Home / Romansa / Mencintai Kakak Ipar / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Mencintai Kakak Ipar: Chapter 1 - Chapter 10

56 Chapters

Bagian 1 : Masuk ke keluarga baru

*** "Kenapa dia di bawa ke sini sih, Bu?! Bikin sakit mata aja." "Bukan hanya sakit mata, Kak, sakit kepala juga dan ngga lama bakalan sakit hati." Dina Amalia dan Dira Amalia, kakak beradik itu menatap tidak suka pada gadis ayu bernama Putri yang duduk menunduk di sisi Amalia, Ibunya. Putri, 18 tahun yang memutuskan bekerja dari pada melanjutkan kuliah. Bukan karena biaya, lebih kepada tidak enak hati terlalu membebani keluarga tirinya. Walaupun anak tiri, Amalia sangat menyayangi Putri. Pikiran wanita paruh baya itu sangat bijak membuatnya tidak pilih kasih. Namun, kedua anaknya tidak memiliki pemikiran yang sama. Mereka hanya tahu, Putri adalah anak haram dan pembawa sial karena terlahir dari perempuan selingkuhan Bapaknya. "Din, ibu berat hati membiarkan Putri ngekos. Rumah kamu besar, pasti ada kamar kosong. Dira tinggal di sini, apa salahnya kalau Putri juga," ucap Amalia dengan lembut. Menghadapi dua anak kandungnya yang keras k
last updateLast Updated : 2021-06-16
Read more

Bagian 2 : Dapat Teman Kecil

Ceklek! Saat pintu terbuka, mata Radit langsung bertatapan dengan mata Dina yang tajam. Wanita itu duduk di tepi ranjang. "Dek, jangan begitu sama ibu." Radit langsung menegur. Sikap istrinya sangat tidak sopan. Pria itu sedikit malu karena merasa gagal mendidik. "Mas jahat, tau ngga!" Dina mengalihkan pembicaraan, membuat Radit yang tengah membuka kancing kemejanya menghentikan aktifitas. Kemudian menatap Istrinya. "Jahat kenapa?" "Kenapa Putri dibolehkan--" "Masih bahas itu. Astaga, Din. Putri adek kamu. Apa salahnya--" "Mas tau jelas kalau dia itu bukan adik kandung aku. Aku benci dia. Dia anak pelakor, Mas! Mas sadar, dengan masuknya dia ke rumah kita, terancam sudah keluarga kita." Radit menghela napas. Ia lelah, bertambah lelah saat istrinya marah-marah. Dina terlalu memojokkan Putri dan menurutnya itu tidak baik.
last updateLast Updated : 2021-06-16
Read more

Bagian 3 : Di Rumah Sendirian

*** Putri berjalan di belakang Amalia menuju ke ruang makan untuk sarapan bersama. Sebenarnya gadis itu enggan karena insiden semalam, saat Dina dan Dira menolak makan bersama dengannya, akhirnya Radit dengan tegas memarahi dua orang itu. Ia merasa tidak enak hati dan meyakini setelah ini pembalasan dendam pasti terjadi.  "Bu, Putri, silahkan duduk," ucap Radit ramah. Bukan sok ramah, pria itu tau betul bagaimana harus bersikap dengan orang tua. "Makasih, Nak Radit. Ayo, Put." Amalia menarik tangan Putri. Mereka pun duduk bersisian di sisi Diana, berhadapan dengan Radit, Dina dan Dira. Dua wanita dewasa itu menatap sinis pada Putri, membuat gadis itu hanya bisa menunduk, bukan takut, tetapi menghormati, biar tidak dikatai menantang masalah. "Nanti Ibu biar Radit yang antar, ya, sekalian searah sama kantor dan sekolah Diana," ucap Radit ramah. Ia mengambil piring sodoran Istrinya yang sudah penuh nasi dan lauk pauk, mengucap terima kasih dengan se
last updateLast Updated : 2021-06-17
Read more

Bagian 4 : Serba Salah

***Putri merasa dillema. Ini sudah sore, pasti sebentar lagi semua penghuni rumah akan pulang melepas lelah dan ia yang seharian berada di rumah tidak tahu harus memasak atau tidak. Mau memasak, takut ditegur karena menyentuh barang milik Kakaknya. Parahnya, kalau disangka mau menguasai rumah ini. Tidak memasak, malu rasanya jika mereka pulang dengan rasa lelah dan mungkin saja lapar, saat membuka tudung saji, nyatanya tidak berisi. Gadis itu pun mengelus perutnya yang keroncongan. Ia hanya sarapan, belum makan siang.Putri berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar, menempelkan telinganya di daun pintu, mendengar suara Diana berbicara. Namun, ia urung keluar."Mama, laper," ucap Diana merengek.Dina yang baru saja mendaratkan bokong di sofa ruang tamu, berdiri lagi, berjalan ke arah dapur. Ruangan itu bersih dan rapi, hanya saja saat ia membuka tudung saji di atas meja makan, kosong, tidak berisi. Rasa lap
last updateLast Updated : 2021-06-17
Read more

Bagian 5 : Ide Buruk

***"Sayang, bukannya tadi ada yang masak, baunya wangi sekali, kok kita sarapan pakek roti?" tanya Radit. Ia merasa heran."Oh, itu ... anu ... kata Dira, masakan yang tadinya buat sarapan dijatuhi cicak, jadi dibuang." Dengan gagap, Dina mampu menyelesaikan kalimat kebohongan. Dia segera mengoles selai Kacang di atas roti, menumpuk dengan satu roti lagi, setelahnya menyerahkan pada suaminya."Makasih, Sayang." Radit mengigit rotinya. "Emang tadi pagi kamu masak apa, Dir?" tanya Radit sembari menatap Dira yang sedang mengoles selai stroberi ke rotinya. "Em ... itu ...  Mas, anu ....""Ya ampun, saking mikir keras tentang pelajaran kuliah, sampe jadi pelupa gitu. Tadi kamu masak ayam kecap, kan?" Dina mengedipkan sebelah matanya untuk kode."Oh, iya Mas. Aku masak ayam kecap. Karena cicak, jadi dibuang." Dira tersenyum paksa. Kakaknya itu menjengkelkan, masa mengajak membuat kebohongan tanpa kompromi dulu."Oh. Padahal dari
last updateLast Updated : 2021-06-19
Read more

Bagian 6 : Jadi Pembantu

*** Putri berjalan penuh semangat ke arah pintu rumah yang terbuka. Tadi, ia dan Mita sudah menaruh berkas lamaran pekerjaan, setelahnya jalan-jalan keliling mall dan makan bakso sebelum pulang, jadi saat nanti tidak ikut makan malam, ia tetap bisa tidur tanpa ganguan kelaparan. "Assalamualaikum," ucapnya sembari melangkah masuk. Namun, senyum dan semangatnya luntur saat melihat Dira dan Dina yang duduk si sofa, melipat tangan di dada dan menatapnya dengan tajam. Putri mematung di depan pintu. Tubuhnya seakan sulit digerakkan. Ia merasa seperti pencuri yang ketahuan. "Assalamualaikum." Suara dari belakang Putri membuat gadis itu, bahkan Dira dan Dina menatap Radit yang memasuki rumah. "Waalaikumsalam." Seperti biasa, Dina berdiri, menghampiri dan menyambut kedatangan suaminya dengan aksi cium tangan. "Udah pulang, Mas?" Pertanyaan bodoh dari mulut D
last updateLast Updated : 2021-06-19
Read more

Bagian 7 : Momen Kesiangan

***Pagi ini Putri menjalani perannya sebagai pembantu. Ia bangun subuh, setelah menjalankan dua rakaat, langsung beberes. Mencuci piring, menyapu, ngepel, siram bunga. Kemudian ia mencuci baju. Sudah ada 2 keranjang penuh cucian kotor di depan mesin cuci. Perpaduan baju Dira, Dina, Radit dan Diana. "Sabar, Put," ucapnya menguatkan. Ia menyeka dulu keringat di keningnya, setelahnya memasukan sebagian demi sebagian pakaian ke mesin. Mulai menggiling, membilas dan memasukkan ke mesin pengering, setelahnya menjemur di samping rumah.Selesai.Putri melakukan kerjaan itu dengan semangat, membuat tubuhnya terasa segar karena sekalian berolah raga. Gadis itu masuk ke dalam rumah, ke kamarnya, memutuskan untuk mandi. Namun, diurungkan ketika ada ketukan di pintu."Aunty." Itu suara Diana."Ya, tunggu," ucapnya sembari berjalan ke arah pintu. Ceklek!Putri melihat Diana yang masih memakai baju tidur
last updateLast Updated : 2021-06-20
Read more

Bagian 8 : Ide Buruk Lagi

***"Kak, tadi si Putri ketawain aku ngga?" tanya Dira. Karena tidak ada Dosen, ia memilih ke Butik Kakaknya."Ngga tau. Males kakak liat mukanya," ucap Dina sembari sibuk dengan laptopnya. Hari ini pesanan pakaian batik couple keluarga via online sangat banyak. Ia sedang mengecek alamat pelanggannya satu persatu."Mana mas Radit ngebela. Aduh, Kak, siaga dong. Tuh, mas Radit udah mulai membela. Besok-besok apa lagi," ucap Dira.Dina menghentikan aktifitasnya, beralih menatap Adiknya yang duduk di sofa, wajah gadis itu terlihat kesal. "Mas Radit ngga mungkin berpaling. Kurang apa kakak sampai dia melakukan itu?" tanyanya.Dira mendengkus. Buatnya, Dina memang tidak ada kekurangan. Cantik, putih, pintar bisnis dan seksi. Ia lagi-lagi merasa iri."Lagian, mas Radit itu tipe suami setia dan penurut. Emang selama kamu tinggal di rumah, pernah dengar kabar huruk tentang dia den
last updateLast Updated : 2021-06-21
Read more

Bagian 9 : Persiapan Arisan

***"Mas, besok aku bawa teman-teman sosialita aku ke sini, boleh? Mau arisan," tanya Dina. Mereka semua, termasuk Putri, sedang makan malam."Biasanya arisannya di luar, Yang. Kok tumben kali ini di rumah?" tanya Radit, setelahnya menyuapkan nasi bercampur opor ayam ke dalam mulutnya. Mengunyah perlahan sambil terus menatap manis wajah glowing istrinya."Nyari suasana baru aja. Bosen kalau selalu di luar. Pada minta di rumah kita, mau lihat keharmonisan keluarga kita," ucap Dina. Wanita itu melirik Dira dan saling bertukar senyuman."Boleh, tapi besok mas mau jenguk ibu. Kirain mumpung hari libur, kamu bisa ikut. Padahal ngga bisa." Suara Radit terdengar kecewa. Ia ingin sekali-sekali bertiga dengan Dina menengok Ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan, bukan hanya berdua terus sama Diana."Maaf ya, Mas. Udah janjian masalahnya. Nengoknya bisalah kapan-kapan. Ibu sehat, sehat juga, kan. A
last updateLast Updated : 2021-06-23
Read more

Bagian 10 : Insiden Saat Arisan

***"Putri!" Panggilan Dina membuat Putri mau tidak mau harus keluar kamar. Berjalan cepat sambil menyiapkan mental baja untuk menghadapi dua Kakaknya dan sahabat-sahabatnya karena muncul dengan pakaian tidak layak seperti ini.Pakaian yang dipakai Putri adalah pemberian Dina. Ia juga yang merancang bahkan menjahitnya. Kain-kain sisa di butik yang ia sulap menjadi daster."Putri!" Panggilan kedua membuat langkah Putri semakin lebar."Iya, Nyonya," jawabnya setelah sampai di hadapan Dina dan lainnya. Tadi, Dira telah menekankan kata Nyonya buat Dina dan Nona buatnya, membuat gadis itu merasa sepenuhnya pembantu di rumah ini, tidak ada hubungan keluarga sama sekali."Ambilin jus," suruh Dina dengan angkuh."Baik, Nyonya." Putri langsung menuju dapur. Mengambil nampan yang sudah terisi 10 gelas berisi jus warna orange yang terlihat segar. Membawa kembali ke ruang tamu. Segera
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status