Beranda / Romansa / Mama Muda / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab Mama Muda: Bab 1 - Bab 10

135 Bab

Lulus Sidang Skripsi

"Yeay... Alhamdulillah, aku lulus ." Naomi tak bisa menahan dirinya untuk tak bersorak girang setelah putusan sidang oleh dosen penguji yang duduk 5 orang berjajar di hadapannya. Perasaan gugup yang menyelimutinya tadi kini berganti menjadi bungah, seakan ada taman penuh bunga bermekaran di dasar hatinya. Teman-teman yang menyaksikan sidang pun memberikan ucapan selamat pada Naomi serta empat mahasiswa lain yang melaksanakan sidang hari ini dan Alhamdulillah lulus semuanya. Bahagia sekali. Membayangkan bagaimana reaksi ayahnya setelah tahu putri bungsunya berhasil lulus dan bisa mendaftar wisuda tahun ini. Lelah ayahnya selama ini sebentar lagi terbayar, karena Naomi bertekad akan mencari pekerjaan untuk biaya hidup mereka lalu ayah tidak perlu lagi bekerja. Ya itu janji Naomi pada ayahnya. "Selamat ya, Naomi sayang." Sahabat paling akrab
Baca selengkapnya

Kekesalan Adrian

    Satu hari sebelumnya.   "Dasar jalang." Adrian mengumpat seraya tangannya melonggarkan simpul dasi dengan sekali sentakan kasar.   Sekilas lihat saja, orang akan tahu kalau duda satu anak, berparas tampan dengan kumis tipis itu tengah diselimuti amarah. Gertakan giginya bahkan terdengar sampai keluar ruangan.   Bagaimana dia tak kesal, saat rapat penting sedang berlangsung tadi, ponselnya berdering hebat. Telpon dari sekolah yang mengabarkan kalau putranya terlibat perkelahian dengan sesama murid. Karena itu pula, Adrian terpaksa menunda rapat dan tancap gas ke sekolahan.   Sebagai orang tua tunggal, Adrian paham betul kalau putranya kekurangan kasih sayang, mengingat dirinya yang workaholic banget. Namun, kali ini penyebab baku tumbuk putranya bukan karenanya melainkan gosip miring tentang mantan istri.   Bagaimana dia tidak marah coba. &nbs
Baca selengkapnya

Tawaran Adrian

Keadaan di ruang tamu rumah keluarga itu seketika kacau balau. Bukan barang-barangnya, tapi orangnya. Semua orang telah berkumpul di sana dengan kepala yang memanas bahkan hampir mendidih, terlebih lagi Arya Satya.   Rupanya, Marsya — putri tirinya telah melakukan kesalahan fatal tanpa sepengetahuan dia sebagai ayah dan juga ibunya. Namun, sang ibu tetap saja membela putrinya. Pantas saja, belakangan ini Marsya terlihat memakai pakaian dan barang-barang mewah, rupanya itu hasil memakai kartu kredit dengan sangat berlebihan.   Sekarang, debt kolektor mengejarnya untuk meminta bayaran.   "Lihat, apa yang sudah dilakukan putrimu, Ma! Ini akibat dari kamu yang terlalu memanjakan dia." Arya Satya yang telah kehilangan akal jadi memarahi sang istri, tapi memang begitu adanya kok.   Bahkan yang membuat ekonomi keluarga mereka menurun, itu pun karena sikap sok kaya mereka yang hidup berfoya-foya. Pria yang m
Baca selengkapnya

Hari Pernikahan

"Saya terima nikah dan kawinnya Naomi Diajeng Ayu dengan mas kawin tersebut tunai." Begitu kalimat sakral itu meluncur mulus dari bibir Adrian, lalu kata 'sah' sebagai tanda pengesahan oleh kedua saksi, detik itu pula Naomi resmi menjadi istri dari seorang Adrian Kelana. Untuk pertama kalinya juga dia mencium telapak tangan pria lain selain ayahnya. Hati Naomi porak-poranda tatkala bertentang mata dengan sang ayah tadi. Raut kesedihan jelas terpancar. Ayah mana yang ingin menjual putrinya demi menebus hutang. Akan tetapi, pada siapa pula Naomi bisa meminta pertolongan saat ayahnya mendadak masuk rumah sakit dan harus operasi pencangkokan ginjal yang biayanya sangat mahal. Asal ayah sembuh, apapun akan Naomi lakukan, termasuk menikah dengan tuan Adrian. "Naomi, tamu undangan sudah berdatangan, ayo aku bantu kamu menuju pelaminan. Suamimu sudah menunggu di sana. Astaga! Kenapa kau tidak bilang, kalau d
Baca selengkapnya

Buka Gaun Pengantin

Adrian baru selesai telponan dengan Tristan yang ia tugaskan mengikuti Elang, ketika matanya menangkap siluet Naomi. Gadis yang sudah berganti berstatus menjadi wanitanya itu berlari keluar dari ballroom hotel tempat resepsi pernikahan mereka berlangsung tadi. Naomi? Kenapa dia terburu-buru sekali? Adrian tak ingin peduli soal Naomi yang berlari keluar dengan buru-buru, toh ia yakin wanitanya itu tak akan berani melarikan diri darinya. Namun, sepersekian detik berikutnya, langkah Adrian malah bergerak membuntuti Naomi. Sungguh, cepat sekali berubah pikiran. Langkah cepat dan panjang Adrian terhenti tepat di ujung lorong yang berbelok, menyandar punggungnya di tembok sembari sesekali mengintai karena di hadapan sana dia mendapati Naomi berdua dengan seorang pemuda. Dan anehnya lagi, pemuda tersebut tengah menangis. Sekali lagi, Adrian tak mau penasaran hal yang menyangkut istri ba
Baca selengkapnya

Pulang Ke Kediaman Adrian

"Ganti gaun kamu! Kita pulang ke rumah. Malam pertamanya di rumah aja," ucap Adrian dengan tersenyum miring tepat di daun telinga Naomi, mencipta rasa geli hingga meremang bulu tengkuk. Njirrr. Mati-matian Naomi pikir Adrian bakal menurunkan resleting gaun pengantinnya lalu mereka akan melakukan yang dibilang suaminya itu tadi, —kegiatan pengantin baru saat malam pertama. Mengerjap matanya, Naomi berusaha menetralisir debar di dadanya, jangan sampai kedengaran sama Adrian. Entahlah, walau ada sedikit rasa syukur karena suaminya itu menunda meminta jatah, tapi ada juga sepercik api kekesalan. Hei, Naomi, apa yang kamu harapkan sih? Malam pertama? Memangnya kamu sudah rela milikmu diambil sama suami menyebalkan itu? "T—tapi, aku mau mandi dulu." Naomi menunjuk badannya yang lengket dan bau. Bukan hanya itu, berdekatan dengan Adrian dalam waktu beberapa detik saja rupany
Baca selengkapnya

Setelah Malam Pertama

"K—kamu mau ngapain, Mas?" Pertanyaan Naomi dibalas Adrian dengan pagutan kasar pada bibirnya. Adrian sama sekali tak memberinya kesempatan untuk melihat kamar, atau menarik nafas lega karena memiliki ruang kamar yang besar mewah. Pria itu malah memberondongnya dengan ciuman bertubi-tubi. Butuh waktu beberapa detik hingga Naomi sadar kalau Adrian sedang menciumnya. Bola matanya sontak membelalak dengan nafas yang ngos-ngosan. Astaga! Ini pertama kalinya bagi Naomi. Bibir polosnya disentuh oleh pria. Bukan cuma sentuhan biasa, tapi pagutan kasar, lumatan, sesapan layaknya gula yang diserbu oleh ribuan semut. Rasanya bibir tipis Naomi akan bengkak sekejap lagi. Mana asupan udara tinggal sedikit di paru-parunya. "Humfff—" Naomi mendorong dada bidang Adrian agar menjauh dan melepas pagutannya, jika tidak ingin ia mati kehabisan nafas. Tapi, semua itu sia-sia karena suamin
Baca selengkapnya

Putranya Adrian?

"Heuh! Bosan juga ya di kamar terus." Naomi yang masih bergumul di kasur, mengeluh seraya mengedarkan pandangan berkeliling ruang kamar yang luas dengan nuansa putih susu. Ini kamar Adrian, yang mungkin akan jadi kamarnya juga. Meski ruangannya luas, kamar Adrian tertata rapi dan bersih. Ada dua lemari pakaian besar di sudut kamar, lemari sepatu dan aksesoris penunjang penampilan lainnya. Kamar mandinya juga luas dan ada bath up-nya. Yang paling Naomi suka ialah adalah jendela kaca besar yang menghadap langsung ke halaman rumah, di sebelahnya ada pintu menuju balkon. Naomi yakin, dia akan sering menghabiskan waktu di balkon selama Adrian tidak di rumah. Selain itu, ada juga foto Adrian berukuran besar terpajang di dinding di atas ranjang tidur. Foto Adrian beberapa tahun lalu, saat dia masih muda dan wajahnya sedikit lebih tirus. Memiliki mata yang tajam dengan bulu mata lentik, Adrian begitu mempesona. Tak bisa dipungki
Baca selengkapnya

Elang Putra Kelana

Jadi, wanita ini istri baru papa? Kenapa masih muda sekali? Cantik sih, tapi ahh, gue tetap tidak setuju.   Suara hati Elang ketika bertatapan langsung dengan istri baru papanya.    Pertama lihat tadi, Elang juga kaget plus heran. Wanita mana pula yang dibawa papanya ke rumah. Sempat terbersit kemungkinan papanya juga punya anak sambung seorang wanita yang seumuran dengannya. Tapi begitu melihat cara berjalan si wanita, Elang langsung nangkap, kalau yang berbadan kurus di hadapannya ini ibu sambungnya.   Lihat apa itu? Dia bawa remote tv buat nimpukin gue karena dikira maling? Enak aja. Tck!   Tanpa mempedulikan ocehan si mama sambung alias Naomi, Elang berlalu membawa langkahnya menuju kamar, tapi lagi-lagi wanita itu meneriakinya. Mana suaranya melengking pula, nggak sepadan sama ukuran badannya.   Tck! kalau dengar dia teriak ngoceh-ngoceh tiap hari bisa pecah kuping gue.
Baca selengkapnya

Hutang Penjelasan

Tin... Tiiin... Dengan tidak sabaran, Adrian membunyikan klakson mobil di depan pagar rumahnya. Biarlah Mang Diman akan terkejut sampai terlatah-latah di pos jaga, yang penting pintu segera dibuka.  Tidak. Adrian ingin cepat pulang bukan karena tak sabar hendak mengulang yang tadi malam, walau sebenarnya dia terus terbayang-bayang dengan tubuh polos Naomi. Adrian pulang karena putranya sudah pulang ke rumah. Tristan tadi melapor padanya.  Adrian, walau bagaimanapun dia harus mengenalkan Elang secara formal pada Naomi. Bukankah yang Naomi tahu dia seorang duda dengan anak satu? Jadi Naomi harus tahu kalau Elang, remaja pria itu adalah putranya. Tapi, mengingat Elang tidak menyetujui pernikahannya, Adrian khawatir Elang akan bersikap tidak sopan dengan Naomi. Walaupun mereka menikah tidak atas dasar cinta, melainkan Adrian tidak ingin terus-terusan diperolok karena kelamaan menduda, tapi tida
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status