Aku masih memandangi pria dengan hidung mancung yang kini sedang terlelap di sampingku. Pria yang baru kemarin mengucapkan janji suci di depan ayah dan ibuku. Memintaku untuk menjadi teman hidupnya berbagi dalam suka dan duka, teman saling menjaga, dan saling mengasihi. Teman yang akan setia membimbingku hingga akhir hayatku dan teman yang akan bersama-sama menuju janahnya. Iya, dia adalah Mas Bagas. Pria yang aku pacari hampir delapan tahun lamanya. Bukan waktu yang singkat untuk kita saling mengenal, yang pasti waktu selama itu sudah cukup untuk kami saling mempelajari karakter masing-masing hingga kami memutuskan untuk melanjutkan ke pelaminan. Maklum, untuk wanita seperti aku yang telah menginjak usia 30 tahun bukan saatnya lagi untuk bermain-main dalam menjalani cinta. Aku butuh pria yg serius untuk menjadi imamku dan ayah dari anak-anakku. Apalagi tentang finansial, jelas Mas Bagas sudah lebih bagiku. Dia adalah seorang mandor perhutani, w
Read more