All Chapters of Istri Lima Belas Ribu: Chapter 291 - Chapter 300

608 Chapters

EKSTRA PART 2

Pagi itu, Sarah tengah menyapu halaman. Hari libur adalah waktu yang ia gunakan untuk membersihkan sekeliling rumah.Tempat tinggalnya sekarang terlihat sunyi dan sepi. Seolah kehilangan nyawa. Oleh karenanya, berusaha membuat lingkungan bersih, dirasa gadis itu sedikit membuat suasana hidup. Tiga bulan telah berlalu sejak dirinya datang ke rumah Nia. Uang bulanan masih ia dapat dari gaji ibunya. Meskipun tiada kabar dan berita. Bapaknya juga rajin mengirim uang. Namun, tidak ada keinginan untuk pulang menemuinya.Pernah sesekali saat berkirim kabar lewat udara, Sarah bertanya akan kejelasan hubungan pernikahan kedua orangtuanya. Namun, Seno tidak memberikan jawaban yang pasti."Bapak tidak akan menjanjikan apapun untuk kamu, Rah. Hanya saja, Bapak berusaha untuk menunaikan kewajiban Bapak sebagai orang tua. Memberi kamu yang setiap bulan. Maafkan atas perbuatan Bapak, Rah. Jangan harapkan Bapak pula
Read more

EKSTRA PART 3

Beberapa bulan di rumah, Eka dan Sarah mencoba peruntungan nasib dengan berjualan makanan di depan rumah.Sebuah warung kecil didirikan di halaman. Eka bangun pagi buta untuk memasak. Dan mulai berjualan saat matahari sudah menyingsing.Tidak banyak untung yang ia dapatkan, akan tetapi, cukup untuk hanya sekadar makan sehari-hari.Sarah yang sudah berkomitmen membantu ibunya, bila suatu ketika kembali dari Jakarta, benar-benar menepati janjinya.Gadis itu melupakan luka laranya ditinggal pergi sosok yang dulunya sangat ia banggakan.Pernah kehilangan semangat hidup karena tidak tahu menahu kabar sang ibunda, kini, dirinya lebih mensyukuri apa arti kebersamaan.Setiap sebelum shubuh, Sarah bangun untuk membantu memasak.Selesai memasak, barulah berkemas-kemas berangkat sekolah. Pulang sekolah, kembali membantu ibunya di warung.Suatu ketika, Sarah mengatakan, kalau dirinya harus segera melunasi uang iuran bulanan di sekolah.
Read more

EKSTRA PART 4

Eka diam. Bukan saatnya untuk menjawab. Hal yang dirinya inginkan adalah menyendiri. Kedatangan Seno setelah sekian lama tanpa kabar berita, adalah kejutan yang menyedihkan untuknya. Perlu waktu agar hati bisa berlapang dada dan pikiran bisa berpikir jernih. Ibu Sarah sadar sepenuhnya, antara dirinya dengan Seno harus ada sebuah pembicaraan. Setidaknya tentang kejelasan hubungan mereka. Akan tetapi, wanita itu ingin tidak saat ini. Segera bangkit dan menutup rapat warungnya. Melewati lelaki yang berdiri di samping pintu tanpa peduli untuk menutup daun yang terbuat dari kayu itu lagi. Eka berlari menuju pintu balai. Rata-rata rumah penduduk setempat memang ada balainya. Setelah mengambil beberapa baju, Eka kembali keluar. Dilihatnya Seno yang hendak menyusul. Namun, Eka segera berlari menghindar. Tujuan dari pelariannya adalah rumah orangtuanya. Mau kemana lagi?   Dengan menghentikan motor yang lewat, Eka bisa keluar dari komplek t
Read more

EKSTRA PART 5

Seno terlelap dalam kondisi yang kelelahan. Lelah tubuh juga pikiran.Sarah yang baru pulang merasa heran. Melihat warung ibunya tutup.Dengan langkah tergesa, gadis itu masuk ke dalam rumah.Semenjak peristiwa yang menimpa Eka di Jakarta, dirinya sangat takut kehilangan satu-satunya sosok yang menjadi sandaran hidupnya saat ini.Kaget. Ekspresi itulah yang ia tampakkan melihat seorang yang telah meninggalkannya dalam kepedihan.Napas Sarah berubah menjadi tidak beraturan. Amarah dan sedih bercampur menjadi satu.Memilih masuk kamar dan menguncinya dari dalam, adalah cara yang dilakukan untuk menenangkan diri.Di dalam ruangan tempat dirinya melepas segala beban hati, Sarah termenung, memikirkan sikap apa yang akan ia tunjukkan pada bapaknya. Canggung sudah pasti. Itu yang ia rasakan bila nanti harus bertatap muka.Dahulu kala, momen kepulangan Seno adalah hal yang paling Sarah harapkan. Tapi, tidak dengan saat ini. Justru tera
Read more

EKSTRA PART 6

Meskipun tidak ingin menatap pria yang masih berstatus sebagai suaminya, namun, masalah diantara mereka harus diselesaikan.Mereka terdiam. Larut dalam pikiran masing-masing."Kenapa diam? Sejak kapan, kamu selingkuh dan, berapa anakmu di sana sekarang? Bukankah, Sarah perlu tahu, tentang adik satu ayah yang kamu lahirkan dengan perempuan lain?" tanya Eka sarkas."Aku minta maaf, Eka. Aku memang salah. Tidak mudah bagi seorang lelaki yang hidup jauh dari istrinya. Aku memilih menikah agar tidak melakukan perbuatan dosa," aku Seno jujur."Apakah dengan membohongi kami, itu artinya tidak dosa? Apakah dengan mengkhianati aku, itu tidak salah, Seno?" tanya Eka mulai emosi."Aku manusia biasa, Eka! Tempatnya salah. Apalagi dengan kondisi kita yang jauh. Agam saja, yang bisa bertemu dengan Nia setiap hari, dengan tega mengkhianati Nia. Apalagi aku?"Pembelaan yang dilakukan Seno membuat Eka bungkam. Bayangan Nia yang tersakiti oleh segala sikap ad
Read more

EKSTRA PART 7

"Gorengan ... gorengan ...!" teriak seorang gadis kecil berusia tujuh tahun sembari berkeliling jalan tengah kampung dengan membawa sebuah baskom.Bajunya lusuh, rambut dikuncir kuda dan tubuhnya terlihat sangat kurus.Sejenak dirinya berhenti di bawah sebuah pohon rambutan yang rindang. Nanar tatapannya menuju pada segerombolan anak dengan usia beragam tengah bermain kejar-kejaran di halaman warga yang luas.Ada sorot keinginan yang begitu besar untuk dapat bergabung dengan mereka. Namun, apalah daya, dua tahun lebih hidup dalam keterkucilan. Dirinya bahkan lupa, rasa bahagia saat bermain bersama teman sebayanya.Gerimis turun, membuatnya tersadar harus segera pulang meskipun barang yang ia jual belum laku banyak.Gegas, langkah kecilnya berlari menapaki jalan beraspal yang mulai licin.Sesampainya di halaman, dilihatnya sosok perempuan yang melahirkannya tengah duduk sembari memakan nasi dalam porsi yang banyak. Wajah cantiknya masih terli
Read more

EKSTRA PART 8

Selesai mengaji, Aira membawa kembali baskom yang sudah kosong. Ada seulas senyum terpatri di bibir tipisnya. Segera, gadis kecil itu berlari menuju rumah. Namun, langkahnya terhenti demi melihat Rani yang berteriak-teriak sambil tertawa. Membuat kawanan anak-anak yang pulang mengaji menjadikannya bahan olok-olok.Muka Aira berubah merah menahan malu dan amarah. Ditariknya lengan sang Ibu dan mengajaknya pulang."Bu! Bisakah Ibu tidak membuat aku malu? Bisakah Ibu berdiam diri di rumah? Dan Bapak, tolong, Pak, jangan biarkan Ibu pergi dan menjadi bahan ejekan teman-teman," teriak Aira melepaskan beban di hatinya.Iyan yang terbaring lemas beranjak duduk bersandar pada tembok."Rani! Kamu dari mana?" tanya Iyan kesal."Hehe, hehe, hehe ...." Rani menjawab sambil tertawa-tawa kecil.Aira bangun, berlari menuju kamar dan menangis sejadi-jadinya. Terkadang terselip sebuah harap, ibunya meninggal saja. Agar tidak membuatnya malu dan menerima ejek
Read more

Season 3 Part 1

Kehidupan rumah tangga Erina dengan Tohir berjalan sangat bahagia. Meskipun sering ditinggal berlayar namun, Erina tipe wanita yang setia dan tidak neko-neko. Sehingga, hubungan mereka harmonis.Ada yang mengganjal dalam hati Erina, akan hubungan Nadia dengan ibu kandungnya. Setahun lebih sudah berlalu sejak dirinya menjadi ibu sambung namun, Nadia belum juga mau bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya.Ibu Tohir yang juga mertuanya, selalu memberikan doktrin buruk akan sosok Anti. Menjadikan Nadia semakin hilang rasa."Kalau kamu dekat dengan Anti, maka, kamu akan dicap buruk, Nad. Mbah sudah berusaha untuk membuat kamu menjadi gadis yang disegani banyak orang. Jadi, jangan hancurkan usaha Mbah, ya? Tolong, Nad, Mbah sayang sama kamu. Mbah tidak ingin kamu terlihat buruk. Yang terbaik adalah menjauh," begitu selalu yang diucapkan Ibu Tohir.Erina yang memiliki pemikiran berbeda tentu tidak setuju dengan hal ini. Akan tetapi, melawan bukanlah hal t
Read more

Part 2

Suatu sore, istri Tohir butuh obat untuk ia beli di apotik. Dengan mengendarai motor sendiri, dirinya menuju tempat menjual obat yang tidak jauh dari rumahnya. "Mbak, beli salep untuk herpes," ucapnya pada pelayan yang memakai seragam. Sembari menunggu diambilkan, Erina berbalik badan, menatap jalan raya yang ramai. Sesosok perempuan dilihatnya turun dari motor, berjalan dengan agak pincang. Pakaian serba longgar dengan hijab besar menutup badan bagian atas. Ketika pandangan mereka beradu, keduanya sama-sama tertegun dan tidak ada satupun yang menyapa. "Mbak, ini salepnya." Suara pelayan apotek menyadarkan Erina dari keterpanaan melihat sosok Anti. Saat menunggu diambilkan kembalian, Anti sudah berdiri di sampingnya. Agak canggung untuk menyapa. Baik Erina maupun Anti, sama-sama segan untuk menyapa. Erina dengan ketakutannya sementara Anti diliputi rasa malu. "Mbak, beli apa?" tanya Erina basa-basi setelah mendapat kemb
Read more

Part 3

"Mbak, jangan berbicara seperti itu! Aku akan berusaha membujuk Nadia agar mau bertemu dengan Mbak Anti," ujar Erina sembari memegang telapak tangan Anti.Kini, dirinya benar-benar tahu bahwa Anti telah berubah menjadi sosok yang lebih baik."Tidak usah, Rin! Itu hal yang sangat sulit. Kamu akan berdebat dengan banyak orang. Apa yang aku alami adalah buah dari perilakuku di masa lalu. Tidak sepantasnya kamu ikut menanggung ini. Terlebih, ini akan beresiko terhadap hubungan kamu dengan ibu Mas Tohir.""Tapi, Mbak! Bagaimanapun, Mbak Anti adalah wanita yang melahirkan Nadia. Darah lebih kental daripada air.""Bantu saja dengan doa. Agar ibu Mas Tohir luluh. Aku sangat paham sifat beliau. Bukan perkara mudah untuk dapat membuat ibu mertua kamu memaafkanku, Rin. Sudahlah, apa yang terjadi padaku itu sudah menjadi resiko. Anggap saja, balasan atas dosa-dosa yang aku lakukan di masa lalu."Karena hari sudah menjelang Maghrib, mereka berdua kemudian berpi
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
61
DMCA.com Protection Status