Beranda / Romansa / Cinta Ipar Duda / Bab 67. Mengapa Bisa Sama?

Share

Bab 67. Mengapa Bisa Sama?

Penulis: Dean Han
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Senin, 02 maret 2020

Pagi ini, setelah semua sisi toko telah bersih dan rapi dengan bantuan dua karyawanku, aku kembali mengambil posisi di meja kasir seperti hari-hari sebelumnya. Menanti kedatangan tamu-tamu yang semoga saja memberikan keuntungan besar untuk usahaku hari ini.

Hampir seminggu sejak Vyu Mart dibuka, aku telah berhasil menyisihkan uang untuk ditabung, di luar uang yang kuputarkan kembali untuk memperbaharui barang-barang di Vyu Mart. Aku bangga, walau di keluargaku tidak mengalir darah dagang. Nyatanya berkat D-Vion, aku merasa cukup mahir berniaga. Hal itu membuat aku cukup senang. Setidaknya, masih ada memory positif yang aku dapat selama di ibu kota,

Namun sama seperti tahun-tahun lalu, aku tetap tidak memiliki teman untuk sekedar tertawa dan bercanda. Hidupku masih seperti dulu, tertutup dari dunia luar. Apakah ini takdirku sebagai Viona yang sangat pendiam? Aku bahkan tak mempunyai teman lama untu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
ihhh knp aktor mas dion sgt mempesona ya thor, ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Ipar Duda   Bab 68 Bangkit

    Bab 68BangkitHari ini aku sudah merasa cukup lapang. Aku merasa sudah siap memulai hari-hariku ke depan dengan lebih baik. Aku ingin memulainya kembali, meraih kebahagiaan dengan cara berbeda. Bukankah hidup itu hanya sekali? Aku harus bisa memberikan yang terbaik untuk hidupku. Lupakan apa pun yang membuat hati ini terluka.Janji reunianku dengan Vanny, Dira dan Monty akhirnya terjadi juga. Aku sengaja meminta Mama bisa menggantikanku di Vyu Mart. Mengawasi karyawan yang kuperbantukan di sana. Mama menyuport langkahku. Sepertinya, ia senang aku mau membuka diri dengan teman-teman. Sehingga, aku bisa sedikit lebih memanjakan hati.Kami janjian di sebuah tempat untuk bertemu. Namun setelah bertemu, Dira malah mengajak kami ke pantai. Tempat yang awalnya ditolak Monty yang masih melajang dan masih menikmati hari-hari cerianya.“Please, guess. Gue pengen muda lagi ini. capek tau, selalu direpotin anak banyak. Kalian ngerti, ya?&r

  • Cinta Ipar Duda   Bab 69. Mas Danny

    Sejak saat itu, kami jadi sering bertemu. Terlebih Vanny yang ternyata lokasi tinggalnya tidak seberapa jauh dari rumahku. Seperti kali ini, ia kembali bertandang ke rumahku. Lagi-lagi aku minta izin Mama menggantikan aku mengawasi toko. Aku menjamu Fanny di rumah. Kebetulan, aku juga habis menjemput Bayu. Bayu yang mungkin kecapean, langsung tertidur saat pulang sekolah. Aku menjamu Vanny di ruang tamu rumah mamaku.Vanny sangat penasaran dengan sosok Mas Dion yang kukatakan mirip dengan kakaknya. Ia tak percaya dengan apa yang aku ucapkan. Sampai akhirnya, ia melihat dengan mata kepala sendiri.“Benar-benar mirip!’ ujarnya dengan wajah kaget. Ia terus mematut lelaki yang ada di gawaiku itu. Sebelum akuhirnya kembali memberikannya kembali padaku."Kok bisa, ya?” tanyanya sambil“Makanya, Van. Serius, gue kaget banget kemaren,” ucapku.Sejurus kemudian, Fanny kembali menatapku. Namun makin lama, tatapan itu

  • Cinta Ipar Duda   Bab. 70 Senang Berada di Antara Mereka

    Gila! Vanny benar-benar gadis gila seperti yang kukenal dulu. Ia dengan sengaja menyusun sebuah rencana untukku dan Mas Danny. Aku terjebak dengan ajakannya yang telah kuiyakan beberapa hari lalu. Ia berniat ingin mengajakku dan Bayu ke sebuah pulau lain yang mempunyai destinasi yang lebih memikat dengan pantai karang dan pasir putih serta airnya yang dangkal. Siapa sangka, ketika memasuki mobil miliknya, aku sudah dikejutkan dengan keberadaan Mas Danny dan Mas Rangga-suaminya yang tersenyum padaku. Terlebih Vanny, ia seakan tersenyum penuh kemenangan telah berhasil menjebakku. Ingin rasanya aku memukul dia saat itu juga. Tingkah kekanakkannya masih tidak berubah. Meski kami telah melewati masa SMA cukup lama. Aku hanya bisa menuruti rencananya itu dengan menahan geram. Namun, itulah Vanny, ia masih Vanny yang sama seperti yang kukenal dulu. Kami berwisata ke sebuah pulau yang cukup unik. Ia, Mas Rangga—suaminya, Mas Danny, Bayu dan aku menikmati pemandangan alam yang sangat

  • Cinta Ipar Duda   Bab 71. Ketika Rencana Pernikahan Sudah Ditetapkan

    Akhirnya, hari ini aku menerima kedatangan Vanny dan keluarganya ke rumahku. Vanny, Mas Rangga, Mama, Papa Vanny serta Mas Danny, mereka kini ada di rumahku dengan tujuan yang sama dengan rencana Vanny semula, melamarku untuk menjadi pendampig Mas Danny. Papa dan Mama Mas Danny tidak keberatan meski bermenantukan aku yang telah memiliki seorang anak lelaki berusia tujuh tahun. Mereka bahkan sangat menyayangi Bayu. Mama Mas Danny senang ketika bertemu Bayu yang cerewet. Mereka gemas dengan semua jawaban yang diberikan Bayu ketika ditanya. Sehingga, gelak tawa pun menggelegar di rumahku itu.Demikian juga dengan mamaku. Mama ikut haru melihat aku kembali menemukan jodoh untuk kedua kalinya. Setelah, hampir lima bulan tinggal di kampung sebagai sigle parent yang bersedih. Beliau memelukku hangat dan menatapku haru, ketika sekilas ke dalam memanggilku yang sedang menyiapkan minuman untuk Vanny dan keluarganya.“Nak! Mama pikir, Al

  • Cinta Ipar Duda   Part 72. Berita Kehamilan Dokter Venya

    Pagi ini aku kembali dengan aktivitas toko yang hampir dua minggu sering kutinggalkan. Jadwal pernikahanku masih tinggal satu setengah bulan lagi. Namun, sejak terakhir kejadian di rumah Vanny, aku sama sekali belum tahu perkembangan tentang Tante Meisya. Mas Danny dan Vanny pun belum memberi khabar apa-apa padaku. Entah apa yang terjadi dengan Tante Meisya saat itu.“San, tolong nanti cek setiap item barang sisa, ya? Mbak mau audit penjualan dan barang-barang kitai,” ucapku pada karyawanku Santi.“Iya, Mbak,” jawabnya sopan. Kemudian berlalu dari tempatnya berdiri tadi. Aku pun membuat rekapan penjualan dan barang sisa yang tercatat di computer. Menatapi computer yang ada di hadapanku itu dengan teliti, untuk mengevaluasi sejauh mana toko ini berkembang di tanganku, berapa laba dan kerugian yang ditimbulkan progress yang kujalani, sebagai bahan pertimbangan kebijakan di waktu mendatang.Namun, baru saja aku selesai mengedit beberapa item

  • Cinta Ipar Duda   Bab 73 Berita

    {Vi, kapan kamu bisa menemami Tante ke sana?} Sebuah chat dari Tante Meisya mengawali pagiku kali ini. Belum kelar aku mempersiapkan diri untuk ke toko, aku sudah dikejutkan denga notifikasi dari Tante Meisya yang mendesak jawaban dariku. Ia sepertinya tidak sabar ingin mewujudkan niatnya bertemu dengan Mas Dion dan keluarga besarnya. Apakah ia sangat penasaran karena Mas Dion dan Mas Danny yang mirip? Aku membalas chat itu dengan perasaan yang berusaha kutenangkan. Meskipun sebagai calon menantu aku ingin memberikan yang terbaik untuk Tante Meisya, tapi aku belum bisa memberikan jawaban yang membuatnya bahagia. Aku masih bingung untuk ke sana. Padahal, Mbak Venya akan mengadakan syukuran kehamilannya. Sesungguhnya ini adalah event yang tepat untukku ke sana membawaTante Meisya. Namun masalahnya, apakah aku bisa menetralkan hati dalam kepura-puraan saat melihat mereka nanti? Aku bisa membayangkan adegan apa yang akan aku s

  • Cinta Ipar Duda   Part 74. Sikap Arogan Mama

    “Assalammualaikum, Vi,” suara serak dari seberanga yang sangat aku kenal terdengar begitu sendu, aku makin berdebar. “Bisakah kamu ke sini besok pagi.” ucapnya tertahan. “Venya membutuhkanku,” ucapnya lagi. aku makin gemetar mendengar itu. tak tahu apa maksud dari kalimatnya. Untuk apa ia menyuruhku menemui Mbak Venya. Namun, tidak ada kata yang bisa aku ucapkan karena suara dan kalimat yang terdengar lebih menarik perhatianku. Mengapa suara itu terdengar penuh kesedihan? Aku diam beberaoa saat, hingga akhirnya aku beranikan juga untuk berbicara balik padanya.“Ada apa, Mas?” tanyaku kemudian.“Venya kecelakaan sore tadi. Ia ingin ketemu denganmu. Semoga saja kau bersedia menemuinya,”Aku kembali terdiam. Terus terang aku syok mendengar berita itu. Kecelakan Mbak Venya dan keinginannya bertemu denganku. Haruskah aku bahagia? Tidak! Aku tidak sekurang ajar itu. Mbak Venya orang baik. Hanya saja kam

  • Cinta Ipar Duda   Part 75. Permintaan Mbak Venya

    Sepulang dari rumah sakit, aku terpaksa mencari penginapan sederhana untukku dan Tante Meisya. Sampai di penginapan, Tante Meisya tak bicara apa-apa padaku kecuali yang perlu-perlu saja. Ia seakan larut dengan kejadian di rumah sakit tadi. Ketika ia diajak bicara dengan Mama. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak tahu. Ingin rasanya bertanya, tapi rasanya tidak etis, karena Tante Meisya seakan memang tidak ingin jujur padaku. Bahkan, ketika makan pun tadi Tante Meisya hanya diam. Ia juga makan sedikit saja. Aku tidak bisa berbuat banyak dalam hal itu.Sampai di penginapan, Tante Meisya langsung merebahkan tubuh di ranjang. Bayu juga langsung kutidurkan. Baru setelahnya aku ikut bersiap-siap untuk tidur juga, setelah melakukan kebiasaanku sebelum tidur, salat, cuci muka dan menggunakan perawatan ringan untuk wajah yang sempat kubawa tadi. Barulah aku merebahkan badan.Kutatapi Tante Meisya sejenak, rasanya penasaran juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi

Bab terbaru

  • Cinta Ipar Duda   Part 87. Ulang Tahun Kanaya

    Beberapa saat menunggu, akhirnya sebuah mobil Avanza keluaran lama muncul dari gerbang masuk. Mas Danny melangkah beberapa langkah mendekat sambil melirik ke mobil itu. kaca mobil terbuka, seraut wajah melongok di sana. Kemudian mobil berhenti di hadapan kami. Laki-laki yang tadinya berada di balik kemudi menyerahkan kunci mobil pada Mas Danny. “Sekalian, gue isikan bahan bakar tadi. Ada apaan, sih? Masa’, malam pertama lu masih ada urusan emergency begini?” tanya lelaki itu. “Saudara bini gue masuk rumah sakit, Gem. Sedang darurat,” sahut Mas Danny. Lelaki itu menoleh padaku dan mengangguk sopan. Aku membalasnya dengan senyum sungkan. “Okey! Hati-hati, ya? Mobil gue udah tua. Kebetulan yang stand by tinggal ini. Take care.” Habis berkata begitu lelaki itu berpamitan dan menaiki sebuah motor yang sudah menantinya di gerbang hotel. Mas Danny kemudian mengajakku naik ke mobil. Mobil pun melaju keluar dari pelataran. Belum beberapa menit

  • Cinta Ipar Duda   Part 86. Telepon Mas Dion

    Semua telah usai, juga pestaku. Malam ini kami sekeluarga masih menginap di hotel ini, termasuk aku dan Mas Danny yang mendapat kamar khusus penganten. Aku yang masih dibingungkan dengan kejadian tadi siang masih terpana memikirkan semua yang terjadi. Sementara, Mas Danny masih sedang membereskan diri di kamar mandi yang ada di room penganten tempat kami menghabiskan malam ini.Mas Danny keluar sambil mengibaskan handuk berwarna putih bersih di rambutnya yang basah. Tubuh berototnya yang hanya tertutup sebatas pinggang membuat aku sedikit merasakan sesuatu yang tak bisa aku ungkapkan. Tubuh tinggi itu benar-benar sempurna dan penuh pesona.“Hai! Ngapain bengong? Kaget melihat tubuh suami sendiri?” ujarnya mengejutkan lamunanku. Aku yang duduk di bibir ranjang ukuran king size itu segera mengalihkan pandangan sambil tersipu. Wajahku memerah kurasa. Masih sempat kulihat senyum terkembang di wajah tampan itu.Detik berikutnya aku terkejut saat merasakan

  • Cinta Ipar Duda   Part 85. Hari Pernikahanku

    Hari pernikahanku dengan Mas Danny, sekaligus resepsi pernikahan akhirnya datang juga. Semua persiapan sudah sangat rampung. Seluruh dekorasi dan segala pernak pernik pernikahan telah tertata dengan indah di ball room hotel yang cukup luas itu. Aku duduk anggun di kursi penganten yang diapit Mas Danny dan Mama yang tak henti tersenyum sumringah menatapi suasana pesta yang cukup elegan ini. Sementara aku juga ikut menatapi suasana pesta yang terkesan lumayan akbar itu dari tempat aku duduk.Menatapi suasana pesta dengan dekorasi interior bernuansa out door itu membuat rasa haruku bermunculan. Tatanan yang didominasi warna putih dipadu cream dan lumut itu sangat menyejukkan mata. Semua persiapan ini hanya inisiatif Mas Danny tanpa sepengetahuanku. Aku salut dengan nilai estetika yang dia miliki. Iringan Sound system ruangan yang menyentuh telinga dengan kekuatan yang nyaman untuk di dengar membuat aku kian terbuai. Aku merasa sangat beruntung bisa menjadi ratu di pesta in

  • Cinta Ipar Duda   Part 84. Kembali ke Kota

    "Hai!" sapanya sambil membuka kaca mata hitam yang menutupi dua netranya itu pelan. Dua sudut bibirnya langsung merekah di rahang kokohnya. Namun, senyum itu seketika memudar seiring tatapannya yang makin lekat ke arahku. Dua netranya menyipit.“Kamu kenapa?” tanyanya heran. Aku menggeleng lemah sambil pura-pura mengalihkan wajah ke samping dan menghapus jejak air mata yang masih terasa basah di antara bulu mata.“Nggak, Mas! Nggak ada apa-apa, kok! Ayo, masuk!” ajakku mengalihkan. Namun, lelaki itu masih terpaku di tempatnya, menatapku dengan raut heran. Beberapa detik kemudian, ia juga mengikutiku masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di sofa berseberangan denganku. “Ada apa, Vi?” tanyanya kemudian dengan nada pelan. Membuat aku luruh juga, tak mungkin lagi menyembunyikan keadaan ini pada calon suamiku sendiri. Sebuah permulaan yang didasari kebohongan tentu akan mendatangkan permasalahan di waktu mendatang. Lagia

  • Cinta Ipar Duda   Part 83. Persiapan Pernikahanku

    "Hai!" sapanya sambil membuka kaca mata hitam yang menutupi dua netranya itu pelan. Dua sudut bibirnya langsung merekah di rahang kokohnya. Namun, senyum itu seketika memudar seiring tatapannya yang makin lekat ke arahku. Dua netranya menyipit.“Kamu kenapa?” tanyanya heran. Aku menggeleng lemah sambil pura-pura mengalihkan wajah ke samping dan menghapus jejak air mata yang masih terasa basah di antara bulu mata.“Nggak, Mas! Nggak ada apa-apa, kok! Ayo, masuk!” ajakku mengalihkan. Namun, lelaki itu masih terpaku di tempatnya, menatapku dengan raut heran. Beberapa detik kemudian, ia juga mengikutiku masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di sofa berseberangan denganku. “Ada apa, Vi?” tanyanya kemudian dengan nada pelan. Membuat aku luruh juga, tak mungkin lagi menyembunyikan keadaan ini pada calon suamiku sendiri. Sebuah permulaan yang didasari kebohongan tentu akan mendatangkan permasalahan di waktu mendatang. Lagia

  • Cinta Ipar Duda   Part 82. Pengakuan Mama

    “Ma!” ucapku tanpa menoleh pada Mama. “Mama kenal ‘kan sama Tante Widia Anggita? Putri tunggal Bapak Baskoro, teman SMA Mama dulu!” ucapku dengan nada dingin.Ada api benci yang tiba-tiba menjalar mengingat apa yang pernah Mama lakukan dulu, sehngga aku juga mendapatkan hal yang sama dalam hidupku ini. Namun, yang paling aku benci, aku tidak suka penjahat wanita itu ternyata mamaku. Aku benci mengingat rasa sakit yang Mama Mbak Venya rasakan dahulu. Aku benci mengingat kakakku yang baik itu sekian lama harus meredam rasa sakit karena orang yang kupanggil Mama ini.Tak ada jawaban yang bisa aku dengar dari mulut Mama. Hanya suara hening malam yang kian beranjak. Aku menoleh ke arah Mama, setelah beberapa detik jawaban yang kunanati tak kunjung ada. Kutatapi Mama yang terdiam dengan wajah terpekur ke lantai dengan wajah sendu. Aku ikut terpaku menatapnya.“Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Ada hubungan apa Mama sama Tante Wd

  • Cinta Ipar Duda   Part 81. Kejutan Mas Danny

    Usai menjaga Mbak Venya beberapa hari dan sempat juga menjaga bayinya di ruang rawat bayi, aku kembali ke rumah. Usaha yang telah hampir semnggu kutinggalkan tidak kuketahui lagi bagaimana perkembangannya. Kepulanganku ke kampung halaman yang sempat kuberitahukan pada Mama, ternyata juga diketahui oleh Mas Danny. Sesampai di rumah, aku sudah disambut dengan kehadirannya di ruang tamuku. Ia menatapku dengan wajah tenang. Seonggok undangan pernkahan telah tergeletak di atas meja tamuku. Aku menatapinya dengan keheranan .“Mas Danny?” tanyaku dengan langkah terhenti beberapa langkah dari pintu rumahku. Bayu yang langsung riang melihat kemunculan Mama di pintu pembatas ruang tamu dan ruang tengah, langsung saja melepaskan genggamanku. Ia memeluk Mama dengan hangat yang dibalas Mama dengan manis pula.“Sayang, cucu Oma. Oma kangen,” ucap Mama sambil memeluk Bayu. Kemudian membawa Bayu ke dalam, meninggalkan aku dan Mas Danny yang masih menatapku deng

  • Cinta Ipar Duda   Part 80. Aku Pulang

    “Vi, Mbak senang kamu masih di sini,” ucap Mbak Venya kala aku mendampinginya saat ia sudah berada di tempat yang baru. Ia mash terlihat lemah. Namun, beberapa selang sudah tidak terpasang di tubuhnya. Mas Dion duduk di sisi kanannya, sementara aku berada di sisi kiri. Ia tersenyum padaku kemudian pada Mas Dion.“Aku ingin Mbak cepat sembuh,” ujarku. Ia kembali tersenyum padaku. Mas Dion meraih jemarinya dan mengusap punggung tangan Mbak Venya.“Mengapa kamu selalu berusaha menyembunyikan semua dariku, Ve? Bukankah aku suamimu, aku berhak tahu tentang semuanya,” sela Mas Dion dengan tatapan penuh kasih. Mbak Venya kembali tersenyum.“Aku cuma tidak anak keberadaan anak kita terancam, Mas. Aku ingin bayi kita baik-baik saja,” sambungnya lagi. Mas Dion bangkit dari duduknya dan mengecup kening Mbak Venya hangat. Kemudian, kembali duduk di bangku yang ada di samping ranjang Mbak Venya. Mbak Venya memejamkan mata

  • Cinta Ipar Duda   Part 79. Pertengkaran Mas Danny dan Mas Dion

    Seorang lelaki berwajah tampan dan bertubuh tegap melangkah ke arahku dan Mas Dion. Lelaki yang ditemani wanita paruh baya itu berbelok dari persimpangan yang ada di belakangku. Ternyata ia melihatku ketika melangkah melintasi persimpangan itu. Karena ia berasal dari arah kiriku. Wajahnya terlihat menahan geram menatapku kemudian Mas Dion yang ada di sampingku. Sementara, wanita yang berjalan di sampingnya menatap dengan wajah tegang. Wanita itu bermata sembab dan berusaha menahan lengan lelak itu. Tanpa di duga, sebuah bogem mentah mendarat di pipi Mas Dion yang tetap menatapnya tenang.Aku terperanjat melihat hal itu. Demikian juga wanita yang ada di sebelahnya. Ia bahkan sempat berteriak ketika lelaki itu mendekat dan melayangkan sebuah pukulan di wajah Mas Dion. Seakan ingin menghentikan gerakan lelaki yang ada di sampingnya. Sementara, Bayu yang berada di sampingku juga tak luput dari keterkejutan. Ia terlihat ketakutan dan berbalik menyembunyikan wajah di tubuhku

DMCA.com Protection Status