Aku tidak menanggapi ucapan beliau. Lebih memilih pergi untuj mencari Rani. Dia ada di dapur, sedang mengupas bawang untuk memasak ayam. Kini, dia berjualan mie ayam di depan rumah.“Ran, denger-denger, kamu habis dapat warisan, ya?” tanyaku, penuh hati-hati.“Iya, Mas. Kenapa?”“Boleh pinjam lima ratus ribu?” tanyaku, ragu.Selama ini, aku tidak pernah merepotkannya. Kupikir, sekaranglah saatnya dia membalas segala sikap baikku selama ini. Lagipula, aku hanya meminjam.“Maaf, Mas, aku tidak berani. Kan, itu uang pemberian orang tuaku.”Tak kusangka, penolakan yang kudapat. “Ya sudah, tiga ratus ribu saja. Mas cuma punya uang seratus ribu, Ran. Kan, kamubisa ambil dari hasil dagang mie ayam.”Aku duduk di meja makan, menunggu dia memberiku hutang. Namun, dia tak kunjung menyahut. Bahkan, sudah sepuluh menit aku menunggu, tak kunjung ada jawaban.“Ran, gimana?&rdq
Terakhir Diperbarui : 2022-01-05 Baca selengkapnya