahut Mas Feri. Ia kemudian bangkit.“Ohya, Maaf. Aku masih ada pekerjaan. Kalian bicaralah. Aku permisi dulu,” ucap Mas Feri kemudian.  Ia lalu berlalu dari hadapan kami, meninggalkanku dan Mas Dion di meja ini.“Vi, kau bicara dengan Venya?” tanyanya setelah kami terdiam
Read more

Bab 66. Pulang Kampung

“Mi, kita kemana cih? Kok naik mobil becal begini?” tanya Bayu ketika mobil besar yang kami tumpangi melaju di jalanan lintas provinsi itu. Bayu kebingungan, karena memang tak pernah kubawa pulang ke kampung halamanku yang tidak ada bandaranya. Kampung halamanku hanyalah sebuah pulau kecil yang indah, yang dipenuhi lokasi wisata dengan destinasi yang memanjakan mata. Namun, sayang, belum ada bandara di sana.Untuk bisa ke pulau itu, aku hanya bisa menggunakan bus. Kemudian disambung dengan kapal kecil. Bayu yang belum pernah melihatnya sama sekali, sangat terpesona dengan perjalanan kami. Ia tak hentinya tersenyum sepanjang waktu. Ia begitu antusias melihat semua itu. Sementara, aku terkantuk-kantuk di sampingnya yang terus berceloteh.“Mi, kita mau ke kampung Mimi? Kampung itu apa?”Aku kembali membuka mata yang mulai terpejam, saat mendengar pertanyaan Bayu itu. Ia ternyata tidak tertidur sama sekali. Perjalanan kami yang sudah berlanju
Read more

Bab 67. Mengapa Bisa Sama?

Senin, 02 maret 2020Pagi ini, setelah semua sisi toko telah bersih dan rapi dengan bantuan dua karyawanku, aku kembali mengambil posisi di meja kasir seperti hari-hari sebelumnya. Menanti kedatangan tamu-tamu yang semoga saja memberikan keuntungan besar untuk usahaku hari ini.Hampir seminggu sejak Vyu Mart dibuka, aku telah berhasil menyisihkan uang untuk ditabung, di luar uang yang kuputarkan kembali untuk memperbaharui barang-barang di Vyu Mart. Aku bangga, walau di keluargaku tidak mengalir darah dagang. Nyatanya berkat D-Vion, aku merasa cukup mahir berniaga. Hal itu membuat aku cukup senang. Setidaknya, masih ada memory positif yang aku dapat selama di ibu kota,Namun sama seperti tahun-tahun lalu, aku tetap tidak memiliki teman untuk sekedar tertawa dan bercanda. Hidupku masih seperti dulu, tertutup dari dunia luar. Apakah ini takdirku sebagai Viona yang sangat pendiam? Aku bahkan tak mempunyai teman lama untu
Read more

Bab 68 Bangkit

Bab 68Bangkit Hari ini aku sudah merasa cukup lapang. Aku merasa sudah siap memulai hari-hariku ke depan dengan lebih baik. Aku ingin memulainya kembali, meraih kebahagiaan dengan cara berbeda. Bukankah hidup itu hanya sekali? Aku harus bisa memberikan yang terbaik untuk hidupku. Lupakan apa pun yang membuat hati ini terluka.Janji reunianku dengan Vanny, Dira dan Monty akhirnya terjadi juga. Aku sengaja meminta Mama bisa menggantikanku di Vyu Mart. Mengawasi karyawan yang kuperbantukan di sana. Mama menyuport langkahku. Sepertinya, ia senang aku mau membuka diri dengan teman-teman. Sehingga, aku bisa sedikit lebih memanjakan hati.Kami janjian di sebuah tempat untuk bertemu. Namun setelah bertemu, Dira malah mengajak kami ke pantai. Tempat yang awalnya ditolak Monty yang masih melajang dan masih menikmati hari-hari cerianya.“Please, guess. Gue pengen muda lagi ini. capek tau, selalu direpotin anak banyak. Kalian ngerti, ya?&r
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status