Pagi harinya, aku langsung pamit pulang. Sudah dua hari tidak ke sekolah, jadi aku harus berangkat. Siang nanti, aku akan ke toko perhiasan untuk membelikan mas kawin yang paling indah untuk Nia. Meski baru pernikahan di bawah tangan, tetapi aku harus memberikan sesuatu yang membuat Nia merasa berharga.“Pak Irsya, wajahnya semringah sekali hari ini. Dua hari tidak berangkat, ke mana aja, Pak?” Bu Parmi, guru senior di sekolahku ini rajin menggoda. Maklum, usia beliau jauh di atasku, jadi berani seperti itu.“Masa, sih, Bu? Biasa saja, ah. Saya bahagia, karena saya bertemu dengan Bu Parmi setelah dua hari tidak berangkat,” candaku pada wanita berusia di atas lima puluh tahun itu.“Bohong sekali, Pak. Ayo, ke mana, tuh? Atau jangan-jangan, sedang mempersiapkan sesuatu, ya?” godanya, lagi.Aku tersenyum malu. Memang benar, orang kalau merasa bersalah akan sulit berkilah.Sejenak, aku ingat sesuatu hal. Malam tadi,
Last Updated : 2022-01-05 Read more