All Chapters of The Lucifer's Bride: Chapter 41 - Chapter 50

64 Chapters

41. Perburuan Harta Karun (d)

Tudung yang menutupi kepala Leon tersingkap oleh semilir angin yang tiba-tiba berembus kencang, kini wajah pria itu terlihat. Rautnya tampak dingin dengan senyum yang tak sampai ke mata. "Sayang sekali kali ini aku tidak bisa membiarkanmu melukai calon pengantinku, Lilith." Leon perlahan memelintir lengan Lilith yang berada dalam cengkeramannya. Suara gesekan tulang yang saling beradu, lalu patah dengan menyakitkan terdengar cukup keras. Felen yang menyaksikan hal itu meringis ngeri."Tidak lama lagi kami akan melangsungkan pernikahan. Aku tidak ingin mengundur lebih lama lagi." Seiring dengan ucapan Leon, Lilith terlempar ke belakang oleh kekuatan pria itu.Lilith mengerang keras ketika rasa sakit mendera sekujur tubuh. Akan tetapi, sakit di tubuhnya masih belum seberapa dibanding ketika ia melihat Felen yang berada dalam rangkulan Leon. Lilith mendelik pada Felen, perasaan iri menguasainya."Kenapa ... padahal aku yang lebih dulu bersamamu, My Lor
Read more

42-Pra-Festival

"Felenia." Louisa menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Felen, tetapi gadis manusia itu tidak bereaksi apa pun dan masih tampak tenggelam dalam pikiran kalutnya.Tidak kehabisan akal, kali ini Louisa mengguncang bahu Felen dengan sedikit kasar hingga akhirnya gadis itu tersentak sadar dari lamunannya. "Ah, Louisa ... ?" Felen mengerjap beberapa kali. Ia menatap Louisa dengan pandangan linglung, masih dalam orientasi yang kacau akan keadaan sekitar."Kau melamunkan apa sampai tidak sadar ku panggil berkali-kali?"Felen terdiam sesaat lalu membalas dengan desah lelah. " ... Banyak hal." Ia memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri. "Gara-gara seseorang aku harus berpikir sekeras ini," keluhnya kembali mendesah pelan. Ucapan pria berambut perak itu membuat Felen sakit kepala. Meski perkataan pria itu tampak bukan sesuatu yang penting karena diucapkan sambil lalu dengan nada biasa, nyatanya setelah ditelisik lebih jauh kalimat tersebut memiliki makna yang san
Read more

43. Festival

"Sepertinya kita kedatangan tamu lagi." Leon menggoyang pelan gelas emasnya yang berisi wine. Ia lalu menyesapnya secara perlahan, mencecap sedikit demi sedikit manis dan pahit yang saling melengkapi satu sama lain. Leon mendesah pelan merasakan nikmat dari cairan merah tersebut.Pria itu tampak tak terganggu pada kehadiran dua makhluk lain di ruangan itu, meski kondisi yang satunya tampak sangat kacau dengan banyak lebam dan darah, baik itu di tubuhnya mau pun yang menggenang di sekitar tempatnya tergeletak tak berdaya dengan napas terengah putus asa. Leon melirik sinis pada makhluk itu, Asmodeus, dan membiarkan makhluk yang satunya lagi menunggu sampai ia selesai memberi Asmodeus pelajaran karena telah membelot dari perintah. "Kira-kira siapa yang datang kali ini?" Meski terkesan bertanya pada Asmodeus, Leon tidak benar-benar membutuhkan balasan dari iblis. Ia kembali menyesap wine-nya, tetapi secara tiba-tiba melemparkan gelasnya pada kening Asmodeus dengan sa
Read more

44. Festival (b)

"Apa maksudnya ini, Satan?" Leon bertanya datar pada iblis yang duduk santai di sebuah kursi. Raut wajah iblis itu menampakkan kesenangan karena berhasil mengurung Leon di dimensi buatan miliknya. Ia terkekeh pelan ketika melihat ekspresi keruh di wajah adiknya tersebut."Temani aku minum untuk beberapa menit ke depan, Wahai Adikku," balas Satan seraya mengangkat tinggi gelas miliknya.Leon menghela napas pelan, lalu duduk di kursi seberang Satan. "Aku sudah menduga kau akan menjadi duri paling menyebalkan dalam permainanku, tapi ini tetap saja menyebalkan." Ia menuangkan sendiri Red Wine yang berada di botol ke dalam gelas kosong yang tersedia di atas meja.Tawa senang Satan menggema keras. Ia tampak benar-benar terhibur sekaligus senang karena berhasil mengacaukan rencana Leon. "Hal tak terduga akan semakin membuat permainanmu menarik." Satan mengangkat gelasnya ke arah Leon, meminta pria itu untuk bersulang dengannya."Ya, kau tidak salah," komentar Le
Read more

45. Gaun Pengantin

Hari ini adalah hari terakhir festival, tetapi Felen memilih berdiam diri di dalam kamarnya yang berada di kastil Leon sembari menatap berbagai barang yang berada di nakas samping ranjang. Terdapat kaca silinder berisi bunga mawar, cincin milik Aghnya, emblem keluarga Leister berupa gelang, dan sapu tangan hijau lumut. Siapa yang menyangka kalau ia justru mendapat lebih dari satu harta karun?"Aku ingin segera membalaskan dendammu, Mom, tapi saat ini aku masih lemah ... " Netra hijau Felen terpaku pada cincin milik Aghnya.Meski kamarnya sangat gelap tanpa ada penerangan dari lilin, hanya bermodalkan sedikit cahaya rembulan yang masuk malu-malu lewat celah gorden, Felen masih bisa melihat dengan jelas. Mata beradaptasi dengan baik.Namun, kegiatan tersebut harus terganggu tatkala seseorang membuka pintu kamar. Secercah cahaya dari lilin masuk tanpa diundang. "Kenapa gelap sekali di sini?" tanya orang itu sedikit menggerutu. Dengan satu kali jentikan tangan, seti
Read more

46. Ritual Pengantin

Kastil yang biasa sepi, dan seperti tak berpenghuni itu kini sedikit ramai oleh para pelayan serta Bunny yang berlalu lalang menyiapkan keperluan untuk pernikahan tuan mereka. Ruang utama telah disulap sedemikian rupa agar tampak meriah dan tidak terkesan suram.Sedangkan di bagian altar, tempat Felen melakukan ritual pertama tetap dibiarkan sebagaimana mestinya agar kesakralan ritual pengantin tidak berkurang. Hanya sedikit diberikan sentuhan lilin merah dengan aroma manis yang akan menghipnotis sang calon pengantin.Semua itu adalah hasil kerja sama semua makhluk yang bekerja di bawah kekuasaan Leon, termasuk Adrien yang menjadi pemimpin para makhluk dengan kasta lebih rendah tersebut. Pelayan tua itu terlihat sangat antusias ketika memberi pengarahan. Meski wajahnya tampak menampilkan raut datar, binar dalam matanya tak bisa disembunyikan.Sementara sang empunya acara, Leon, memilih mengurung diri bersama Felen yang tengah tertidur lelap oleh kekuatannya. Men
Read more

47. Ritual Pengantin (b)

Pusara hitam itu menyedot tubuh Felen tanpa ampun. Napas gadis itu pun mulai memberat karena panik. Ketika Felen berniat membuka matanya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, suara Leon serta remasan di tangan menghentikan gadis itu."Jangan membuka matamu sebelum ku minta." Leon kembali menegaskan. Felen merasa yang ia alami terasa sangat lama juga sebentar. Terlalu aneh untuk Felen gambarkan, tetapi bila dirasakan langsung, mereka yang mengalami akan mengerti maksud dari perkataannya.Setelah beberapa saat, kaki Felen terasa memijak sesuatu yang kukuh. Ia pun memanggil Leon untuk memastikan. "Leon ... "Belum sempat Felen menyelesaikan kalimatnya, Leon lebih dahulu menyela. "Kau bisa membuka matamu, Milady." Perlahan Felen membuka kelopak matanya dengan takut-takut, mengintip sedikit, tetapi yang didapat justru hanya warna putih bersih. "Bukalah matamu, Milady. Tidak ada hal mengerikan di sini ... ku rasa." Suara Leo
Read more

48. Malam Pertama

Pesta tersebut baru saja dimulai.Semua makhluk yang berada di kastil milik Leon bersorak-sorai penuh kegembiraan tatkala mengetahui kalau ritual pengantin yang tuan mereka lakukan telah selesai, dan seorang permaisuri telah terpilih. Sehingga waktu untuk mereka berpesta pun dimulai.Mereka diberi kesempatan untuk melahap semua makanan serta minuman yang telah disajikan dengan suka cita. Termasuk Adrien, si pelayan tua dan Alair, pemimpin Interessengruppen, yang turut berpartisipasi dalam pesta tersebut, meski hanya berdiri diam di pojok ruangan. Mengamati dengan wajah datar mereka yang khas. Tidak ikut dalam kegilaan iblis lain.Para makhluk itu berpesta bukan karena benar-benar merasa senang atas pencapaian yang dilakukan Leon, tetapi karena mereka hanya ingin berpesta dan melepas lelah dan penat dengan minuman beralkohol yang sulit didapatkan oleh kasta rendah seperti mereka. Hanya sebagian dari mereka yang benar-benar memedulikan tentang ritual pengantin dan
Read more

49. Dimensi Ketiga

Sementara itu di dunia manusia, tepat setelah Abelard kembali dari Devil Reign, kabar buruk menyambutnya. Edith, ibunya, meninggal dunia. Terlebih Edith sudah dimakamkan dua hari lalu."Apa maksudnya ini?! Bukankah kita hanya pergi sehari? Kenapa justru satu minggu telah berlalu di sini?" tuntut Abelard pada Satan yang tengah berdiri di dekat jendela sembari menyilangkan lengan. Wajahnya memerah dengan nadi yang tercetak jelas di leher, pertanda bahwa kemarahannya sudah memuncak. Ia merasa ditipu."Ah, aku belum memberi tahumu bahwa satu hari di dunia iblis sama dengan satu minggu di dunia manusia?" Satan menjawab santai. Terlihat tidak merasa bersalah sama sekali."Kau! Harusnya kau memberitahuku lebih awal hal penting seperti itu!" Abelard meninju kaca besar di kamar hingga retak sembari menatap tajam pada Satan. Darah mengalir dari buku jarinya yang terkena pecahan kaca. Ia butuh sesuatu untuk menjadi pelampiasan kemarahannya, dan kaca tersebut lah yang menja
Read more

50. The Avatar of Greed

Kemudian, pilihan gadis itu jatuh pada pintu ke dua dari sebelah kanan. Pintu milik Mammon, The Avatar of Greed.Ketika Felen memasuki pintu tersebut, kilauan warna emas sangat mendominasi mata. Terdapat banyak sekali barang-barang yang terbuat dari emas murni. Mulai dari barang antik, perhiasan, serta benda-benda lain seperti piala, gelas, guci, koin dan lain sebagainya. Bahkan lantai yang Felen injak saat ini juga terbuat dari emas murni sebelum di bagian depan dilapisi oleh karpet mewah berwarna merah.Ada juga batu Berlian, Safir, Ruby, dan Zamrud di antara tumpukan harta yang menggunung seperti bukit tersebut. Tempat itu layaknya ruang harta karun.Felen tidak bisa menahan kekagumannya. Ia mengerjap beberapa kali, lalu kembali mengagumi ruangan tersebut. Namun, raut wajahnya berubah aneh dengan kerutan di dahi ketika memikirkan lebih dalam tentang ruangan tersebut.Terlebih setelah melihat sebuah patung wajah berukuran sangat besar yang diletakkan di
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status