Pagi. Lily meniti wajah yang tersaji dihadapannya itu. Bibirnya menyunggingkan senyum antara bahagia, juga bersalah. Pemuda berandal yang dulu menyebalkan itu, kini justru dialah yang menyejukkannya dari perasaan menyakitkan yang dialami sebulan yang lalu. Bocah itu memang masih Sma, emm... tidak, dia kini sudah lulus, tapi lihatlah, betapa dewasanya dia dalam menyikapi masalah rumah tangganya. Memang benar dia sempat pergi, tapi bukan untuk melarikan diri, melainkan menenangkan pikirannya. Jemari lentik Lily meniti lekuk wajah Doni, membelai lembut pipi yang agak tirus itu. Ah, pasti gara-gara dirinya Doni jadi kehilangan berat badannya. "Andai waktu itu aku menuruti perkataanmu, huft, pasti gak akan kayak gini jadinya," sesalnya."Justru, bisa-bisanya aku lebih percaya dengan baj*ngan itu," tambahnya. Doni menggeliat pelan. Buru-buru Lily men
Read more